Sukses

Garuda Indonesia Bakal Lunasi Utang Lama dengan Utang Baru

Hingga saat ini Garuda memiliki total kewajiban sebesar USD 3,51 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyatakan saat ini pihaknya tengah menyiapkan sejumlah langkah untuk melunasi utang-utang Garuda, salah satunya melalui utang baru.

Sebagai informasi, menurut laporan keuangan perusahaan per September 2019, hingga saat ini Garuda memiliki total kewajiban sebesar USD 3,51 miliar.

"Saya memang enggak mendalami finance, tapi saya pernah 6 tahun di Bank Niaga. Utang memang jadi concern kita, kita sempat bicarakan ini dengan tim. Kita ada upaya negosiasi dan mencari utang baru," ujar Irfan di Kementerian BUMN, Jumat (24/1/2020).

Nantinya, Garuda Indonesia akan mengupayakan negosiasi dengan lessor (pemberi utang) dan manufacturing (pabrikan pesawat), karena struktur biaya terbesar ada di avtur dan leasing.

Irfan juga menegaskan, persoalan utang ini tidak akan menggangu aspek keamanan penerbangan.

"Saya beri jaminan, itu (utang) nggak impact ke safety. Dengan tim yang ada kita sepakat bangun tim kuat, kalau perlu hire konsultan dan negosiator di luar untuk pastikan dapat pricing structure lebih bagus untuk menekan biaya. Kalau leasing bisa ditekan akan turunkan biaya. Jadi bisa berutang lagi untuk datangkan armada baru," jelasnya.

Sebelumnya, Garuda Indonesia juga membatalkan rencana untuk menerbitkan instrumen surat utang senilai USD 900 juta atau Rp 12,5 triliun. Hal itu disebabkan belum adanya laporan keuangan audit perseroan yang tersedia, yang menjadi pertimbangan menerbitkan sukuk.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Direksi Baru Garuda Indonesia Diminta Selesaikan Beban Masa Lalu

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi memberikan tugas pada jajaran direksi baru Garuda Indonesia‎, dengan menitikberatkan perbaikan manajemen perusahaan.

Budi mengatakan, jajaran direksi Garuda Indonesia harus menyelesaikan beban masa lalu, yang menjadi persoalan manajemen. Hal ini untuk memperbaiki kinerja perusahaan ke depan.

"Persoalannya adalah manajerial, ada beban masa lalu yang harus diselesaikan itu nomor satu," kata Budi, di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Kamis (23/1/2020).

‎Direksi Garuda Indonesia yang baru juga harus mengedepankan prinsip tata kelola perusahaan yang baik dalam menjalankan tugasnya. Kemudian dilanjutkan dengan pengembangan bisnis untuk mendukung pariwisata.

"Kegiatan lainnya, Garuda adalah national flight carrier menjadi kebanggaan kita. Di satu sisi, kita mendukung Garuda, tapi Garuda juga harus beri ruang ke stakeholder lain untuk dapat menjadikan Garuda sebagai partner," tambahnya.

Menurut Budi, kegiatan operasional Garuda Indonesia ‎tidak menjadi prioritas, sebab saat ini maskapai penerbangan nasional tersebut sudah menyabet prestasi ketepatan waktu tertinggi.

‎"Kalau saya lihat masalah teknis Garuda tak ada masalah. Bahkan on time performance-nya nomor satu di dunia. Apalagi ada runway 3 yang mau diresmikan ini," tandasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.