Sukses

Miris, Dana Bansos Malah Dibelanjakan Rokok Ketimbang Bahan Pokok

Selama pandemi Covid-19 di 2020 dana bantuan sosial yang dicarikan secara tunai digunakan untuk membeli rokok ketimbang dibelikan bahan pokok.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Pusat Kajian Jaminan Sosial, Sekolah Kajian Stratejik dan Global (PJS-SKJ) Universitas Indonesia Aryana Satrya mengatakan konsumsi rokok masyarakat sejak tahun 2018 terus mengalami peningkatan.

Bahkan selama pandemi Covid-19 di tahun 2020 dana bantuan sosial (bansos) yang dicarikan secara tunai digunakan untuk membeli rokok ketimbang dibelikan bahan pokok.

"Dana bansos ini tidak digunakan untuk membeli makanan atau asupan yang bergizi tapi dibelikan rokok," kata Aryana dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (14/12/2021).

Padahal kata Aryana perokok lebih rentan terpapar virus corona. Selain itu, meski pendapatan masyarakat selama pandemi menurun, hal tersebut tidak lantas membuat para perokok berhenti mengkonsumsi tembakau.

Sebaliknya, mereka mencari atau berpindah ke merek rokok yang lebih murah. Tak hanya itu, para perokok juga memilih menunggak membayarkan BPJS Kesehatan atau Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) demi membeli rokok.

"Mereka juga lebih sering menunggak iuran BPJS atau JKN," kata dia.

Aryana mengatakan, kenaikan pembelian rokok 1 persen akan berimbas pada meningkatnya angka kemiskinan. Sehingga dia berharap pemerintah bisa mengendalikan konsumsi tembakau di masyarakat.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perokok Anak

Dia menambahkan dari tahun ke tahun tingkat perokok anak semakin meningkat. Maka semua pihak harus bisa mengantisipasi pertambahan perokok anak .

Hasil riset dari Bappenas menunjukkan 75 persen perokok pemula memulainya di usia dibawah 20 tahun. Sementara hanya 23 persen perokok yang mulai merokok setelah usia 20 tahun.

Lingkungan khususnya teman sebaya menjadi pengaruh yang besar bagi perokok pemula. Apalagi harga eceran per batang murah dan terjangkau dengan uang jajan anak sekolah.

"Perokok anak pada usia SD dan SMP ini lebih banyak karena pengaruh teman sebaya. Tapi kalau sudah SMA ini pengaruhnya harga jual rokok," kata dia.

Untuk itu dia mendorong pemerintah untuk membuat kebijakan yang lebih tegas untuk mengurangi jumlah perokok anak.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.