Sukses

Perhiasan Emas Penyumbang Angka Inflasi Terbesar sepanjang 2020

Jika dilihat dari 10 komoditas terbesar yang memberikan andil inflasi nasional 2020, tertinggi adalah emas perhiasan.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sepanjang 2020 mencapai 1,68 persen. Komoditas pendorong angka inflasi tersebut adalah emas perhiasan.

Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa BPS Setianto menjelaskan, angka inflasi 2020 in ididorong oleh tiga kelompok. Pertama inflasi inti yang memberikan andil sebesar 1,05 persen, atau inflasinya mencapai 1,60 persen.

Kedua kelompok harga diatur pemerintah yang memberikan andil sebesar 0,04 persen dengan inflasi sebesar 0,25 persen. Ketiga yakni inflasi kelompok bergejolak memberikan andil sebesar 0,59 persen dengan inflasi 3,62 persen.

Sementara jika dibedakan antara komponen energi dengan komponen bahan makanan bahan makanan memberikan andil tertinggi yaitu sebesar 0,62 persen atau inflasi tahunan nasional 1,68 persen.

"Kemudian energi ini andilnya minus 0,08 dan inflasinya minus 0,90 persen," imbuh dia di kantornya Jakarta, Senin (4/1/2020).

Sementara jika dilihat dari 10 komoditas terbesar, terkait dengan andil inflasi nasional 2020, tertinggi adalah emas perhiasan. "Ini adalah kondisi 1 tahun yaitu sebesar 0,26 persen," ujarnya.

Kemudian kedua disusul oleh cabai merah memberikan andil pesan 0,61 persen. Sementara untuk minyak goreng 0,10 persen, kemudian rokok kretek filter dan rokok putih masing-masing 0,09 persen.

Selanjutnya untuk daging ayam ras sebesar 0,05 persem dan untuk telur ayam ras, ikan segar, nasi dengan lauk, uang kuliah akademi tinggi ini masing-masing sebesar 0,04 persen.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

BPS Catat Inflasi Sepanjang 2020 di Angka 1,68 Persen

 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi sepanjang 2020 di angka 1,68 persen. 

"Kalau kita bandingkan sampai dengan 2014 ini menunjukkan inflasi yang terendah," kata Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa BPS, Setianto di Kantornya, Jakarta, Senin (4/1/2020).

Berdasarkan data BPS sejak 2014, inflasi tahunan mencapai 8,36 persen kemudian turun pada 2015 mencapai 3,35 persen. Kemudian untuk 2016 Berada di posisi 3,02 pesen, 2017 3,61 persen, 2018 3,13 persen dan 2019 2,72 persen.

"Kalau kita lihat tahunan year-on-year tahun 2020 sebesar 1,68 persen. Ini kalau kita bandingkan sampai dengan 2014 ini menunjukkan inflasi yang rendah," sebutnya.

Inflasi Desember 0,45 Persen

Sementara itu, inflasi pada Desember 2020 tercatat hanya sebesar 0,45 persen. Inflasi Desember tersebut dipengaruhi oleh naiknya harga komoditas antara lain, cabai merah, telur ayam ras, cabai rawit, hingga tarif angkutan udara.

"Dari 90 kota IHK 87 kota mengalami inflasi 3 kota mengalami deflasi," imbuhnya.

Adapun kota yang mengalami inflasi tertinggi kota adalah Gunung Sitoli yaitu sebesar 1,87 persen. Utamanya disebabkan oleh kenaikan harga cabai merah dengan 0,6 persen kemudian cabai rawit 0,38 persen. Kemudian inflasi terendah di kota Tanjung Selor yaitu sebesar 0,05 persen.

Sementara ada beberapa kota yang juga mengalami deflasi diantaranya yang tertinggi adalah Luwuk sebesar minus 0,26 persen. Utamanya untuk deflasi di Luwuk adalah dari cabai merah besar 0,1 persen kemudian angkutan udara 0,09 persen.

Sedangkan deflasi terendah ada di Ambon minus 0,07 persen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.