Sukses

Mengenal Ganoderma, Ancaman Menakutkan di Industri Kelapa Sawit Indonesia

Serangan Ganoderma sudah mulai merebak di seluruh wilayah perkelapasawitan di Indonesia termasuk di Papua. Pada tingkat kerusakan 2 sampai 4% kerugian negara dapat mencapai antara 10 sampai dengan 20 triliun Rupiah per tahun.

 

Liputan6.com, Jakarta Penyuluh Pertanian BSIP Nusa Tenggara Barat Saleh Mokhtar menekankan pentingnya kegiatan penyuluhan bagi petani kelapa sawit rakyat dalam menghadapi ancaman Ganoderma. Hal tersebut diungkapkan dalam rangkaian acara 2nd Technical Meeting Roundtable Ganoderma Management (RGM).

"Luas area tutupan kelapa sawit nasional berdasarkan pengusahaan, 42% dikuasai rakyat, 5% oleh BUMN, sementara 53% oleh perusahaan swasta. Penyuluhan itu penting dan merupakan hak asasi dari petani itu sendiri," ujar Saleh dalam keterangan tertulis, Kamis (7/3/2024).

Penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh Ganoderma Boninense telah menjadi masalah pada industri kelapa sawit di Indonesia dalam kurun waktu lebih dari 80 tahun terakhir. Oleh sebab itu diperlukan penyuluhan pertanian untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap (PKS) pekebun sawit untuk mengimplementasikan tindakan pengendalian secara preventif maupun secara kuratif yang ramah lingkungan.

Serangan Ganoderma sudah mulai merebak di seluruh wilayah perkelapasawitan di Indonesia termasuk di Papua. Pada tingkat kerusakan 2 sampai 4% kerugian negara dapat mencapai antara 10 sampai dengan 20 triliun Rupiah per tahun.

Serangan Ganoderma

Meluasnya serangan Ganoderma bisa juga disebabkan oleh "human error" yaitu berupa ketidakterbukaan manajemen di level perkebunan besar swasta dan nasional karena terkait dengan prestasi pengelolaan kebun. 

Namun di era digitilisasi sekarang ini tidak ada yang bisa ditutup-tutupi ladi. Yang bermasalah adalah di level perkebunan rakyat, di mana pengtahuan tentang Ganoderma masih rendah.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perawatan Insentif

Co-Founder RGM Darmono Taniwiryono menegaskan kurangnya perawatan yang intensif serta sikap abai pekebun sawit dalam perawatan kebun kelapa sawit yang menyebabkan mudahnya terjadi serangan Ganoderma.

“Para pelaku usaha harus intensif merawat kebun terutama kesehatan akar, akar kelapa sawit itu seperti mesin, jika akarnya rusak, maka akan rusak semuanya. Pentingnya pengetahuan yang memadai dan sikap keterbukaan para pekebun jika terjadi serangan Ganoderma, seharusnya segera ditangani, karena abai atau rasa takut performa pekerjaan turun, malah justru harus segera ditangani.” Imbuhnya 

 “Padahal Ganoderma pada kelapa sawit bisa dikurangi dampaknya  dengan kombinasi pendekatan, yaitu biofungisida, root pruning dan aplikasi bahan organik. Hasilnya dapat dilihat dalam waktu rata-rata 3 bulan, bahkan terjadi pada tanaman berumur lebih dari 20 tahun, ini yang perlu diberikan edukasi untuk para pekebun bahwa ada harapan tanaman menjadi sehat jika kebunnya terkena Ganoderma," tegas Darmono

Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusines Strategic Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung menekankan, serangan Ganoderma pada perkebunan kelapa sawit dapat menurunkan produktivitas kelapa sawit.

"Masihkah Indonesia dan minyak sawit menjadi raja minyak nabati kedepan? Tergantung pada demand side dan supply side, termasuk penurunan citra sawit akibat kampanye negatif, substitusi minyak sawit, kegagalan mitigasi perubahan iklim, dan Ganoderma serta biaya produksi yang meningkat cepat. Produktivitas cenderung turun dalam 5 tahun, padahal komposisi tanaman usia produktif tinggi diduga karena penyakit Ganoderma." 

 

 

3 dari 3 halaman

Industri Strategis

Tungkot Sipayung mengungkapkan, industri sawit merupakan industri strategis bagi Indonesia baik dalam pemenuhan pangan dan energi, sumber devisa, meningkatkan kesempatan kerja maupun pembangunan ekonomi daerah.

"Serangan Ganoderma pada perkebunan sawit Indonesia tahun 2022 menurunkan produksi CPO dan devisa dari ekspor yang cukup signifikan," tuturya.

Kepala Unit Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Agus Susanto menyatakan pengendalian Ganoderma tidak berhasil karena dilakukan secara sendiri-sendiri padahal kepentingan bersama. Oleh karena Ganoderma sudah menjadi masalah nasional yang berkaitan dengan semua pihak maka perlu dilakukan langkah pengendalian secara bersama-sama.

"Langkah pertama yang dilakukan adalah menghidupkan kembali Konsorsium Ganoderma Indonesia. Konsorsium ini diharapkan dibiayai dari pendanaan BPDPKS," tutup dia. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini