Sukses

Bansos Beras Lanjut hingga Juni 2024, tapi Tergantung APBN

Jokowi menekankan, penyaluran bantuan bansos beras sebesar 10 kg untuk tiap keluarga penerima manfaat (KPM) akan terus dilanjutkan hingga Maret 2024.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan, penyaluran bantuan bansos beras sebesar 10 kg untuk tiap keluarga penerima manfaat (KPM) akan terus dilanjutkan hingga Maret 2024.

Jokowi menyebut bahwa program bantuan bansos yang berasal dari cadangan beras pemerintah (CBP) tersebut bisa dilanjutkan hingga Juni 2024, namun dengan melihat kondisi APBN.

"Jadi Januari, Februari, Maret (bansos beras tetap lanjut). Nanti saya lihat lagi kalau APBN memungkinkan, April, Mei, Juni," ujar Jokowi saat mengunjungi Gudang Bulog Gumilir di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Selasa (2/1/2024).

Dalam suatu kesempatan, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo sempat mengatakan, pemerintah terus berupaya agar stok CBP 3 juta ton di 2024 sesuai arahan Jokowi bisa terlaksana. Untuk itu, pemerintah telah menugaskan Perum Bulog untuk melakukan impor beras 2 juta ton pada tahun ini.

"Jadi kita yakin bahwa stok beras baik, yang awal tahun maupun semester I 2024 kita siap untuk menghadapi Lebaran dengan stok yang memadai," ujar dia dalam kunjungan ke kawasan pergudangan milik Perum Bulog di Kelapa Gading, Jakarta beberapa waktu lalu.

Stok Cadangan Beras Cukup

Senada, Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menjamin stok cadangan beras pemerintah tetap memadai di 6 bulan pertama tahun depan, termasuk pada musim Ramadan dan Lebaran 2024.

"Yang jelas stok Bulog cukup baik untuk menghadapi pergantian tahun ini, mengahadapi Ramadan, Lebaran sampai dengan semester I sudah secure untuk beras. Demikian juga untuk (pangan pokok) yang lain," ungkapnya.

Untuk menjaga stabilitas harga beras, Perum Bulog juga menggelontorkan bansos beras dalam program Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP). Itu akan digelar selama 6 bulan dalam dua tahap pada Januari-Juni 2024.

"Bantuan pangan tanggal 2 (Januari 2024) sudah segera dimulai dan seterusnya begitu menjamin ketersediaan pangan dalam hal ini beras untuk masyarakat. Program sudah ada terus kita jalankan, di-back up lagi dengan program komersialnya Bulog," tuturnya.

"Jadi, Insya Allah untuk pangan kita bisa cukup yakin bahwa persiapannya sudah cukup matang. Paling tidak sampai dengan semester I itu sudah tersedia semuanya," pungkas Dirut Bulog.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bos Bulog Bongkar 3 Penyebab Harga Beras Masih Mahal di Akhir Tahun

Jelang pergantian tahun, harga beras di pasaran masih terpantau naik. Itu berlaku baik untuk beras medium yang masih di atas Rp 13.000 per kg, lebih tinggi dari harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan Rp 10.900-11.800 per kg. Begitu juga harga beras premium dijual Rp 15.000 lebih, melampaui HET Rp 14.800 per kg.

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengaku belum bisa menurunkannya karena ada tiga faktor besar yang membuat harga beras mahal.

"Satu produksi kita sedang turun, sedang rendah. Kedua, input-input sedang naik, terutama yang berhubungan dengan pupuk. Ketiga, beberapa negara (pengekspor) merubah kebijakannya. Sehingga pasar dunianya naik," paparnya di kawasan pergudangan Perum Bulog di Kelapa Gading, Jakarta, Sabtu (30/12/2023).

Oleh karenanya, Bayu berharap produksi beras dalam negeri pada 2024 mendatang bisa bagus. Sehingga gejolak harga beras perlahan bisa teredam.

 

3 dari 3 halaman

Stabilisasi Harga Pangan

Selain itu, Perum Bulog juga bantu menstabilkan harga melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) semisal bansos beras. Pada 2024, itu akan disalurkan kepada 22,4 juta keluarga penerima manfaat (KPM) dalam dua tahap selama 6 bulan.

"Tapi paling tidak yang dilakukan oleh Bulog sekarang menjaga supaya tidak ada gejolak, kedua 22,4 juta keluarga penerima manfaat terpenuhi. Jadi masyarakat kita yang paling membutuhkan itu terpenuhi kebutuhan berasnya. Itu sangat membantu menjaga stabilitas," ungkapnya.

Menimpali pernyataan tersebut, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo percaya Bulog ke depan akan lebih bisa menstabilkan harga beras.

"Paling penting 22,4 juta kelompok masyarakat yang rentan bagian dari kita mengurangi tekanan di masyarakat kelas bawah. Sehingga mereka tidak perlu buru-buru membeli beras di stok yang malah menaikan harga," tuturnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.