Sukses

Gelombang Dedolarisasi Terus Mengalir, Akankah Keperkasaan Dolar AS Tergantikan?

Dedolarisasi bertentangan dengan logika yang terjadi saat ini. Berbagai krisis keuangan global yang terjadi justru telah memperkuat keunggulan dolar AS dalam industri keuangan global.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah negara di Asia menjalin kerja sama untuk meningkatkan penggunaan mata uang lokal untuk transaksi ekspor impor dan transaksi lainnya. Teori dedolarisasi pun mencuat karena dalam kerja sama tersebut meminimalisir penggunaan dolar AS sebagai alat pembayaran. 

Akankah dedolarisasi terjadi dalam waktu dekat ini?

untuk diketahui, dedolarisasi adalah proses penggantian dolar AS sebagai mata uang yang digunakan untuk perdagangan dan atau komoditas lainnya.

Ekonom senior Ferry Latuhihin menjelaskan, dedolarisasi bertentangan dengan logika yang terjadi saat ini. Menurutnya, berbagai krisis keuangan global yang terjadi justru telah memperkuat keunggulan dolar AS dalam industri keuangan global.

Aset keuangan dalam mata uang dolar AS, terutama sekuritas pemerintah AS, masih menjadi tujuan pilihan bagi investor yang tertarik untuk mengamankan investasi mereka.

Ia pun mencontohkan dengan kejadian pada Oktober 2008 saat pasar keuangan AS terguncang. Saat itu terjadi kehancuran pasar perumahan di awal tahun dan jatuhnya raksasa keuangan Lehman Brothers di September mengirimkan gelombang kepanikan ke seluruh bagian sistem keuangan dunia.

"Kemudian sesuatu yang luar biasa terjadi. Gelombang uang membanjiri Amerika Serikat, sebagai pusat krisis. Investor AS menarik modal mereka kembali dari luar negeri, sementara investor asing mencari tempat yang aman untuk uang mereka ditambahkan ke arus masuk," jelas dia dalam keterangan, Jumat (19/5/2023).

Kemudian, pada November 2009, ketika pasar keuangan global perlahan bangkit kembali, kekhawatiran tentang situasi utang Yunani mulai tumbuh. Para pejabat Yunani mengakui bahwa pembukuan fiskal mereka telah matang dan utang pemerintah negara itu mencapai 113 persen dari PDB, hampir dua kali lipat batas atas 60 persen.

Krisis Utang Zona Euro

Sekali lagi, masalah di luar negeri mendorong uang masuk ke AS. Dari Desember 2009 hingga November 2010, karena krisis utang mengalir ke seluruh zona euro dan meningkat menjadi proporsi bencana, imbal hasil catatan Treasury AS 10 tahun turun lebih dari 1 poin persentase, dari 3,6 persen per tahun menjadi 2,5 persen.

Pada kuartal III 2010, ketika krisis utang zona euro tampak dalam bahaya lepas kendali, Amerika Serikat memiliki arus masuk bersih hampir USD 180 Miliar ke pasar sekuritasnya.

Dalam kuartal II tahun itu, arus masuk bersih ke pasar tersebut rata-rata hanya USD 15 miliar. Investor swasta asing menyumbang sekitar dua pertiga dari arus masuk bersih ini pada kuartal ketiga; sisanya berasal dari bank sentral dan investor resmi lainnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Paradoks

Paradoksnya, krisis keuangan global, yang dipicu oleh kehancuran pasar perumahan Amerika Serikat dan kemudian dengan cepat menginfeksi pasar keuangan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia, telah mengukuhkan peran dominan dolar AS.

Alasan untuk hasil yang aneh ini adalah karena krisis telah meningkatkan permintaan akan aset keuangan yang aman bahkan ketika pasokan aset tersebut dari seluruh dunia menyusut, meninggalkan Amerika Serikat sebagai penyedia utama.

Menurut Ferry Latuhihin, alasan Amerika Serikat tampak begitu istimewa dalam keuangan global bukan hanya karena ukuran ekonominya, tetapi juga faktanya bahwa ia telah memupuk serangkaian institusi— pemerintahan demokratis, institusi publik, pasar keuangan, kerangka hukum—yang, dengan segala kekurangannya, tetap menjadi standar bagi dunia.

Pasar utang Amerika Serikat, di mana sekuritas utang yang diterbitkan oleh perusahaan dan pemerintah dapat diperdagangkan, tetap tak tertandingi dalam hal kedalaman atau volume sekuritas yang tersedia untuk diperdagangkan dan likuiditas atau jumlah perdagangan atau perputaran sekuritas tersebut.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini