Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, mengingatkan pentingnya kesiapan lembaga jasa keuangan dalam menghadapi potensi risiko yang meningkat akibat ketidakpastian ekonomi global.
OJK meminta industri keuangan secara aktif melakukan asesmen terhadap dampak kebijakan internasional, terutama kebijakan tarif dari Amerika Serikat, yang dapat memengaruhi kinerja sektor keuangan domestik.
Baca Juga
“OJK meminta lembaga jasa keuangan secara proaktif melakukan asesmen atas perkembangan terkini dan melakukan asesmen lanjutan atas dampak kebijakan penerapan tarif yang dapat mempengaruhi kinerja debitur, khususnya yang memiliki eksposur langsung pada sektor terdampak,” kata Mahendra dalam Konferensi Pers, Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan April 2025, Jumat (9/5/2025).
Advertisement
Menurut Mahendra meskipun kondisi sektor jasa keuangan nasional masih dinilai tangguh, lembaga keuangan mampu mengambil langkah antisipatif dalam memitigasi peningkatan risiko, termasuk membentuk pencadangan yang memadai.
pencadangan risiko yang memadai agar tidak terdampak secara signifikan jika tekanan global meningkat.
“Saat ini, sektor jasa keuangan nasional dinilai tetap resilient dengan permodalan yang solid dan mampu menyerap potensi peningkatan risiko ke depan,” ujarnya.
Terus Melakukan Stress Test
Mahendra juga menekankan OJK terus melakukan stress test terhadap kondisi pasar dan sistem keuangan untuk memastikan ketahanan sektor keuangan tetap terjaga dalam skenario terburuk sekalipun.
“Seiring ketidakpastian yang meningkat akibat tarif dagang AS dan indikator ekonomi global yang cenderung bergerak melemah, OJK terus memonitor dinamika global dan domestik serta melakukan stress test untuk melihat dampaknya terhadap sektor jasa keuangan,” pungkasnya.
Advertisement
Pertumbuhan Ekonomi
Sementara itu, di dalam negeri, pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tercatat sebesar 4,87 persen, ditopang konsumsi rumah tangga. Inflasi tetap terkendali dan beberapa indikator seperti penjualan kendaraan dan semen menunjukkan tren pemulihan yang moderat.
Dari sisi produksi, kinerja masih cukup baik terlihat dari berlanjutnya surplus neraca perdagangan dan kinerja emiten di mana rilis kinerja 2024 secara umum lebih baik dari tahun 2023.