Sukses

Sepak Terjang Pendiri Evergrande, dari Orang Terkaya Asia dan Kini Terlilit Utang Segunung

Hui Ka Yan pernah menyandang status sebagai orang terkaya di Asia. Saat ini, ia berada di ambang kehancuran karena Evergrande terlilit utang dalam jumlah besar.

Liputan6.com, Jakarta Pendiri perusahaan real estate Evergrande Group Hui Ka Yan pernah berada di puncak kejayaannya karena menyandang status sebagai orang terkaya di Asia.

Total kekayaannya saat itu mencapai USD 42,5 miliar (Rp 608 triliun). Saat ini, ia berada di ambang kehancuran karena Evergrande terlilit utang dalam jumlah besar.

Diketahui perusahaan memiliki utang senilai USD 305 miliar (Rp 4.367 triliun). Evergrande meminjam uang dari bank, perusahaan perwalian dan pemegang obligasi, serta karyawan dan masyarakat luas.

Melansir dari Forbes, Kamis (30/9/2021), Profesor Keuangan Chinese University of Hong Kong Joseph Fan mengatakan bahwa penetapan apakah Hui dianggap bersalah atau tidak atas kerugian besar yang terjadi kemungkinan bergantung pada kinerjanya dalam menyelesaikan kekacauan ini.

Saat ini, Hui memiliki kekayaan senilai USD 11,5 miliar (Rp 164,6 triliun). Sebagian besar kekayaan tersebut berasal dari dividen Evergrande sejak IPO pada 2009 senilai USD 8 miliar (Rp 114,5 triliun).

Lebih lanjut, Evergrande belum membuat pengumuman terkait pembayaran bunga obligasi senilai USD 83,6 juta (Rp 1,1 triliun) yang jatuh tempo pada minggu lalu. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di pasar keuangan.

Presiden China Xi Jinping telat memperketat aturan pendanaan dan memantau sektor real estate. Pasalnya, utang yang dimiliki sektor tersebut berdampak pada ekonomi nasional.

Bukan perjalanan yang mudah bagi Hui untuk mendirikan Evergrande. Bahkan, ia harus berjuang dari nol karena lahir dari keluarga yang miskin.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Hidup dalam Kemiskinan

Hui lahir pada 1958 di Provinsi Henan, China. Ibunya meninggal dunia saat Hui berusia satu tahun. Ia pun dibesarkan oleh neneknya.

Saat masih kecil, Hui harus membantu keluarganya menjual cuka dan kayu di pasar. Sering kali ia hanya makan dengan kentang merah dan roti kukus karena hanya kedua makanan itu yang tersedia.

Meskipun kondisi perekonomiannya tidak begitu baik, Hui berhasil lulus dari Wuhan Iron and Steel University pada 1982. Setelah itu, ia bekerja di pabrik baja sebelum memutuskan pindah ke Shenzhen pada 1992.

Hui sempat bekerja di perusahaan perdagangan selama lima tahun. Akan tetapi, pada akhirnya ia menemukan minat di bidang real estate.

3 dari 3 halaman

Berdirinya Evergrande

Evergrande didirikan oleh Hui pada 1997 di Guangzhou. Perusahaan pun terus mengalami perkembangan yang pesat.

Stimulus dari pemerintah senilai CNY 4 triliun (Rp 8.860 triliun), yang dirancang untuk meningkatkan permintaan setelah krisis finansial pada 2008-2009, membuat pendanaan berlimpah. Pengembang real estate bisa meminjam dengan biaya rendah, membangun apartemen, dan memicu kenaikan tajam harga tanah.

Melihat potensi tersebut, Hui yang sangat ambisius memaksimalkan setiap pendanaan yang disediakan, mulai dari obligasi dan pinjaman bank. Ia juga menerbitkan produk manajemen kekayaan (wealth management products) melalui pihak ketiga seperti perusahaan perwaklian.

Keyakinan memenuhi diri Hui bahwa harga real estate akan terus naik di China. Oleh karena itu, ia selalu menghasilkan uang yang banyak dan bisa membayar semua bunga pinjaman.

Pada 2017, saham Evergrande yang melonjak di Hong Kong mengantarkan Hui menyandang status sebagai orang terkaya di Asia.

Selain real estate, Hui juga memperluas Evergrande Group dalam beberapa bisnis, seperti klub sepak bola profesional, panel surya, air mineral, mobil listrik, dan taman hiburan. Namun, diperkirakan Evergrande akan menjual beberapa bisnisnya untuk membayar utang.

Koneksi Hui tidak terbatas pada area bisnis saja. Diketahui ia juga mengenal penasihat politik China, Komite Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China.

Reporter: Shania

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini