Sukses

Diburu AS hingga Eropa, Karawang Siap Produksi Budidaya Nila 10 Ribu Ton per Tahun 

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono menargetkan produksi Modeling Budidaya Ikan Nila Salin yang berada di Kawasan Karawang, Jawa Barat sebesar 10.000 ton per tahun.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono menargetkan produksi Modeling Budidaya Ikan Nila Salin yang berada di Kawasan Karawang, Jawa Barat sebesar 10.000 ton per tahun.

Saat ini, produksi nila salin di lokasi modeling tersebut masih sebesar 7.020 ton per tahun atau senilai Rp 196,5 miliar dengan asumsi harga jual nilai ikan salin Rp 28.000 per kilogram. 

“Kami targetkan ke depan ini produksinya 1 tahun 10 ribu ton dengan berat per ekor tidak kurang dari 1 kilogram supaya bisa difillet dan tentunya ada industri makanya kami hadirkan industri,” kata Trenggono, usai peresmian Modeling Budidaya Ikan Nila Salin milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang berada di Kawasan Karawang, Jawa Barat, Rabu (8/5/2024). 

Trenggono menambahkan, Indonesia memiliki lahan tambak seluas 78 ribu hektare di sepanjang wilayah Pantai Utara Jawa (Pantura) yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya ikan nila salin.

“Mudah-mudahan kita punya potensi 78 ribu hektare di Pantura, untuk kemudian apabila dikerjakan maka kita akan mampu memproduksi (ikan nila salin) kurang lebih sekitar 4 juta ton satu siklus," jelasnya.

Produksi Ikan Nila

Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi budidaya ikan nila di Indonesia pada 2022 mencapai 1,35 juta ton atau berkontribusi sebesar 25,5 persen terhadap total produksi ikan hasil budidaya di luar rumput laut. 

Dari total produksi ikan nila tersebut, sejumlah 86 persen atau 1,24 juta ton digunakan untuk memenuhi pasar domestik dan 38 ribu ton untuk memenuhi impor.

Dengan adanya pelaksanaan revitalisasi ini diharapkan dapat memberikan dampak peningkatan produksi ikan nila sebanyak 310 ribu ton per tahun dengan nilai produksi sebesar Rp 8,08 triliun per tahun. Selain itu berpotensi untuk menyerap sebanyak 24.278 tenaga kerja.

Adapun data dari Future Market Insight pada 2024, negara yang menjadi pasar utama ikan nila adalah Amerika Serikat, Meksiko, Uni Eropa, Timur Tengah, dan Pantai Gading. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jokowi Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin, Telan Biaya Rp 76 Miliar

Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang berada di Kawasan Karawang, Jawa Barat, Rabu, 8 Mei 2024. 

Modeling budidaya ikan nila salin merupakan terobosan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono yang dibangun sejak 2023 dengan lahan seluas 80 hektar.

Lahan tersebut awalnya merupakan tambak udang yang sudah tidak beroperasi. Sejak program tidak berjalan lahan tambak udang tersebut terkontaminasi, sehingga menjadi aset negara tanpa fungsi selama puluhan tahun.

Jokowi mengatakan ada sekitar 78 ribu hektar tambak yang sudah tidak beroperasi atau idle sepanjang Pantura, yang jika dimanfaatkan dapat menyerap banyak tenaga kerja.

"Tambak ini yang akan kita siapkan, karena untuk tambak udang sudah tidak mungkin, yang paling mungkin sekarang ini tambak ikan nila yang memiliki demand pasar dunia sangat besar sekali. Tahun 2024 saja sebesar USD 14,4 miliar, sangat gede sekali," kata Jokowi dalam acara peresmian, Rabu (8/5/2024).

Permintaan Besar

Jokowi menambahkan, permintaan yang besar ini harus dimanfaatkan, tetapi tidak langsung dengan skala besar, melainkan dengan membuat modeling. 

"Modeling sudah benar, yang diinfokan ke saya dari yang biasanya 1 hektar hanya 0,6 ton menjadi 80an ton per hektar dan ini nanti bisa mengangkut, membuka lapangan kerja yang sangat besar sekali," jelas Jokowi. 

Adapun untuk mengubah tambak di Pantura sebesar 78 ribu hektar kira-kira membutuhkan dana sekitar Rp 13 triliun. Jokowi menuturkan jika proyek ini bisa dilakukan maka akan masuk pada APBN 2025-2026.  "Nanti saya akan bisikan pada pemerintahan baru agar mimpi besar ini betul-betul bisa direalisasikan," pungkasnya. 

 

3 dari 3 halaman

Budidaya Ikan Nila Salin

Budidaya ikan nila salin di Karawang ini dibangun dengan biaya mencapai Rp 76 miliar itu kini dikelola oleh Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budi Daya (BLUPPB). Berbagai perubahan terjadi, mulai dari infrastruktur jalan, perkantoran, penerangan hingga penataan kolam produksi.

Selain kolam produksi, terdapat fasilitas lain di antaranya Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), inlet outlet, tandon, hingga laboratorium. Proses produksinya juga sudah mengedepankan teknologi terkini salah satunya penggunaan mesin pakan otomatis.

Adapun biaya investasi pembangunan fasilitas sarana prasarana modeling nila salin berbasis kawasan mencapai Rp 76 miliar. Produktivitas modeling diharapkan bisa mencapai sekitar 7.020 ton per siklus atau senilai Rp 210,6 miliar dengan asumsi harga jual ikan nila salin Rp 30 ribu per kg. Dari asumsi hitungan ekonomi dengan harga pokok produksi Rp 24.500 per kg, modeling akan menghasilkan keuntungan sekitar Rp38,6 miliar.

Pembangunan modeling budidaya nila salin dilakukan di lahan seluas 80 hektare yang terbagi dalam empat kawasan tambak, yakni Tambak blok A, B, C dan D. 

Modelling klaster budidaya ikan nila salin tersebut diharapkan nantinya bisa menjadi percontohan budidaya ikan nila salin bagi pelaku usaha yang budidaya memanfatkan perairan umum seperti danau.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.