Sukses

Harga Minyak Tergelincir Imbas Persediaan Global Melonjak

Tekanan terhadap harga minyak tersebut membuktikan kenaikan persediaan minyak global.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melemah dan mencatatkan penurunan terbesar sepanjang Oktober 2018 sejak pertengahan 2016.

Tekanan terhadap harga minyak tersebut membuktikan kenaikan persediaan minyak global. Namun, penurunan harga minyak terbatas dari menguatnya permintaan bahan bakar Amerika Serikat (AS).

Harga minyak Brent untuk pengiriman Desember merosot 44 sen ke posisi USD 75,47 per barel. Harga minyak untuk pengiriman Januari turun 91 sen ke posisi USD 75,04 per barel.

Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) tergelincir 87 sen ke posisi USD 65,31 per barel. Harga minyak acuan tersebut membukukan performa terburuk sejak Juli 2016,

Harga minyak Brent terpangkas 8,8 persen sepanjang Oktober 2018. Selain itu, harga minyak WTI turun 10,9 persen.

Aset berisiko antara lan saham dan energi berbalik negatif sepanjang Oktober seiring ketegangan perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang memicu kekhawatiran permintaan.

Sedangkan pada perdagangan Rabu waktu setempat, sentimen pasar didorong sinyal meningkatnya produksi global. Produksi minyak mentah Amerika Serikat melonjak 416 ribu barel per hari menjadi 11,34 juta barel per hari pada Agustus. Hal itu berdasarkan data the US Energy Information Administration.

Amerika Serikat, Rusia dan Arab Saudi memompa minyak mencapai 33 juta barel per hari pada September. Produksi minyak Rusia telah mencapai 11,41 juta barel per hari pada Oktober. Produksi tersebut tidak terlihat sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Kenaikan produksi tersebut datang tepat sebelum sanksi baru AS terhadap Iran yang mulai berlaku pada 4 November. Sanksi tersebut diperkirakan mengurangi pasokan.

"Ada persepsi bahwa ada cukup minyak di pasar saat ini mewakili untuk melewati sanksi Iran,” ujar Analis Price Futures Group Phil Flynn, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (1/11/2018).

Namun, penasihat keamanan nasional AS John Bolton mengatakan, sementara AS ingin menerapkan tekanan maksimum pada Iran dengan sanksi atas ekspor minyak mentahnya. AS tak ingin merugikan negara yang menjadi sekutu dan teman yang bergantung pada minyak.

Impor minyak mentah Iran oleh pembeli utama di Asia mencapai terendah dalam 32 bulan pada September. Hal itu karena Cina, Korea Selatan, dan Jepang secara tajam kurangi pembelian jelang sanksi.

Pada awal sesi, harga minyak naik usai the Energy Information Administration (EIA) menyatakan persediaan minyak mentah naik 3,2 juta barel pada pekan lalu. Stok bensin dan distilasi turun karena total permintaan produk selama empat minggu terakhir naik 5,4 persen dari tahun lalu. “Produksi menjadi penyeimbang sentimen negatif,” kata Direktur ClipperData, Matt Smith.

Sentimen harga minyak lainnya didorong pasar saham yang turun dari posisi terendah dalam 20 bulan. Hal itu dipengaruhi tekanan perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia Amerika Serikat dan China. AS telah mengenakan tarif atas barang-barang China senilai USD 250 miliar. China pun menanggapi dengan pembalasan atas barang-barang AS senilai USD 110 miliar.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.