Sukses

Produksi LNG Bakal Banjir di 2026, Indonesia Ketiban Untung?

Produksi gas alam cair atau LNG diprediksi akan membludak pada 2026 mendatang. Namun, kondisi tersebut bakal menyebabkan banyaknya hasil produksi LNG yang belum terkontrak atau memiliki pembeli (uncommitted cargo).

Liputan6.com, Jakarta Produksi gas alam cair atau LNG diprediksi akan membludak pada 2026 mendatang. Namun, kondisi tersebut bakal menyebabkan banyaknya hasil produksi LNG yang belum terkontrak atau memiliki pembeli (uncommitted cargo).

"Masih ada uncommitted cargo cukup banyak. Jadi kita akan lebih longgar setelah 2026, dan tahun 2030 akan mencapai puncaknya," ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji dalam sesi bincang virtual DETalk, Selasa (31/10/2023).

Kendati begitu, Tutuka melihat adanya peluang Indonesia untuk mengekspor LNG guna menyeimbangkan penerimaan negara dan keekonomian Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) bersangkutan.

"Jadi strategi kita adalah memenuhi kebutuhan dalam negeri, dan juga mem-balance dengan ekspor agar keekonomian tetap terjaga. Jadi kebutuhan dalam negeri terpenuhi, tapi keekonomian perusahaan juga berjalan. Ini yang menjamin keberlangsungan perusahaan itu atau keekonomian lapangan itu," ungkapnya.

Menurut hitungannya, nilai ekspor produk LNG dan gas pipa Indonesia ke pasar dunia terus meningkat selepas pandemi Covid-19 pada 2020. Pada 2022, tercatat nilai ekspor LNG indonesia secara total mencapai USD 6,6 miliar, atau naik dari USD 4,6 miliar di tahun 2021.

"Jadi ada yang ke China, Korea, Jelang, dan Taipei. Kita lihat Korea demand-nya terus meningkat. Kita tahu China terbesar dunia kebutuhan energinya. Ternyata untuk Indonesia juga paling besar ngambilnya dia," imbuh Tutuka.

Senada, President Director PT Perta Arun Gas Bara Ilmarosa mengamini bahwa di LNG saat ini banyak sekali uncommitted cargo. Jumlahnya mencapai sekitar 42,3 juta ton per tahun (MTPA), baik di dalam maupun luar negeri.

"Ditambah lagi ke depannya di tahun 2026 akan ada namanya second wave of LNG, atau banjir/badai LNG, dimana produksi LNG itu akan mulai berproduksi dari kilang-kilang yang FID-nya sudah terjadi tahun-tahun lalu. Mereka menunggu produksi di tahun 2026. Itu akan menambah jumlah uncommitted cargo di dunia ini," terangnya.

Namun, Bara melihat adanya potensi bisnis hub yang sangat menjanjikan, lantaran uncommitted cargo otomatis butuh tempat penyimpanan (storage) tersendiri.

"Oleh karena itu kita berencana membangun 10 tangki baru, dengan kapasitas 180.000 (meter kubik). Dan kami masih memiliki lahan yang sangat luas di Arun, sehingga kami bisa menambah 10 tangki lagi. Ini untuk pemenuhan pasar domestik maupun internasional," tuturnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tahap I Rampung, Proyek Pipa Gas Cisem Tahap II Dimulai di 2024

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan bahwa pembangunan proyek pipa gas Cisem Tahap I (Ruas Semarang-Batang) sepanjang 60 KM telah selesai dibangun. Adapun proyek pipa gas Cisem Tahap II (Batang-Kandang Haur) yang akan mulai dibangun pada 2024 mendatang.

"Saat ini (ruas) Semarang-Batang telah selesai, dan sedang disiapkan proyek pipa gas Batang-Cirebon-Kandang Haur sepanjang 240 KM," kata Menteri Arifin, dikutip dari laman resmi Kementerian ESDM, Selasa (31/10/2023).

Sebagai informasi, pembangunan transmisi pipa gas bumi Cirebon-Semarang (CISEM) dan Dumai-Sei Mangke merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan PSN.

Kementerian ESDM merinci, proyek pipa gas Cisem Tahap I menelan biaya hingga Rp 1,13 triliun, dan Cisem Tahap II direncanakan akan menghabiskan biaya Rp 3,34 ptriliun. Biaya tersebut dimasukkan ke dalam APBN dengan skema multi years contract.

Total Biaya Proyek

Sehingga total biaya proyek pipa gas cisem mencapai Rp 4,47 triliun.

Potensi demand pipa CISEM tahap II ini, antara lain industri di Cirebon, Tegal. Pekalongan, Brebes dan Pemalang dengan volume sekitar 5,8-12 MMSCFD.

Selain itu, konsumen komersial seperti hotel dan restoran. Juga, jaringan gas rumah tangga, kilang minyak Balongan dengan volume 24 MMSCFD dan berpotensi meningkat hingga 42 MMCSFD. Permintaan lainnya adalah pembangkit tenaga listrik dengan volume 189-199 MMCSFD.

 

3 dari 3 halaman

Kementerian ESDM Siapkan Pembangunan Pipa Gas Dumai-Sei Mangke

Arifin juga mengungkapkan, Kementerian ESDM sedang mempersiapkan pembangunan pipa gas ruas Dumai-Sei Mangke di Sumatera bagian utara.

Jika hal tersebut sudah selesai dilakukan, maka akan meningkatkan pemanfaatan gas domestik, karena sudah terhubung dari Jawa Timur hingga Sumatera bagian utara.

"Selama ini, Sumatera bagian utara itu kebutuhan gasnya disupplai dari pengapalan 16 kargo LNG dari Papua dan Kaltim," imbuhnya, saat Rapat Koordinasi yang dipimpin oleh Ad-Interim Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Menteri BUMN Erik Thohir di Kantor Kementerian ESDM pada Senin (30/10).

Total anggaran yang akan digunakan untuk pembuatan pipa gas Dumai-Sei Mangke sebesar Rp 6,6 triliun, dan akan menyalurkan potensi gas bumi dari Wilayah Kerja (WK) Agung dan Andaman di Aceh untuk dimanfaatkan di Jawa dan Sumatera.

Jika pipa gas sudah tersambung dari Sumatera hingga Jawa Timur, maka akan ada penambahan penerima jaringan gas kota (jargas) di Cisem sebanyak 300 ribu sambungan rumah tangga (SR) dan Dumai-Sei Mangke sebanyak 600 ribu SR.

Dari angka tersebut akan mengurangi subsidi LPG 3 kg sebanyak Rp 630 miliar per tahun, dan akan menghemat devisa impor LPG sebesar Rp 1,08 triliun per tahun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.