Sukses

Kedelai Mahal, Warteg Pangkas Ukuran Tempe Setipis Kartu ATM

Pelaku usaha Warung Tegal (Warteg) di DKI Jakarta memutuskan untuk tidak menaikkan harga tahu tempe meski kedelai mahal.

Liputan6.com, Jakarta Pelaku usaha Warung Tegal (Warteg) di DKI Jakarta memutuskan untuk tidak menaikkan harga tahu tempe meski kedelai mahal. Untuk menyiasatinya, pedagang lebih memilih memangkas ukuran tempe setipis kartu ATM.

Ketua Koordinator Komunitas Warung Tegal Nusantara (Kowantara) Mukroni menyatakan, keputusan tersebut terpaksa diambil agar pelanggan tidak kabur. Sehingga, mengurangi ukuran lebih dipilih ketimbang menaikkan harga tahu tempe yang tinggi protein tersebut.

"Oleh karena itu, yang nanti kita siasati dengan mengecilkan ukuran (tempe). Bisa-bisa tempe itu ukurannya tipis seperti (kartu) ATM," kata Mukroni kepada Merdeka.com di Jakarta, Senin (21/2).

Mukroni menambahkan, keengganan pelaku usaha Warteg untuk menaikkan harga jual tahu dan tempe lantaran daya beli masyarakat yang belum pulih akibat pandemi Covid-19. Apalagi, mayoritas konsumen didominasi oleh kelompok ekonomi menengah ke bawah.

"Kita (tidak tega) menaikkan harga ini. Dalam kondisi rakyat susah kok kita menaikkan (harga)," katanya.

Oleh karena itu, dia meminta pemerintah segera mengambil kebijakan untuk menekan harga kedelai impor. Dengan demikian, harga jual tahu dan tempe di pasaran dapat kembali normal seperti sediakala.

"Kalau harga (tahu dan tempe) naik tentunya akan menambah dampak susah sekali," tutupnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mendag: Kenaikan Kedelai Impor Disebabkan Badai La Nina di Amerika Selatan

Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi mengungkapkan, kenaikan kedelai impor salah satunya diakibatkan oleh badai La Nina di Amerika Selatan. Sehingga,  menyebabkan suplai kedelai dunia terganggu.

"Harga dunia loncat dari USD 12 menjadi 18 karena terjadi La Nina di Argentina dan Amerika Selatan yang menyebabkan suplai jadi sangat terbatas dan harga jadi naik," tuturnya usai melakukan sidak di Pasar Pa'baeng-baeng Makassar, Kamis (17/2).

Selain La Nina, masalah restrukturisasi peternakan babi di China juga menjadi pemicu harga kedelai di pasar Internasional. Ia mengaku saat ini peternakan di China menjadikan kedelai sebagai konsumsi babi.

Lutfi mengaku untuk mengatasi masalah kenaikan harga kedelai tersebut, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyiapkan mitigasi untuk mengatasi hal tersebut. Ia mengaku minggu depan akan mengumumkan kebijakan mengatasi kenaikan harga kedelai.

"Sekarang kita sudah siapkan mitigasinya untuk mengambil kenaikan harga. Kita akan putuskan kesempatan minggu depan dan akan saya umumkan kebijakannya," ujarnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.