Sukses

Investor Fokus Rilis Data Manufaktur AS, Rupiah Melemah ke 14.486 per Dolar AS

Penguatan rupiah akan terbantu dari dampak permintaan terhadap mata uang yen Jepang sebagai safe haven.

Liputan6.com, Jakarta - NIlai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Kamis ini. Pelaku pasar tengah fokus pada data tenaga kerja dan data indeks manufaktur AS.

Mengutip Bloomberg, Kamis (3/1/2019), rupiah dibuka di angka 14.450 per dolar AS. Pada perdagangan siang, rupiah melemah ke level 14.486 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 0,67 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.474 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.465 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston, mengatakan bahwa rilis data tenaga kerja dan data indeks manufaktur AS sedang menjadi fokus pelaku pasar, di tengah situasi itu dolar AS cenderung terapresiasi.

"Namun jika data itu menunjukan adanya perlambatan ekonomi di AS, maka dapat membalikan arah pergerakan dolar AS dan berdampak positif pada rupiah," katanya dikutip dari Antara.

Menurut dia, penguatan rupiah akan terbantu dari dampak permintaan terhadap mata uang yen Jepang sebagai safe haven di tengah masih kuatnya kekhawatiran pasar terhadap perekonomian global.

"Penguatan mata uang itu dapat berdampak positif bagi mata uang sekitar," katanya.

Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan inflasi Indonesia tahun kalender Januari-Desember 2018 sebesar 3,13 persen, terbilang cukup terkendali.

"Terkendalinya inflasi sepanjang tahun 2018 itu dapat menjadi katalis positif bagi rupiah," katanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gubernur BI Yakin Rupiah Bakal Menguat di Tahun Politik

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, pergerakan nilai tukar rupiah akan lebih stabil di 2019. Selain itu, rupiah juga akan cenderung menguat di tahun politik ini.

Perry mengungkapkan, pada 2018, nilai tukar rupiah memang mengalami depresiasi. Namun depresiasi tersebut dinilai masih dalam level yang terkendali.

"Di 2018 itu terkendali, stabil, depresiasi kurang dari 6 persen atau 5,9 persen," ujar dia di Gedung BI, Jakarta, Rabu (2/1/2019).

Meski mengalami depresiasi, lanjut dia, namun pelemahannya masih lebih baik jika dibandingkan dengan mata uang negara lain.

"Jauh lebih rendah dari depresiasi India atau pun negara lain, Brasil, Afrika Selatan, Turki atau pun Argentina. Secara keseluruhan depresiasi rupiah terkendali dan volatilitas yang terjaga sekitar 8 persen," ungkap dia.

Sementara untuk 2019, kata Perry, BI meyakini nilai tukar rupiah akan cenderung mengalami penguatan. Pasalnya, banyak faktor di tahun ini yang akan mendorong penguatan tersebut.

"2019 kami melihat rupiah akan bergerak lebih stabil dan cenderung menguat. Rupiah saat ini masih undervalue. Semua faktor akan mendorong rupiah lebih stabil dan menguat ke depan. Pertama, kenaikan FFR akan lebih rendah dari yang kita perkirakan. Kedua, kredibilitas atau konsistensi kebijakan yang ditempuh BI maupun pemerintah. Ketiga, CAD yang lebih rendah. Keempat adalah mekanisme pasar valas, tidak hanya di spot, swap maupun DNDF," tandas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.