Sukses

Kisah Pengusaha Kulit Ikan Pari yang Mampu Tembus Pasar Spanyol

Pemilik MoolLeather yang merupakan mitra binaan BNI ini mampu ubah limbah kulit ikan Pari menjadi kerajinan yang mampu tembus pasar Spanyol.

Liputan6.com, Jakarta - Kulit ikan pari yang oleh sebagian nelayan hanya menjadi limbah rupanya mampu diolah menjadi produk kerajinan yang bernilai tambah tinggi. Hal tersebut yang dilakukan oleh Amil Maulana pemilik usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) bernama MoolLeather.

Amil mulai merintis usaha ini sejak 2015 setelah dirinya lulus kuliah dari jurusan teknologi kulit di Yogyakarta. Tanpa pengalaman kerja dan bermodal uang Rp 500 ribu, pria asal Cilacap ini memberanikan diri untuk mulai memproduksi barang-barang dari kulit ikan pari.

"Kebetulan di daerah saya banyak kulit ikan pari yang tidak dimanfaatkan. Dulunya kulit ikan pari itu dibuang karena dianggap limbah. Ini kan keras jadi tidak bisa dimakan. Jadi saya inisiatif untuk mengolahnya menjadi kerajinan," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (24/5/2019).

Dari kulit pari ini, Amil mampu memproduksi beragam produk kerajinan seperti dompet, ikat pinggang, tas, gelang dan tali jam tangan (strap).

"Waktu pertama kali membuat ini masih manual pakai tangan, dicampur bahan kimia dan lain-lain supaya kulitnya stabil, lebih lentur untuk dijadikan produk. Tapi sekarang sudah pakai mesin," kata dia.

Amil mengungkapkan, produk kerajinan dari kulit pari ini mempunya potensi pasar yang besar, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga sudah mampu menembus pasar ekspor. Selama 4 tahun terakhir, Amil sudah menjual produknya ke seluruh wilayah Indonesia seperti wilayah Jabodetabek, Bali, Papua.

"Karena saya jualan lewat online, marketplace, seperti lewat Bukalapak, Tokopedia, Shopee, lewat Instagram, Facebook. Juga pernah ekspor ke Pakistan dalam bentuk lembaran kulit. Kalau dalam bentuk barang jadi pernah sekali ke Spanyol," jelas dia.

Dalam satu bulan, Amil mampu memproduksi sekitar 200 item produk dan 200 lembaran kulit. Dia juga mampu menjual 150 dompet kulit pari dalam satu bulan.

"Dulu cuma mampu produksi lima dompet kemudian dijual untuk membeli kulit lagi. Dulu saya kerjakan sendiri, sekarang Alhamdulillah sudah punya tiga karyawan," ungkap dia.

Dari produk kerajinan yang diproduksi Amil, yang termahal yaitu tas pria dan wanita berada di kisaran Rp 1,5 juta. Sedangkan yang paling murah yaitu tali jam tangan yang dibanderol hanya Rp 150 ribu.

"Peminatnya lumayan banyak karena pesaingnya juga belum banyak. Ada paling dari Yogyakarta dan Medan tetapi bisa dihitung dengan jari yang mampu mengolah kulit ikan pari," tutur dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mitra Binaan BNI

Amil sendiri merupakan salah satu mitra binaan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) sejak pertengahan 2015. Sejak bergabung sebagai mitra binaan BNI, Amil memperoleh banyak manfaat seperti sering diikutsertakan dalam pameran, ikut dalam pelatihan dan mendapatkan bantuan permodalan.

Amil juga menjadi salah satu UMKM yang terpilih untuk ikut serta dalam Bazaar Rumah Kreatif BUMN (RKB) yang digelar di lobi Grha BNI, Kantor Pusat BNI. Bazaar tersebut digelar pada 22-24 Mei 2019.

"Saya senang bisa ikut bazaar ini, karena disediakan stand gratis, penginapan gratis, transportasi juga. Dalam dua hari ikut bazaar saya sudah dapat omzet Rp 4 juta," kata dia.

Dia berharap dengan menjadi mitra binaan BNI, produknya bisa semakin dikenal di pasar dalam negeri dan bisa kembali menembus pasar ekspor.

"Rencananya ke depan saya mau memproduksi sepatu dari kulit ikan pari. Karena di Indonesia belum ada, adanya di Eropa seperti Italia, kemudian Jepang," tandas dia.

