Sukses

Tekan Polusi Udara, Transjakarta Kerahkan 100 Bus Listrik Tahun Ini

PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) target mengoperasikan 100 bus listrik di jalanan ibu kota pada 2023 ini. Kebijakan ini dibuat untuk menekan tingginya polusi udara.

Liputan6.com, Jakarta - PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) target mengoperasikan 100 bus listrik di jalanan ibu kota pada 2023 ini. Kebijakan ini dibuat untuk menekan tingginya polusi udara yang dihasilkan transportasi berbahan bakar minyak, serta upaya efisiensi biaya operasional.

Kepala Departemen Humas dan CSR Transjakarta Wibowo mengatakan, pengoperasian bus listrik itu untuk pengalihan kendaraan dari BBM ke listrik untuk mengurangi polusi udara. “Bus ini ramah lingkungan sesuai dengan komitmen untuk menekan biaya transportasi serta pengendalian polusi udara,” ungkapnya, Selasa (15/8/2023).

Menurut dia, saat ini TransJakarta sudah mengoperasikan 52 bus listrik dari 100 yang ditarget beroperasi pada tahun ini. Pengoperasian bus listrik berkapasitas 50 pelanggan dengan 33 kursi itu, ditujukan untuk mengurangi emisi pembuangan gas kendaraan.

Diketahui, Seluruh bus listrik baru tersebut disediakan oleh mitra operator PT Transportasi Jakarta, PT Mayasari Bakti. Bus-bus listrik itu banyak dioperasikan di rute tengah. Di antaranya rute nonBRT 1P Pasar Senen-Blok M ataupun 1R Pasar Senen-Tanah Abang.

Saat ini, bus-bus listrik tersebut lebih banyak melayani wilayah selatan Jakarta. Di antaranya rute D21 Lebak Bulus-Universitas Indonesia, rute 4B Stasiun Manggarai-Universitas Indonesia, ataupun 1E Pondok Labu-Blok M.

Indeks Kualitas Udara Jakarta

Kata Wibowo, langkah yang sudah diambil TransJakarta ini terutama untuk perbaikan transportasi agar tidak menimbulkan polusi udara.

“Kemudian kita juga lagi benar-benar giat untuk menata rute agar tepat sasaran dalam mengurangi emisi. Itukan jadi bagian dalam pengurangan polusi,” imbuhnya.

Seperti diketahui, Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta belakangan ini menunjukkan kondisi yang memilukan. Secara real-time, rata-rata kondisi udara di Jakarta berada pada status tidak sehat bagi kelompok sensitif, bahkan beberapa waktu lalu terburuk di dunia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kendaraan bermotor khusus di DKI Jakarta saja mencapai sekitar 21,8 juta unit pada akhir 2022.

Menurut laporan tersebut, selama periode 2020-2022 jumlah mobil penumpang di ibu kota sudah bertambah 1,6 jutaan unit. Kendaraan bermotor tercatat menjadi penyebab signifikan dari polusi udara di Jakarta, mencakup sekitar 57 persen dari total polutan. Dari persentase tersebut, hampir 98 persen berasal dari kendaraan pribadi yang beroperasi di jalan-jalan ibu kota.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Polusi Udara Jakarta Memburuk, Jokowi Sebut Bakal Ada Pengawasan Pembangkit Listrik di Sekitar Jabodetabek

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan sejumlah usulan untuk penanganan polusi udara di Jabodebek yang semakin parah.

Dalam jangka pendek, Jokowi memerintahkan kementerian dan lembaga pemerintah non-kementerian (K/L) terkait untuk intervensi agar kualitas udara di Jabodetabek lebih baik.

Intervensi itu, menurut Jokowi seperti rekayasa cuaca memancing hujan di kawasan Jabodetabek. Selain itu, menerapkan regulasi untuk percepatan penerapan batas emisi terutama di wilayah Jabodetabek. Demikian dikutip dari Antara, Senin (14/8/2023).

Untuk atasi polusi udara Jakarta, Jokowi juga meminta agar ruang terbuka hijau (RTH) diperbanyak di daerah Jabodetabek. Jokowi meminta agar segera disiapkan anggaran penyediaan RTH.

Sedangkan dalam jangka menengah, pemerintah akan konsisten menerapkan kebijakan mengurangi pemakaian kendaraan berbasis fosil dan beralih ke transportasi massal. Sedangkan jangka panjang, aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim perlu diperkuat.

“Harus dilakukan pengawasan kepada sektor industri dan pembangkit listrik terutama di sektor Jabodetabek dan mengedukasi publik yang seluas-luasnya,” kata dia.

Tak hanya itu, Jokowi menuturkan perlu mendorong sistem kerja hibrida untuk pangkas polusi udara di Jabodetabek. Hal ini mengingat dalam sepekan terakhir masuk ke kategori sangat buruk.

“Jika diperlukan, kita harus berani mendorong banyak kantor melaksanakan hybrid working, work from office, work from home mungkin. Saya tidak tahu nanti dari kesepakatan di rapat terbatas ini, apakah (jam kerja) 7-5,2-5 atau angka yang lain,” ujar Jokowi.

3 dari 3 halaman

Penyebab Polusi Memburuk

Jokowi menuturkan, kualitas udara di Jabodetabek selama sepekan terakhir sangat buruk. Pada Sabtu, 12 Agustus 203, kualitas udara di DKI Jakarta berada di angka 156. Ini artinya masuk kategori tidak sehat. Jokowi menilai, kemarau panjang hingga penggunaan sumber energi dari batu bara menjadi faktor penyebab buruknya kualitas udara di Jabodetabek.

“Kemarau panjang selama tiga bulan terakhir yang menyebabkan peningkatan konsentrasi polutan tinggi serta pembuangan emisi dari transportasi dan juga aktivitas industri di Jabodetabek, terutama yang menggunakan batu bara di sektor industri manufaktur,” ujar dia.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.