Sukses

Kementan Dampingi Ombudsman Monitoring Kostraling Terkait Stok Beras

Anggota Ombudsman RI, Yeka Hendra Fatika menilai penggilingan padi bantuan Kementan luar biasa, yakni ada perubahan signifikan empat tahun terakhir ini.

Liputan6.com, Sragen Monitoring kegiatan Komando Strategi Penggilingan (Kostraling) dan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi petani kembali dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) yang mendampingi Ombudsman RI, di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

Monitoring bertujuan untuk memastikan jalannya usaha penggilingan yang tergabung dalam Kostraling dan sekaligus memastikan ketersediaan stok beras di bulan Ramadan.

Anggota Ombudsman RI, Yeka Hendra Fatika menilai penggilingan padi bantuan Kementan luar biasa, yakni ada perubahan signifikan empat tahun terakhir ini. Dengan adanya bantuan Kementan, petani sudah bisa menjalankan bisnis penyediaan beras dalam jumlah besar dan bahkan ke depannya termotivasi meningkatkan kapasitas usaha penggilinganya.

"Kalau dulu bantuan itu besi tua. Pengadaan barang dan jasa sudah sangat baik, kualitas RMU dan pengering bagus. Termasuk juga pemilihan lokasi dan penerima bantuan sekaligus ada perbaikan dalam proses pembinaannya," demikian dikatakan Yeka dalam kegiatan monitoring didampingi Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi, Kepala Bulog Surakarta, Kepala Dinas Pertanian Jawa Tengah, Sabtu (16/4).

Adapun penggilingan padi atau Rice Milling Unit (RMU) yang dikunjungi yakni RMU Gapoktan Ngudi Makmur di Desa Purworejo, Kecamatan Gemolong, RMU Kelompok Tani Ngudi Rahayu 2 Desa Krikilan, Kecamatan Masaran dan RMU Kelompok Tani Sri Makmur Desa Plosokerep, Kecamatan Karangmalang.

Yeka mengungkapkan bantuan RMU dan pengering yang dijalankan Kementan berdampak nyata pada upaya perlindungan petani karena kualitas gabah tidak merosot dan harganya pun terlindungi terutama saat musim panen raya. Hadirnya bantuan ini pun membantu Bulog untuk menyerap gabah petani.

"Saya sangat senang melihat RMU dan pengering bantuan di Sragen ini, mudah-mudahan di daerah lain juga seperti ini. Dan saya apresiasi beras kita surplus, tidak ada impor. Kalau produksi beras sekarang kita memang akui, kita semua sepakat. Tidak ada perbedaan data," ujarnya.

Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan kondisi perbesaran Indonesia sejak 2019 hingga saat ini tidak ada impor beras umum. Ini juga merupakan komitmen Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pada 2022 termasuk berkaitan dengan swasembada beras.

Berdasarkan data BPS, potensi produksi padi pada Subround Januari–April 2022 diperkirakan mencapai 25,4 juta ton gabah kering giling (GKG) setara 14,63 juta ton beras.

"Setiap tahun dalam lima tahun terakhir, terjadi surplus beras sebesar 2 juta ton dan stok totalnya mencapai 7-9 juta ton yang tersebar di penggilingan, masyarakat, Bulog, pedagang. Artinya stok beras kita kuat bahkan di masa sulit," ucapnya.

Menurut Suwandi, ketersediaan beras di Jawa Tengah sangat aman karena merupakan produsen beras kedua nasional dan Kabupaten Sragen sebagai penghasil beras urutan ke-9 nasional. Selain itu, penerapan sistem tanam Indeks Pertanaman (IP) 400 atau panen dan tanam empat kali setahun di Jawa Tengah mencapai 53 ribu hektar dan di Kabupaten Sragen sebesar 10 ribu hektar.

"Untuk menguatkan cadangan beras ke depannya, arahan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo seluruh penggilingan itu harus naik kelas. Minggu lalu monitoring Kostraling di Indramayu dan hari ini di Sragen. Kostraling harus bisa mengembangkan usahanya dengan mandiri, tidak lagi berharap bantuan. Jadi usaha penggilinga harus beranak," tegasnya.

Melansir data BPS, potensi luas panen padi se-Provinsi Jateng pada April 2022 sebesar 121.758 ha dengan estimasi produksi 680.289 ton GKG dan Kabupaten Sragen seluas 143 ha dengan estimasi produksi 925 ton GKG. Harga rata rata gabah di Kabupaten Sragen yakni Rp 4.300/kg GKP dan Rp 5.300/kg GKG di musim tanam pertama.

Sementara itu, Kepala Bulog Surakarta, Sri Muniati mengatakan ketersediaan beras di wilayah Surakarta saat ini aman karena Bulog memiliki sentra penggilingan padi modern, sehingga serapan gabah dan beras tinggi serta mengantisipasi anjloknya harga.

Di tahun ini, target total serap gabah sebanyak 55,5 ribu ton setara beras terdiri dari pengadaan pemerintah (PSO) dan komersil.

"Untuk mencapai target ini, Bulog Surakarta memiliki sembilan gudang dengan kapasitas 90 ribu ton beras di antaranya dua gudang di Sragen. Khusus di Sragen, sejak Maret sudah berjalan kegiatan serap gabah dan mitra pun sudah mengerti untuk kadar airnya 14%," ujarnya.

"Untuk harga beras masih mengacu Permendag yaitu Rp 8.300 perkilogram dan gabah kering giling Rp5.300. Pada saat ini kami menyerap beras dan gabah," ujar Sri. 

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.