Sukses

Rusia Menyerang Ukraina, Segini Perbandingan Anggaran Pertahanan Kedua Negara

Di tengah kabar Rusia menyerang Ukraina, banyak yang penasaran dengan dana pertahana kedua negara ini.

Liputan6.com, Jakarta - Rusia menyerang Ukraina tengah menjadi sorotan dunia. Aksi militer ini disampaikan langsung Presiden Vladimir Putin. Langkah militer tersebut langsung menuai kecaman dari berbagai negara Barat, termasuk Amerika Serikat. 

Di tengah ketegangan yang sedang berlangsung, publik juga menyoroti kelebihan masing-masing militer Rusia dan Ukraina. Jika dilihat secara pendanaan militer, militer Rusia lebih di atas angin dari Ukraina.

Dilansir dari laman Globalfirepower.com, Kamis (24/2/2022) anggaran pertahanan militer Rusia tercatat sebesar USD 154 miliar atau setara Rp 2,2 kuadriliun.

Sedangkan Ukraina, mengantongi anggaran pertahanan sebesar USD 11,8 miliar atau Rp 169,9 triliun.

Adapun jumlah utang eksternal militer Rusia, sebanyak USD 479,8 miliar atau Rp 6,9 kuadriliun, dan utang eksternal militer Ukraina tercatat USD 117,4 miliar atau setara 1,6 kuadriliun.

Cadangan devisa militer Rusia juga lebih tinggi, yaitu sebesar USD 432,7 miliar atau Rp 6,2 kuadriliun, sementara militer Ukraina memiliki cadangan devisa sebesar USD 18,8 miliar atau Rp 270,7 triliun.

Daya beli militer Rusia juga lebih besar, yaitu sebanyak USD 3,8 triliun atau Rp 54,7 kuadriliun, sementara daya beli militer Ukraina tercatat USD 515 miliar atau Rp 7,4 kuadriliun.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gambaran Ekonom Soal Dampak Ekonomi dari Invasi Rusia di Ukraina

Sejumlah ekonom melihat ancaman invasi Rusia ke Ukraina dapat memunculkan dampak ekonomi secara global, termasuk Amerika Serikat.

"Tingkat ketidakpastian ekonomi akan meningkat, yang akan berdampak negatif bagi rumah tangga dan perusahaan," kata Maurice Obstfeld, peneliti senior di Peterson Institute for International Economics, dikutip dari laman New York Times.

Dia juga mencatat bahwa dampak ekonomi terberat imbas Rusia serang Ukraina akan terasa di Eropa, namun pada tingkat yang lebih rendah di AS.

Tetapi para bankir sentral mencatat bahwa risiko geopolitik dapat menyebabkan kenaikan harga energi global atau memperburuk kekurangan pasokan, serta memungkinkan berubahnya prospek pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, ekonom juga melihat implikasi utama dan langsung pada ekonomi dari ketegangan Rusia-Ukraina berada pada minyak dan gas.

Rusia memproduksi 10 juta barel minyak per hari, kira-kira 10 persen dari permintaan global, dan merupakan pemasok gas alam terbesar di Eropa, yang digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik dan menyediakan panas untuk rumah dan bisnis.

Meski impor AS atas minyak Rusia relatif sedikit, tetapi pasar komoditas energi bersifat global, yang berarti perubahan harga di satu bagian dunia memengaruhi berapa banyak orang membayar energi di tempat lain.

Sejauh ini, tidak diketahui secara jelas seberapa besar konflik Rusia-Ukraina akan mendorong harga, tetapi pasar energi telah gelisah – dan harga bahan bakarjuga  telah meningkat tajam – pada prospek invasi.

Jika harga minyak per barel naik menjadi USD 120 pada akhir Februari 2022, inflasi yang diukur oleh Indeks Harga Konsumen dapat naik mendekati 9 persen dalam beberapa bulan ke depan, menurut ekonom di UBS, Alan Detmeister, yang pernah memimpin divisi harga dan upah di The Federal Reserve.

"Ini menjadi pertanyaan: Berapa lama harga minyak, harga grosir gas alam akan tetap tinggi?," ujarnya. 

Sementara menurut kepala analisis minyak di GasBuddy, Patrick De Haan, harga minyak USD 120 per barel adalah perkiraan yang masuk akal tentang seberapa tinggi harga minyak bisa naik, yang menandakan akan dibanderol USD 4 per galon di pompa secara rata-rata.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.