Sukses

Ada Asuransi, Petani Tak ketar-Ketir Lagi Jika Gagal Panen

Petani hanya perlu membayar Rp 36 ribu per musim tanam. Jika gagal panen, petani bisa mendapatkan klaim asuransi Rp 6 juta per hektare.

Liputan6.com, Jakarta - Para petani di sejumlah daerah yang bakal terdampak kekeringan tak perlu ketar-ketir apabila lahan yang ditanaminya gagal panen. Sebab petani bisa mendapatkan klaim asuransi apabila terjadi gagal panen melalui Program Asuransi Usaha Tani Padi (AUPT).

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan), Sarwo Edhy mengatakan, petani hanya perlu membayar Rp 36.000 per musim tanam. Jika terjadi gagal panen, petani bisa mendapatkan klaim asuransi sebesar Rp 6 juta per hektare.

"Berkaitan asuransi tadi kita sudah sampaikan petani hanya berkewajiban membayar premi Rp 36.000. Ketika terjadi bencana kekeringan, banjir, dan seterusnya dapat Rp 6 juta dari asuransi," kata dia, di Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin (8/7/2019).

Sebagaimana diketahui, informasi peringatan dini BMKG menyatakan tahun ini berpotensi kemarau ekstrem sampai dengan bulan September, dan puncaknya terjadi pada bulan Agustus. Wilayah yang terancam terdampak kekeringan terutama di Pulau Jawa, Bali, NTB dan NTT.

Berdasarkan data Kementan, hingga saat ini terdapat sekitar 232.000 hektar lahan pertanian yang di wilayah-wilayah tersebut yang telah ikut dalam program AUPT. "Untuk realisasi dari daerah-daerah yang kena bencana kekeringan ada lebih kurang 232 ribu hektare dan itu kita harapkan mengajukan klaim ke asuransi Jasindo," ungkapnya.

"(Jumlah petaninya?) Datanya ada, hanya 232.000 hektar dan dirata-rata kepemilikan lahan oleh petani di indonesia hanya 0,3 hektare ada yang maksimum 2 hektare, kecuali yang di luar Jawa," ujarnya.

Terkait adanya kemungkinan bakal dilaksanakannya hujan buatan, dia mengatakan belum ada. Pihaknya masih mengandalkan kehadiran bendungan dan embung yang sudah ada serentak menjalankan program bantuan pompa air untuk menghadapi kemarau.

"Potensi hujan buatan belum ada. Karena kita harapkan bantuan pompa yang ada dan bantuan sumber air yang ada semoga semuanya bisa diatasi," tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kementan Siapkan Strategi Hadapi Musim Kemarau

Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyiapkan sejumlah strategi untuk menghadapi dan memitigasi dampak musim kemarau tahun ini. Salah satunya lewat varietas tanaman pangan tahan kering.

Sebagaimana diketahui, informasi peringatan dini BMKG menyatakan tahun ini berpotensi kemarau ekstrem sampai dengan bulan September, dan puncaknya terjadi pada bulan Agustus. Wilayah yang terancam terdampak kekeringan terutama di Pulau Jawa, Bali, NTB dan NTT.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun) Kementan, Fadjry Djufry mengatakan, beberapa bibit tanaman tahan kering yang sudah dihasil Kementan meliputi varietas beras, kedelai dan jagung. 

"Kita menyiapkan varietas unggul baru. Kita sudah punya padi inpara, inbrida padi lahan rawa, untuk lahan-lahan rawa," kata dia, di Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin (8/7).

Varietas-varietas padi ini, jelas dia, sudah berkembang di beberapa lokasi, seperti Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan. "Inpara 2, 3, 4, dan 5. Kita punya inpago, inbrida padi gogo untuk lahan-lahan padi gogo. Semua lahan-lahan kering 2 minggu padi bisa adaptasi," jelasnya.

"Kita sudah petakan wilayah mana saja yg dapat ditanami padi gogo, termasuk daerah-daerah yang ketersediaan airnya cukup dan bisa dioptimalkan," kata dia.

Sementara untuk wilayah Pantai Utara (Pantura), Kementan akan mendorong penanaman varietas kedelai dan jagung tahan kering.

"Kita punya varietas dering, kedelai tahan kering. Kita juga punya jagung tahan kering. Tentunya kita bisa perkenalkan ke petani. Kita tanam padi gogo, jagung tahan kering, dan kedelai tahan kering," ungkapnya.

"Harapan kita semua lahan yang potensi airnya masih cukup akan kita tanami. Asumsi petani air melimpah tanam padi. Sekarang yang penting cukup untuk kebutuhan air untuk kedelai dan jagung. Selama masih ada air bisa kita tanami," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.