Sukses

Menko Luhut Akui 90 Persen Bahan Baku Farmasi Masih Impor

Selama ini Indonesia sangat ketergantungan dengan impor produk farmasi

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menyadari selama ini Indonesia sangat ketergantungan dengan impor produk farmasi. Sebanyak 90 persen produk farmasi buatan dalam negeri berbahan baku impor dari negara lain.

"Indonesia tidak sadar bahwa 90 persen produk farmasi pada dasarnya impor," kata Luhut dalam siaran persnya, Jakarta, Rabu (26/8).

Hal ini baru disadari saat virus corona mewabah di Indonesia. Berbagai negara terpaksa menunda pengiriman barang bahan baku demi memutus mata rantai penyebaran virus ini.

Berangkat dari pengalaman ini, kini pemerintah akan mulai memproduksi bahan baku untuk sektor farmasi di dalam negeri. Luhut menyebut, saat ini pemerintah akan fokus menyediakan industri farmasi.

Dia menargetkan 70 persen bahan baku farmasi akan dibuat di tanah air.

"Kami menargetkan 70 persen persediaan medis dapat dipenuhi sendiri oleh Indonesia," kata Luhut.

Luhut menambahkan hal ini tidak hanya dialami oleh Indonesia. Berbagai negara juga menghadapi kenyataan yang sama mengenai mengenai kemandirian dalam memenuhi pasokan persediaan medis.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Soal Vaksin Covid-19, Erick Thohir Sebut Industri Farmasi RI Tak Hanya Jago Kandang

Menteri BUMN, Erick Thohir mMenteri BUMN, Erick Thohir menyebutkan industri kesehatan tanah air tak hanya jago kandangenyebutkan industri kesehatan tanah air tak hanya jago kandang. Hal ini dibuktikan dengan komitmen Indonesia, salah satunya dengan penyempurnaan vaksin untuk covid-19 melalui Kimia Farma.

“Kita pastikan untuk kerjasama yang saling menguntungkan karena itu kalau kita lihat pada saat ini Indofarma dan Kimia Farma yang kita sekarang melakukan kerjasama,” ujat Erick dalam Press briefing, Sabtu (22/8/2020).

“Di sinilah kita memastikan bahwa transformasi daripada industri kesehatan Indonesia tidak jago kandang. Tetapi menjadi partner yang baik untuk dalam menjaga distribusi baik di dalam negeri maupun distribusi atau produk Indonesia di luar negeri,” sambung dia.

Erick juga menyampaikan, setelah prioritas penanganan dari sisi kesehatan, pemerintah akan fokus pada ketahanan energi. Erick ingin agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar tetap, melainkan juga harus mendapat keuntungan lain seperti teknologi yang mutakhir.

“Setelah ini kami ingin mendalami bagaimana ketahanan daripada energi bisa dilakukan kita dengan UAE. Kita ketahui situasi daripada impor minyak kita masih cukup tinggi, tetapi untuk mencari jalan keluar bagaimana kita bersama negara sahabat kita UAE supaya kita bisa mendapatkan yang namanya solusi yang baik,” kata dia.

3 dari 3 halaman

Sabar, Vaksin Covid-19 dari Sinovac Masih Perlu Diolah Sebelum Diedarkan

Kementerian BUMN menegaskan vaksin yang diterima dari Sinovac masih berupa bahan baku konsentrat, dan bukan produk jadi. Dalam hal ini, Bio Farma kemudian bertindak sebagai pengolah hingga vaksin siap edar.

“Jadi bio farma itu mendapatkan bahan baku dari Sinovac, bahan baku ini akan diformulasikan di Bio Farma kemudian di-filling di Bio Farma dan packaging di Bio Farma,” ujar Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Sabtu (22/8/2020).

Arya pun mengibaratkan proses formulasi vaksin Covid-19 ini seperti membuat rendang. Meski bahan bakunya berasal dari Sinovac, namun yang meracik vaksin tersebut tetap produsen farmasi dalam negeri yaitu Bio Farma.

"Nah, formulasi itu seperti ini loh, seperti orang kalau bikin rendang padang. Kalau rendang padang itu kan bahan bakunya daging nih. Nah di situ dipotong pooting kecil, kemudian dikasih bumbu, dikasih santan, dikasih kelapa, dikasih kunyit, dikasih cabe, dikasih garam, baru tuh dimsuk kuali, dipanasin sampai kering, jadilah rendang. Jadi bahan bakunya doang yang dari Sinovac. Untuk membuat rendangnya itu ya Bio Farma," jelas dia.

"Kemudian di-filling ini bentuknya seperti vaksin dalam ampule, udah masuk dalam ini ya. Kayak rendang dimasukin dalam piring kecil apa semua. Kemudian packaging, nah di-packaging baru diedarkan," lanjut dia.

Dengan demikian, Arya kembali menegaskan bahwa tahapan-tahapan tersebut harus terlebih dahulu dilakukan oleh Bio Farma sebelum diedarkan di masyarakat.

“Formulasinya itu Bio Farma dapat dalam bentuk bulk, bahan bakunya bentuknya bulk, kemudian diformulasikan,” tegas dia.

Sebelumnya, PT Bio Farma dan perusahaan farmasi Cina, Sinovac menandatangani perjanjian Preliminary Agreement of Purchase dan Supply of Bulk Product of Covid 19 Vaccine tentang komitmen ketersediaan suplai bulk vaksin hingga 40 juta dosis vaksin mulai November 2020 hingga Maret 2021.

Penandatanganan itu disaksikan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno L Marsudi dan Menteri BUMN sekaligus Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Erick Thohir di Sanya, China, 20 Agustus 2020. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.