Sukses

Harga Cabai Anjlok, Pedagang Pasar: Pasokan Banyak, Jualnya Susah

Masa panen di sejumlah daerah membuat harga cabai di pasaran jadi turun drastis atau anjlok

Liputan6.com, Jakarta - Stok cabai yang melambung karena masa panen di sejumlah daerah membuat harga cabai di pasaran jadi turun drastis atau anjlok. Harga anjlok ini dikeluhkan sejumlah pedagang di sektor hilir.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran keluhkan minimnya daya beli masyarakat. Ia menuturkan tiga jenis cabai mengalami penurunan dan bawang putih juga ikut turun.

“Pasokan banyak, tapi jualnya yang susah,” katanya saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (27/8/2021).

Menurut data yang diberikannya, harga cabai merah besar TW turun dari Rp 22 Ribu perkilogram jadi Rp 18 Ribu. Kemudian, cabai hijau besar turun dari Rp 15 ribu jadi Rp 14 ribu perkilogram.

Kemudian, cabai keriting hijau turun dari Rp 14 ribu jadi Rp 12 ribu, sementara bawang putih yang juga ikut turun dari Rp 27 ribu jadi 26 ribu perkilogram.

Dari data tersebut, selisih terbesar setelah harga turun dialami cabai merah besar TW dengan selisih sekitar Rp 4 ribu.

Keadaan ini memberikan dampak bagi pedagang sebagai sektor hilir. Banyaknya pasokan, dan kurangnya daya beli jadi faktor pendorong kerugian yang dialami pedagang.

Merespon penurunan daya beli masyarakat, Ngandiran menyindir pemerintah untuk menekan tindak korupsi.

Ia menilai, dengan begitu, uang yang digelontorkan pemerintah bisa menyebar ke masyarakat jika tidak ada tindak korupsi.

“Daya beli yang turun, kuncinya ya Pemerintah bagaimana menekan korupsi sehingga uang bisa nyebar ke rakyat kecil,” katanya.

“Koruptor apa belanja ke pasar tradisional?,” tanya Ngadiran.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Lapangan Kerja

Lebih lanjut ia juga menilai bahwa banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan dan tak jelasnya lapangan kerja jadi faktor yang berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.

Karena, ia menekankan masalahnya saat ini ada daya beli masyarakat yang turun drastis karena tak memiliki pendapatan. Dengan demikian, masyarakat tak bisa memanfaatkan untuk belanja kebutuhannya.

Imbasnya, pedagang yang harus memutar otak dalam menyiasati kerugian dan bahkan harus menanggung kerugian dari limpahan stok yang ada tapi pembelinya sedikit.

“Lapangan kerja siapa yangg isi? Dengan orang itu kerja kemudian dapat income, jadi bisa belanja,” katanya.

 

3 dari 3 halaman

Fenomena Biasa

Sementara itu, secara terpisah, Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri menuturkan, bahwa kondisi naik turunnya harga ini hal yang biasa pada komoditas cabai.

Namun ia menyampaikan hal yang perlu dilakukan agar fluktuasi harga yang terjadi tidak terlalu drastis dan bisa dikendalikan.

“Solusinya menurut saya pemetaan wilayah produksinya harus diatur, jadi fluktuasi harga cabai itu kenaikannya tidak jomplang,” katanya kepada Liputan6.com, Jumat (27/8/2021).

Ia mengatakan, bahkan ada fenomena yang ditemukannya bahwa petani membuang-buang cabai karena tidak laku.

Kendati demikian, ia mengatakan saat ini terkait permintaan sudah murangkak naik. “Sudah hamir normal, sehingga ini jadi penting untuk dijadikan catatan,” katanya.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.