Sukses

Bos BI Ungkap 4 Faktor yang Bikin Inflasi Turun Lebih Cepat dari Target

Pemerintah mengupayakan agar inflasi inti dan inflasi IHK turun melalui kebijakan fiskal dengan menggelontorkan berbagai insentif kepada masyarakat, yaitu memberikan subsidi BBM, subsidi energi dan lain

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, mengungkapkan 4 faktor yang membuat inflasi inti dan Indeks Harga Konsumen (IHK) turun lebih cepat dari perkiraan.

"Realisasinya penurunan inflasi itu lebih cepat dan bahkan lebih rendah dari yang kita perkirakan, tentu saja setidaknya ada empat faktor yang mendorong kenapa inflasi inti maupun inflasi IHK turun lebih cepat dan lebih rendah," kata Perry dalam konferensi pers RDG periode April 2023, Selasa (18/4/2023).

Diketahui, inflasi IHK atau Indeks Harga Konsumen (IHK) secara bulanan tercatat 0,18 persen (mtm) lebih rendah dari pola historisnya di periode awal bulan Ramadan, sehingga secara tahunan turun dari level bulan sebelumnya sebesar 5,47 persen (yoy) menjadi 4,97 persen (yoy).

Penurunan inflasi terjadi di semua kelompok, yaitu inti, volatile food, dan administered prices. Inflasi inti Maret 2023 terus melambat dari 3,09 persen (yoy) menjadi 2,94 persen (yoy) dipengaruhi ekspektasi inflasi dan tekanan imported inflation yang menurun serta pasokan agregat yang memadai dalam merespons kenaikan permintaan barang dan jasa.

Berikut 4 faktor yang mendorong inflasi inti dan inflasi IHK turun lebih rendah dengan cepat:

1. Respon kebijakan Bank Indonesia

Perry mengungkapkan, respon kebijakan Bank Indonesia yang sejak awal tidak ragu-ragu untuk secara front loaded dan pre-emptive menurunkan inflasi khususnya dari ekspektasi inflasi.

Die menegaskan, alasan Bank Indonesia menaikkan BI rate sejak Agustus tahun 2022 juga sebagai respon untuk memitigasi terjadinya kenaikan inflasi.

"Hasilnya pada bulan Juli, Agustus tahun lalu, September tahun lalu ekspektasi inflasi pada waktu itu 6,7 persen, pada akhir tahun waktu itu kita sampaikan ini over shooting ekspektasi inflasinya dan juga kita respons dengan kenaikan suku bunga tadi. Oleh karena itu realisasinya akhir tahun lalu itu inflasinya kan rendah," ujarnya.

2. Terkendalinya inflasi barang impor (imported inflation)

Perry menjelaskan, imported inflation adalah depresiasi nilai tukar dikalikan dengan harga-harga di luar negeri. Dia menegaskan, inflasi di dunia ini kan masih tinggi. Oleh karena itu, langkah Bank Indonesia untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dengan cara pengendalian inflasi, khususnya inflasi yang bersumber dari luar negeri yaitu, imported inflation.

3. Hasil Koordinasi Pemerintah Pusat dan daerah

Menurutnya, inflasi inti dan inflasi IHK bisa turun rendah dengan cepat dikarenakan kesuksesan dari koordinasi pemerintah pusat dan daerah serta bersama 46 kantor cabang Bank Indonesia, dalam mewujudkan gerakan nasional pengendalian inflasi pangan.

"Program utama dari tim pengendalian inflasi pusat dan daerah dari sejak awal Agustus tahun lalu, pemerintah pusat Bank Indonesia dan pemerintah daerah itu betul-betul bersinergi. Kita melakukan operasi pasar, kemudian juga pemerintah ada kebijakan-kebijakan dari pengendalian pangannya," ujarnya.

4. Kebijakan Fiskal

Pemerintah juga mengupayakan agar inflasi inti dan inflasi IHK turun melalui kebijakan fiskal dengan menggelontorkan berbagai insentif kepada masyarakat, yaitu memberikan subsidi BBM, subsidi energi dan lain sebagainya dalam rangka untuk mengendalikan inflasi dari administered prices.

"Jadi, keempat langkah yang terus kita lakukan ini kami meyakini bahwa inflasi inti itu akan bergerak di sekitar 3 persen dari sekarang sampai dengan akhir tahun ini, dan akan tetap terkendali rendah yaitu di sekitar 3 persen inflasi inti dalam sisa tahun 2023. Inflasi IHK bisa turun dibawah 4 persen," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

BPS: Inflasi Maret 2023 Capai 0,18 Persen

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi bulanan di Maret 2023 sebesar 0,18 persen (mtm). Angka ini lebih tinggi dari tingkat inflasi bulanan Februari 2023 sekitar 0,16 persen.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menerangkan Hal ini terjadi karena indeks harga konsumen meningkat dari 114,16 di Februari 2023 menjadi 114,36 pada Maret 2023.

"Jika dilihat secara series secara bulan ke bulan terlihat lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yaitu Februari 2023 sebesar 0,16 persen," kata dia dalam konferensi pers, Senin  (3/4/2023).

Pudji menerangkan, penyumbang inflasi bulanan terbesar pada Maret 2023 berasal dari makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,18 persen. Adapun rincianya yakni angkutan udara, bensin, beras, cabai rawit, dan rokok kretek filter.

 

3 dari 3 halaman

Deflasi

Disamping itu, terdapat kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi terdalam berasal dari kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga yakni -0,26 persen.

Sementara, penyumbang deflasi bulanan terbesar untuk kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga adalah tarif air minum PAM.

Adapun secara tahunan, inflasi Maret 2023 mencapai 4,97 persen, lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan pada bulan Februari 2023 yang sebesar 5,47 persen. "Sementara itu secara year on year terjadi inflasi sebesar 4,97 persen dan secara tahun kalender terjadi inflasi sebesar 0,68 persen," pungkasnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.