Sukses

Harga Minyak Dunia Turun 7% dalam Sepekan, Investor Khawatir Perlambatan Ekonomi AS

Harga minyak dunia telah mencetak kerugian mingguan karena investor khawatir bahwa suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama akan menghambat pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat (AS), konsumen minyak terbesar di dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia melemah pada perdagangan hari Jumat dan berada di jalur penurunan mingguan tertajam dalam tiga bulan. Penurunan harga minyak ini terjadi karena investor telah menimbang-nimbang data pekerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan dan waktu penurunan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (Fed).

Dikutip dari CNBC, Sabtu (4/5/2024), harga minyak Brent yang merupakan patokan harga minyak dunia untuk kontrak bulan Juli turun 71 sen atau 0,85% menjadi USD 82,96 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS untuk kontrak Juni turun 84 sen atau 1,06% menjadi USD 78,11 per barel.

Kedua harga minyak yang menjadi patokan tersebut telah mencetak kerugian mingguan karena investor khawatir bahwa suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama akan menghambat pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat (AS), konsumen minyak terbesar di dunia, serta di belahan dunia lainnya.

Jika dihitung secara mingguan, harga minyak Brent berada di jalur penurunan 7% sementara WTI menuju penurunan sebesar 6,5%.

Data pada hari Jumat menunjukkan bahwa pertumbuhan lapangan kerja AS melambat lebih dari perkiraan pada bulan April dan kenaikan upah tahunan juga menurun. Data ini mendorong pelaku pasar untuk meningkatkan taruhan bahwa bank sentral AS akan melakukan penurunan suku bunga pertamanya tahun ini pada bulan September.

 

“Perekonomian sedikit melambat,” kata ekonom Matador Economics Tim Snyder.

 

“Tetapi (data) memberikan jalan ke depan bagi The Fed untuk melakukan setidaknya satu kali penurunan suku bunga pada tahun ini,” katanya.

The Fed mempertahankan suku bunga stabil pada minggu ini dan menandai tingginya angka inflasi yang dapat menunda penurunan suku bunga. Suku bunga yang lebih tinggi biasanya membebani perekonomian dan dapat mengurangi permintaan minyak.

Analis UBS Giovanni Staunovo menjelaskan, pelaku pasar memperhitungkan perkiraan waktu kemungkinan penurunan suku bunga setelah rilis data pekerjaan bulanan yang lebih lemah dari perkiraan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jumlah Sumur Minyak

Baker Hughes merilis data bahwa perusahaan-perusahaan energi AS pada minggu ini memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi selama dua minggu berturut-turut, ke level terendah sejak Januari 2022.

Jumlah rig minyak dan gas, yang merupakan indikator awal produksi di masa depan, turun delapan menjadi 605 dalam minggu yang berakhir 3 Mei, penurunan mingguan terbesar sejak September 2023. Jumlah rig minyak turun tujuh menjadi 499 pada minggu ini, yang terbesar penurunan mingguan sejak November 2023.

Premi risiko geopolitik akibat perang Israel-Hamas telah memudar ketika kedua belah pihak mempertimbangkan gencatan senjata sementara dan mengadakan pembicaraan dengan mediator internasional.

 

3 dari 3 halaman

Pertemuan OPEC

Selanjutnya, pertemuan produsen minyak OPEC+ berikutnya – anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia – ditetapkan pada 1 Juni.

Tiga sumber dari kelompok OPEC+ mengatakan mereka dapat memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela setelah bulan Juni jika permintaan minyak tidak meningkat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini