Sukses

Bos Garuda: Kami Buka Rekrutmen Tiap Tahun, Termasuk Pilot

Dirut Garuda Indonesia, Pahala Mansury, angkat bicara soal gandeng personel TNI AU.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Pahala N Mansyuri, kembali angkat suara terkait rencana menggandeng personel TNI Angkatan Udara (AU) untuk turut menerbangkan pesawat komersial.

Dia menegaskan, pihaknya tidak hanya merangkul TNI AU saja, tetapi juga membuka lebar kesempatan bagi masyarakat umum.

"Kita setiap tahun pasti melakukan rekrutmen dan kita juga secara rutin melakukan rekrutmen. Kita punya website maupun situs rekrutmen garuda.co.id itu juga buka setiap saat untuk menerima para pencari kerja, termasuk juga para pilot untuk bisa apply ke sana," kata Pahala saat ditemui di Gedung Garuda Indonesia, Jakarta, Kamis (2/8/2018).

Pahala mengatakan, dalam rekrutmen tersebut pihaknya juga mempertimbangkan dari sisi pengalaman maupun tidak. "Jelas berbeda. kalau berpengalaman ada juga persyaratan jam terbang, disesuaikan," kata Pahala.

Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia, Pahala N. Mansyuri, berencana menggandeng personel TNI Angkatan Udara (AU) untuk turut menerbangkan pesawat komersial milik PT Garuda Indonesia Tbk. Kerja sama ini ditegaskan Pahala bukan karena adanya ancaman mogok kerja yang dilancarkan serikat pekerja, termasuk pilot, beberapa waktu lalu.

"Tidak. Memang kita setiap tahun berusaha untuk meningkatkan tingkat produksi di Garuda Indonesia," ungkapnya ketika ditemui di Bandara Soekarno-Hatta, Banten, beberapa waktu lalu.

Pahala menegaskan, kerja sama tersebut dilakukan semata-mata untuk meningkatkan jumlah ketersediaan penerbang Garuda Indonesia. Ini juga sejalan dengan terus naiknya pertumbuhan penerbangan Garuda Indonesia yang berada di kisaran 11-12 persen setiap tahun.

"Ini yang tentunya upaya kita sebetulnya lebih diarahkan bahwa bagaimana kita meningkatkan produksi tersebut, khususnya pada periode-periode peak season, lebih khusus lagi tentunya bersamaan dengan adanya kebutuhan penerbangan haji," kata dia.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sekuritisasi Aset, Garuda Indonesia Raup Dana Rp 2 Triliun

Sebelumnya, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk melakukan pencatatan perdana produk Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) GIAA01 di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa 31 Juli 2018.

KIK EBA GIAA01 merupakan instrumen sekuritisasi aset keuangan pertama di Indonesia yang menjadikan hak pendapatan atas penjualan tiket pesawat sebagai agunan. Pendapatan dari penjualan tiket yang diagunkan, yaitu rute penerbangan Jeddah dan Madinah.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno turut hadir dalam penerbitan KIK EBA di BEI tersebut. Rini pun mengapresiasi Sinergi BUMN yang turut mendukung pencatatan perdana KIK EBA GIAA01.

“Saya ucapkan selamat kepada seluruh jajaran manajemen Garuda Indonesia atas kerja kerasnya dalam penerbitan produk sekuritisasi GIAA01," ujar Rini.

Dalam pembentukan KIK EBA GIAA01 ini, PT Mandiri Manajemen Investasi bertindak sebagai Manajer Investasi, bersama dengan Maybank Indonesia sebagai Bank Kustodian. Sedangkan agen penjual untuk KIK EBA GIAA01 ini adalah PT Mandiri Sekuritas, PT Bahana Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT BCA Sekuritas, PT CGS-CIMB Sekuritas dan PT Danareksa Sekuritas.

Penawaran KIK EBA ini mendapatkan respons yang positif dari investor karena struktur produk dan imbal hasil yang cukup menarik. Produk investasi ini memiliki total nilai sebesar Rp 2 triliun yang terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas A dan kelas B.

KIK EBA GIAA01 kelas A dilakukan melalui penawaran umum kepada investor strategis dan dilakukan melalui pencatatan di BEI dan mendapat rating AA+ dari Pefindo dengan tingkat imbal hasil sebesar 9,75 persen, tenor 5 tahun (tanggal jatuh tempo 27 Juli 2023) dengan nilai mencapai Rp 1,8 triliun.

Sementara Untuk KIK EBA GIAA01 kelas B dilakukan melalui penawaran terbatas dengan nilai Rp 200 miliar untuk tenor sejenis dan tingkat imbal hasil yang tidak tetap.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.