 

3 dari 4 halaman

Jurus BNI Ajak Mitra UMKM Tembus Pasar Perkantoran

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), menggelar Bazaar Rumah Kreatif BUMN  (RKB) di lobi Grha BNI, Kantor Pusat BNI. Bazaar tersebut digelar dalam rangka memperkenalkan produk-produk mitra binaan BNI dari berbagai kota di Indonesia yang dihasilkan oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). 

UMKM mitra binaan BNI ini berasal dari Padang, Sumatera Barat hingga Sumba, Nusa Tenggara Barat.

Melalui Bazaar ini, pelaku UMKM yang rata-rata adalah produsen dapat menemukan pembeli-pembeli baru yaitu para karyawan perkantoran BNI dan sekitarnya.

Para pekerja kantoran bisa menjadi pembeli yang  mudah menemukan barang-barang kesukaannya dengan harga murah, karena langsung dijual para produsennya. 

Itulah hubungan simbiosis mutualisme yang dibangun BNI secara kreatif melalui sebuah Bazaar. Inilah juga semangat pelayanan BNI selama Ramadan 2019 yang coba disampaikan kepada para pejuang ekonomi di segmen UMKM itu, yakni Mari Melipatgandakan Kebaikan.   

Pada Jumat 24 Mei 2019 ini merupakan hari terakhir Bazaar RKB yang diikuti oleh 20 UMKM. Mereka telah menjajakan produk-produk unggulannya sejak 22 Mei 2019.

Menurut Direktur Bisnis Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Jaringan BNI Catur Budi Harto, beragam kesempatan untuk membuka pasar baru selalu disiapkan BNI kepada para mitra UMKM-nya. Langkah ini merupakan salah satu upaya korporasi yang dilakukan untuk mendorong para pengusaha tersebut naik kelas. 

"Ada banyak produk yang tersedia dari para mitra kami itu mulai dari fashion, makanan, hingga kerajinan tangan. Lokasi bazar yang berada di tengah Kota Jakarta memang bertujuan agar memudahkan pegawai BNI dan juga masyarakat luas dari manapun untuk datang dan membeli produk-produknya. Setiap orang yang membeli, sudah secara tidak langsung turut memajukan perekonomian Indonesia dengan langkah yang sederhana," ujar dia di Jakarta, Jumat (24/5/2019).

Mitra-mitra usaha yang diajak ke Bazaar RKB kali ini adalah antara lain Shahda Style dan Autik dari RKB Bekasi; Randang Padang dan Katuju Indonesia dari RKB Padang; Sweet Sundae Ice Cream dan Fox and Bunny dari RKB Sleman; Pesisir Pangandaran dari RKB Pangandaran; Kartika Mete Ukir Sari dari RKB Wonogiri; Fahaltex dari RKB Tegal; Arya Cipta Mandiri dari RKB Pontianak; Alisha Collection dari RKB Banjarbaru; d'Fitra NATS dari RKB Payakumbuh.     

Selain itu ada pula Mool Leather dari RKB Cilacap; Nursaida dari RKB Bantaeng; Saqbe Mandar dari RKB Mamuju; Batik Tebo by Riski Danang dari RKB Tebo; Aulia dari RKB Bengkulu Utara; Ratu Boutique dari RKB Sumba Barat Daya; serta mitra-mitra dari RKB Banyuwangi dan RKB Sumba Tengah.

4 dari 4 halaman

Pusat Segala Pelatihan

Untuk mendorongnya menjadi UMKM yang naik kelas, BNI tidak hanya menggelar Bazaar, melainkan juga beragam pelatihan. Disinilah fungsi Agent of Development yang tersemat pada BNI terus dijalankan.       

Mengajak UMKM untuk aktif di RKB merupakan salah satunya cara agar terjadi percepatan UMKM yang naik kelas. RKB adalah pusat pelatihan yang lengkap bagi UMKM agar dapat mengembangkan bisnisnya. 

Targetnya adalah mampu bersaing dengan produk dari merk-merk yang sudah terkenal dan bahkan merk internasional. Ketika UMKM telah memiliki kemampuan dan eksposure yang lebih luas, tentunya mereka akan siap untuk bersaing. Pada akhirnya, tentu bisnis dari UMKM tersebut dapat lebih maju sehingga dapat mulai menyerap tenaga kerja dan berkontribusi dalam memutar perekonomian Indonesia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.