Sukses

Rupiah Anjlok ke 16.060 per USD, Masih Lebih Baik dari Won Korea dan Yen Jepang

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengklaim pelemahan nilai tukar Rupiah akibat konflik Iran dan Israel masih lebih baik dibandingkan mata uang negara kawasan Asia Pasifik.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengklaim pelemahan nilai tukar Rupiah akibat konflik Iran dan Israel masih lebih baik dibandingkan mata uang negara kawasan Asia Pasifik.

Berdasarkan data pasar spot luar negeri (Trading Economics), nilai tukar Rupiah berada di level Rp16.060 per USD atau mengalami apresiasi 0,31 persen secara harian (date to date/dtd) pada Senin (15/4).

"Nilai tukar Rupiah lebih baik dibandingkan negara- negara lain seperti Korea, Filipina, dan Jepang," kata Airlangga dalam keterangannya Selasa (16/4).

Di sisi lain, mayoritas nilai tukar di Kawasan Asia Pasifik bergerak melemah terhadap US Dollar pada perdagangan Senin (15/04). Misalnya Baht Thailand dan Won Korea terdepresiasi sebesar 0,24 persen (dtd), dan Ringgit Malaysia sebesar 0,24 persen (dtd). 

Mayoritas bursa di Asia Pasifik juga bergerak di zona merah. Pada Penutupan Pasar (15/04) indeks FKLCI Malaysia melemah 0,55  persen (dtd), diikuti Kospi sebesar 0,42 persen (dtd).

Airlangga mencatat, konflik Iran dan Israel mulai mempengaruhi harga minyak mentah global yang bergerak secara fluktuatif. Pada perdagangan (15/04) harga minyak mentah jenis Brent melemah 0,18 persen (dtd) ke level 90,29 USD/Barel, jauh lebih tinggi jika dibandingkan posisi 1 Januari 2024 sebesar 77,4 USD/Barel.

Di sisi lain, harga minyak mentah jenis WTI turun 0,28 persen ke level 85,42 USD/Barel. Angka ini lebih tinggi dibandingkan posisi 1 Januari 2024 sebesar 71,65 USD/Barel.

Guna meredam dampak kenaikan harga minyak global akibat konflik geopolitik Iran dan Israel, Pemerintah terus mencermati kondisi APBN agar dapat menjalankan perannya secara optimal sebagai shock absorber. Koordinasi lebih lanjut akan dilakukan bersama otoritas moneter dan fiskal untuk menghasilkan bauran kebijakan dalam menjaga pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Harga Emas Tembus Rekor Termahal Usai Serangan Balik Iran ke Isreal

Sebelumnya, harga emas naik pada perdagangan Senin (Selasa waktu Jakarta) karena permintaan safe-haven yang dipicu oleh ketegangan antara Iran dan Israel di Timur Tengah.

Harga emas dunia melompat bahkan ketika dolar Amerika Serikat (AS) dan imbal hasil Treasury naik menyusul kenaikan penjualan ritel AS yang lebih tinggi dari perkiraan pada bulan Maret, menambah kekhawatiran bahwa Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) dapat menunda pemotongan suku bunga.

Dikutip dari CNBC, Selasa (16/4/2024), harga emas di pasar spot naik 0,9% menjadi USD 2.365,09 per ounce, setelah mencapai rekor tertinggi USD 2.431,29 pada perdagangan Jumat sebagai antisipasi serangan balasan Iran terhadap Israel.

Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup naik 0,4% ke level USD 2.383.

Kepala Strategi Komoditas TD Securities, Bart Melek mengatakan, hal ini tampak seperti pergerakan harga yang didorong oleh geopolitik, yang mungkin terkait dengan pernyataan pasukan pertahanan Israel bahwa sesuatu akan terwujud di sini.

Iran meluncurkan drone dan rudal berbahan peledak pada Sabtu malam yang merupakan serangan pertama terhadap Israel oleh negara lain dalam lebih dari tiga dekade, memicu kekhawatiran akan konflik regional yang lebih luas.

 

3 dari 3 halaman

Kurs Dolar Menguat

Dolar naik 0,2% dan imbal hasil Treasury 10-tahun mencapai level tertinggi dalam lima bulan setelah data menunjukkan penjualan ritel AS meningkat lebih dari perkiraan pada bulan Maret, bukti lebih lanjut bahwa perekonomian telah mengakhiri kuartal pertama dengan solid.

Pasar kini melihat kurang dari dua pemotongan sebesar 25 basis poin pada akhir tahun, setelah sebelumnya memperkirakan tiga basis poin.

"(Namun) dalam jangka pendek, harga emas bisa turun menuju USD 2.200 karena premi geopolitik hilang,” kata Ahli Strategi Pasar Senior di RJO Futures, Daniel Pavilonis.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini