Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum (PU), Dody Hanggodo sangat optimistis ekonomi Indonesia tahan dalam menghadapi guncangan global. Seperti diketahui, perekonomian global dalam beberapa waktu terakhir dibayangi oleh ketidakpastian menyusul kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) AS ratusan negara mitra serta ketegangan geopolitik di berbagai kawasan.
Meskipun cukup yakin, Menteri Dody Hanggodo tidak mengesampingkan bahwa ekonomi Indonesia tak bisa menghindari dampak dari kondisi global. Namun, pemerintah telah melakukan antisipasi terkait dinamika ekonomi global.
Baca Juga
“Ekonomi Indonesia akan terpengaruh dengan kondisi global, termasuk geopolitik. Tetapi dengan antipasi awal yang dilakukan Presiden (Prabowo Subianto) Insyaallah tidak terlalu berdampak besar ke masyarakat,” ujar Dody kepada media di kantor Kementerian PU, Jumat (9/5/2025).
Advertisement
Ia melanjutkan, salah satu antisipasi yang dilakukan Presiden Prabowo adalah upaya swasembada pangan yang tengah dijalankan pemerintahannya. Program tersebut kini menjadi penting mengingat kondisi pasokan pangan global yang terdampak konflik di sejumlah negara.
“Karena dari awal beliau sudah warning menteri-menterinya tentang pentingnya swasembada pangan. Sehingga kita semua akhirnya menyadari bahwa swasembada pangan ternyata benar-benar perlu,” ucap Dody.
Dody pun menyoroti program makan bergizi gratis (MBG) yang dinilainya juga dapat memberi manfaat pada perekonomian nasional.
Jangan hanya melihat (program MBG) untik memberi makan ke anak-anak. Tetapi bagaimana itu bisa menggerakkan perekonomian desa kabupaten, kota,” ujar dia.
Adapun program Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih yang juga dijalankan dengan tujuan serupa.
“Jangan dilihat hanya kooperasi saja, tapi bagaimana itu menggerakkan perekonomian di kota dan desa serta sekolah rakyat,” imbuhnya.
Ekonomi Perlu Belajar Untuk Jatuh Agar Bisa Tahan Krisis
Anggota Dewan Ekonomi Nasional, Chatib Basri mengatakan bahwa Indonesia perlu mempersiapkan perekonomiannya tak hanya untuk tumbuh di tengah ketidakpastian global, tetapi juga bertahan dengan risiko keruntuhan.
(Jika ekonomi) dihubungkan dengan balap sepeda motor, jatuh itu tidak terhindarkan, maka situasi global yang tak pasti juga terhindarkan,” kata Chatib dalam Grab Business Forum di Jakarta Selatan, Kamis (8/5/2025).
“(Yang penting) bagaimana kita terlatih untuk terbiasa jatuh dan tetap selamat,” lanjutnya.
Chatib menyoroti kisah pembalap MotoGP ternama asal Spanyol, Marc Marquez yang telah mengalami insiden jatuh sebanyak 27 kali sepanjang karirnya sejak tahun 2017.
“Tetapi apa yang dia lakukan? Dia melakukan latihan paling banyak itu adalah bagaimana jatuh dengan selamat. Hal ini mungkin juga yang harus kita pelajari ketika mengelola ekonomi atau mengelola perusahaan,” sambungnya.
Advertisement
Keputusan Satu Waktu Terlalu Berisiko
Chatib melanjutkan, di tengah ketidakpastian global menyusul perang dagang dan geopolitik, mengambil keputusan yang just in time (satu waktu) sangat berisiko.
“Karena kalau ada supply chain disruption, tiba-tiba barangnya tidak ada lagi. Jadi kita harus mulai berubah berpikir dari just in time (satu waktu) ke just in case (jaga-jaga). Misal Ketika terjadi covid-19, di mana kita sebelumnya menjaga stok untuk kurun waktu 3 bulan. Tetapi begitu covid terjadi, China tutup. Pada saat itu kita kemudian tau bahwa yang lebih penting itu adalah just in case (berjaga-jaga mempertahankan ketersediaan pasokan),” paparnya.