Sukses

Pandemi Berakhir, Pertumbuhan Ekonomi Kota Tangerang Naik ke 5,97 Persen

Menurut data yang dirillis Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang tahun 2022 dibanding dengan 2021 berhasil tumbuh 5,97 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Pasca 2,5 tahun diterjang badai pandemi COVID-19, perlahan namun pasti, kebangkitan ekonomi di wilayah Tangerang. Menurut data yang dirillis Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang tahun 2022 dibanding dengan 2021 berhasil tumbuh 5,97 persen.

Angka tersebut diklaim, mengalami pertumbuhan tertinggi di Provinsi Banten.

"Ini merupakan hasil dari perhitungan sistem neraca regional menunjukkan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Tangerang melampaui delapan kota kabupaten lainnya," ungkap Kepala BPS Kota Tangerang, Muladi Widastomo saat dihubungi, Selasa (7/3/2023).

Setelah Kota Tangerang yang berada di posisi puncak, urutan dua adalah Kota Tangerang Selatan dengan capaian 5,82 persen. Disusul urutan ketiga, Kabupaten Tangerang sebesar 5,47 persen.

"Berdasarkan data yang diolah, LPE Kota Tangerang tak hanya tertinggi di Provinsi Banten, namun berhasil lebih tinggi dari LPE Provinsi Banten 2022 diangka 5,03 persen dan LPE Nasional 2022 yang diangka 5,31 persen," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Kota Tangerang, Decky Priambodo mengungkapkan, LPE Kota Tangerang di 2022 tumbuh impresif yang mempengaruhi pertumbuhan diberbagai sektornya.

"Ada beberapa komponen besar yang menjadi pendukung perekonomian Kota Tangerang sepanjang 2022, diantaranya transportasi dan pergudangan di 54,36 persen, industri pengolahan di 29,32 persen, dan perdagangan besar dan eceran di 11,06 persen,” papar Decky.

Lalu, komponen pendukung lainnya yang mendongkrak naiknya pertumbuhan ekonomi berasal dari kontruksi sebesar 8,16 persen, real estate 6,14 persen, pengadaan listrik dan gas 5,49 persen, pengadaan air, pengolahan sampah dan limbah 4,05 persen, pertanian, kehutanan dan perikanan 3,76 persen. Serta penyediaan akomodasi dan makan minum dengan 3,52 persen. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tenang, Indonesia Punya Modal Kuat Hadapi Resesi Global

Sejumlah negara di dunia tengah dibayang-bayangi ancaman resesi global. Tak sedikit negara mengalami kesulitan ekonomi dan kemudian meminta bantuan dari IMF.

Lantas, bagaimana peluang Indonesia, apakah akan mengikuti arus ikut jatuh resesi? Tenang, hal itu masih jauh. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini masih di kisaran 5,3 persen.

Adapun, definisi resesi adalah pertumbuhan ekonomi sebuah negara negatif dua kuartal berturut-turut.

Menko Airlangga menjamin, banyak hal yang dipunyai Indonesia untuk tidak masuk ke jurang resesi. Ketergantungan pada pasar ekspor yang relatif rendah atau kurang dari 50 persen menjadikan negara-negara seperti Indonesia, Jepang, Brasil, Tiongkok, dan Amerika Serikat memiliki resiliensi yang tinggi melalui dukungan pasar domestik yang kuat.

Menko mencatat hingga akhir 2022, nilai ekspor Indonesia mencapai USD299,57 miliar atau tumbuh 29,40 persen (yoy). Sedangkan sisi impor juga mengalami pertumbuhan yang hampir setara yakni 25,37 persen (yoy) atau sebesar USD245,98 miliar.

Lebih lanjut, Airlangga optimis kinerja ekspor dalam perdagangan internasional Indonesia pada tahun 2023 diproyeksikan akan tumbuh sebesar 12,8 persen (yoy) dan impor akan tumbuh lebih tinggi yakni sebesar 14,9 persen (yoy).

Tidak hanya itu, kebijakan zero Covid-19 di China juga menjadi salah satu stimulus ekspor Indonesia. Maklum saja, ekspor Indonesia paling tinggi sampai saat ini adalah China. Selagi ekonomi China masih tumbuh, maka ekspor Indonesia juga masih ciamik

Masih tumbuhnya ekspor Indonesia inilah menjadi salah satu senjata hadapi ancaman resesi global.

3 dari 3 halaman

Konsumsi Domestik Masih Tinggi

Senada dengan Menko Airlangga, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo juga memastikan Indonesia tahan terhadap resesi global.

permintaan domestik khususnya konsumsi swasta diyakini akan mendongkrak perekonomian RI di tahun 2023. Berkat pencabutan kebijakan PPKM, kepercayaan konsumen semakin baik dan secara langsung menumbuhkan konsumsi swasta.

"Darimana asalnya yaitu konsumsi swasta yang lebih cepat dari yang kita perkirakan dengan adanya PPKM dan adanya confident dari konsumen. Confident dari konsumen itu menumbuhkan konsumsi swasta. Dua sumber itu terutama di samping ada sumber-sumber lain. Jadi itu adalah jawaban," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.