Sukses

Batu Bara Bakal Kalah dengan Energi Bersih Jika Tak Ada Hilirisasi

China mampu mengolah batu bara menjadi avtur dan produk turunan lainnya.

Liputan6.com, Jakarta - Batu bara diprediksi akan kalah bersaing ‎dengan Energi Baru Terbarukan (EBT) jika pengembangan energi bersih tersebut semakin masif. Oleh sebab itu, pemerintah meminta kepada pengusaha batu bara untuk melakukan hilirisasi.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Gatot mengatakan, jika EBT semakin berkembang pesat akan membuat harganya bersaing dengan batu bara. Kondisi ini bisa menggeser peran batu bara ke depan.

"Kalau EBT berkembang pesat harga keekonomian lebih murah dari batu bara," kata Bambang, ‎dalam sebuah diskusi di Bimasena Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Rabu (20/11/2019).

Bambang mencontohkan, saat ini India sedang menggarap program kelistrikan dengan total kapasitas 175 Giga Watt (GW). Mayoritas pembangkit tersebut berasal dari pembangkit dengan energi primer EBT.

Harga listrik dari pembangkit tersebut rata-rata 4 cent per Kilo Watt hour (kWh), lebih murah dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berbahan bakar batubara.

"Saya mengingatkan tambang batu bara walau energy mix itu di 2050 batu bara masih, tapi kalau EBT berkembang pesat bisa berubah total," ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harus Hilirisasi

‎Menurut Bambang, untuk mengantisipasi kalah saingnya batu bara dengan energi bersih tersebut, ‎perushaan batu bara perlu melakukan hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah. Hal tersebut seperti yang dilakukan China dengan mengolah batu bara menjadi avtur dan produk turunan lainya.

"added value di sini sangat banyak, kalau serius kita bisa dekati bagaimana memberikan keekonomian mari kita buat bersama. Kalau tidak proses lanjut jadi masalah," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.