Sukses

Pelabuhan Patimban Bakal Jadi Pusat Ekspor Otomotif Indonesia

Car Terminal di Patimban diharapkan dapat mengurangi kepadatan lalu lintas khususnya untuk ekspor-impor kendaraan di Pelabuhan Tanjung Priok.

Liputan6.com, Jakarta - Dibangunnya Car Terminal di Pelabuhan Patimban akan memberi banyak kemudahan dan bisa menjadi pusat eksport produk otomotif Indonesia.

Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi usai mendampingi Presiden Joko widodo (Jokowi) meninjau pembangunan Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat, Jumat, kemarin.

Dengan Car Terminal di Patimban, diharapkan dapat mengurangi kepadatan lalu lintas khususnya untuk ekspor-impor kendaraan di Pelabuhan Tanjung Priok.

Selama ini, kendaraan berat termasuk angkutan ekspor-impor kendaraan menyumbang pada kemacetan lalu lintas khususnya ruas antara Bekasi-Tanjung Priok, Jakarta.

Pemerintah berharap dengan beroperasinya Pelabuhan Patimban secara keseluruhan akan dapat mengurangi biaya logistik dengan mendekatkan pusat produksi dengan pelabuhan dan memperkuat ketahanan ekonomi.

Kemudian, mengurangi tingkat kepadatan lalu lintas (ekspor-impor) kendaraan di Tanjung Priok di Jakarta dengan pembagian arus lalu lintas kendaraan, serta menjamin keselamatan pelayaran termasuk area eksplorasi minyak dan gas.

Menurut Budi Karya, Presiden Jokowi sangat mengapresiasi pembangunan Pelabuhan Patimban, yang luasnya mencapai 654 Ha, hampir setara dengan Pelabuhan Tanjung Priok.

"Presiden berharap dengan dibangunnya pelabuhan ini, akan meningkatkan kinerja pelabuhan yang lebih kompetitif sehingga dapat menurunkan biaya logistik, dengan demikian tentunya diharapkan eksport juga akan meningkat," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (30/11/2019).

Pelabuhan Patimban rencananya akan dikelola penuh oleh swasta. Hal itu diharapkan akan menciptakan suasana kompetitif yang sehat antar pelabuhan. Kompetisi akan memicu pelabuhan-pelabuhan semakin efisien, sehingga biaya logistik bisa turun.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Proyek Jalan Akses Pelabuhan Patimban Didesak Rampung April 2020

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono meminta agar pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Patimban sepanjang 8,2 km dapat selesai tepat waktu sesuai target kontrak pada April 2020.

Dia menyatakan, ketersediaan infrastruktur jalan sangat krusial untuk menunjang Pelabuhan Patimban yang akan menjadi pelabuhan internasional terbesar di Indonesia selain Pelabuhan Tanjung Priok.

"Untuk itu saya minta agar ditambah sumber dayanya, baik peralatan dan pekerja. Shift kerja juga harus ditambah agar bisa selesai tepat waktu," kata Menteri Basuki dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (29/11/2019).   

Diungkapkan Menteri Basuki, penyelesaian pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Patimban juga menjadi salah satu dari tindak lanjut pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan mantan Perdana Menteri Jepang periode 2007–2008 Yusuo Fakuda yang juga Ketua Asosiasi Jepang–Indonesia pada pekan lalu.

"Karena jalan akses ini juga bagian dari kerjasama antar Indonesia-Jepang dengan skema pinjaman yang melibatkan kontraktor dari negara pemberi pinjaman. Untuk itu harus bisa dikerjakan agar selesai tepat waktu. Saat ini progres konstruksi akses Pelabuhan Patimban mencapai 55,8 persen," terangnya.

3 dari 3 halaman

Investasi Rp 1,12 Triliun

Kontrak pembangunan jalan akses Pelabuhan Patimban dan konsultan supervisi telah ditandatangani pada 14 Agustus 2018 dengan kontraktor pelaksana yakni PT PP, PT Bangun Cipta Kontraktor, dan Shimizu Corporation dengan alokasi anggaran Rp 1,12 triliun

Sedangkan untuk konsultan supervisi dilakukan oleh Katahira & Engineer International bekerjasama dengan Nippon Engineering Consultant serta PT Perentjana Djaja, PT Sarana Multi Daya, PT Parama Karya Mandiri, PT Mekaro Daya Mandiri, dan PT Maratama Cipta Mandiri senilai Rp 63,51 miliar.

Jalan akses Pelabuhan Patimban dibangun dengan menggunakan 3 metode konstruksi yang sebagian besar elevated (jalan layang). Hal ini dikarenakan kondisi tanah di sekitar lokasi berupa persawahan dengan kontur tanah yang lunak. Ketiga konstruksi dibangun terdiri dari pile slab sepanjang 5,9 km, flyover sepanjang 1,6 km, dan flexible pavement sepanjang 0,7 km.

Lebih lanjut, Menteri Basuki mengutarakan, pembangunan jalan dengan konstruksi layang akan memberikan keuntungan bagi perlindungan areal persawahan yang berada di wilayah tersebut.

"Kalau dibangun dengan konstruksi konvensional, sawah dan irigasi teknis pasti habis. Adanya pembangunan jalan baru, biasanya diikuti oleh pertumbuhan pesat kegiatan warga seperti permukiman dan pertokoan.Oleh karenanya kami buat dengan konstruksi layang," tuturnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.