Sukses

Krisis Venezuela: 3 Juta Anjing Jadi Korban Kelaparan

Krisis ekonomi di Venezuela ikut membawa dampak ke hewan.

Liputan6.com, Caracas - Krisis Venezuela masih membara. Jutaan rakyat kabur ke negara tetangga dan Presiden Nicolas Maduro malah memblokade jalur bantuan karena khawatir intervensi asing.

Ternyata, korban rezim sosialis Venezuela tak terhenti pada politik atau rakyat, melainkan hewan peliharaan. Ini karena banyak pemilik hewan peliharaan kabur ke negara lain tanpa membawa peliharaannya.

Dilansir Euro News, organisasi non-profit peduli hewan Voluntarios Proeccionistas menyebut ada lebih dari 3 juta anjing berkeliaran (stray dogs) di jalanan Venezuela. Selain ditinggal kabur pemilik atau karena harga makanan hewan terlampau mahal.

"Krisis ini memaksa orang-orang meninggalkan negara dan menelantarkan peliharaan mereka. Yang lainnya menelantarkan peliharaan karena mereka tak mampu memberi makan," ujar Alicia Velasco Viso, presiden Voluntarios Proteccionistas.

Harga makanan anjing pun hampir sembilan kali lipat lebih mahal dari gaji di Venezuela. Harga makanan anjing biasa adalah seharga 44 euro atau Rp 704 ribu (1 euro: Rp 16.014), sementara rata-rata gaji bulanan senilai 5 euro (Rp 80 ribu).

Sedihnya lagi, ada orang-orang yang justru memburu anjing dan kucing demi menghilangkan rasa lapar mereka. Velasco pun berharap ada bantuan kemanusiaan bagi para hewan di Venezuela.

"Para hewan peliharaan butuh bantuan kemanusiaan juga," ujarnya.

Velasco pun terus berusaha merawat hewan seraya menjelaskan dirinya juga punya keluarga untuk diurus. "Saya mengurus 17 anjing dan 8 kucing, tetapi saya juga memiliki keluarga untuk diurus," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

IMF: Inflasi Venezuela Capai 10 Juta Persen di 2019

 

Kondisi ekonomi Venezuela terus meroket ke arah inflasi. Jika tahun ini inflasi Venezuela diprediksi mencapai 1,37 juta persen, tahun depan akan mencapai 10 juta persen.

Dilansir dari Bloomberg, laporan yang diterbitkan IMF pada Oktober 2018, Pemerintah Venezuela juga dianggap gagal menutup shortfall anggaran dengan cara mencetak uang. Solusi yang dipakai oleh pemerintahan sosialis Nicolas Maduro memang berupa mencetak uang baru dengan angka nol lebih sedikit (denominasi).

Solusi lain Maduro dalam melawan inflasi adalah menaikkan upah minimum berkali-kali sejak ia menjabat sebagai presiden, langkah ini diambil sekaligus sebagai taktik politik. Sayangnya, yang terjadi malah meluasnya PHK karena banyak perusahaan yang tak mampu memberi upah.

IMF turut menyebut harga konsumen akan naik 10 juta persen pada tahun depan. Eksodus massal rakyat Venezuela ke negara-negara tetangga pun telah terjadi.

Masih menurut IMF, GDP akan turun sampai 18 persen. Penurunan dua digit ini adalah tahun ketiga secara berturut-turut di ekonomi Venezuela.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini