Sukses

Potensi Perang Dagang AS dan China Bikin Harga Emas Menguat

Emas dinilai menjadi aset menarik di tengah kekhawatiran perang dagang sehingga angkat harga emas.

Liputan6.com, New York - Harga emas menguat usai China mengatakan akan memberlakukan tarif hingga 25 persen untuk 106 kategori produk Amerika Serikat (AS) termasuk kedelai. Ini meningkatkan ketegangan konflik perdagangan antara AS dan China.

Sentimen tersebut membuat emas sebagai portofolio aset yang cenderung menarik di tengah ketidakpastian global. Harga emas untuk pengiriman Juni naik 0,2 persen atau USD 2,90 menjadi USD 1.340,20 per ounce pada awal perdagangan.

Sementara itu, harga perak terpukul di tengah kekhawatiran perang dagang. Harga perak melemah 0,8 persen atau 13,8 sen menjadi USD 16.254 per ounce. Harga tembaga juga ikut turun. Harga tembaga susut 1,7 persen ke posisi USD 3.0105 per pound di divisi Comex New York Mercantile Exchange.

Indeks dolar AS sedikit turun juga mendukung harga emas. Indeks dolar AS turun 0,1 persen. Sementara itu, bursa saham AS atau wall street cenderung menguat.

China mengusulkan 106 produk AS kena tarif usai pemerintahan AS di bawah pimpinan Donald Trump memberikan rincian barang impor China kena tarif hingga 25 persen.

“Situasi perdagangan dengan China jika memburuk, dan pasar saham terus goyah, kemungkinan harga emas dapat menahan kenaikan. Harga logam kemungkinan sideway jika pelaku pasar menunggu mengenai data ekonomi,” ujar Analis Kitco, Jim Wyckoff, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (5/4/2018).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Rilis data ekonomi AS menunjukkan data tenaga kerja sektor swasta meningkat 241 ribu pada Maret. Hal itu berdasarkan data Automatic Data Processing Inc (ADP). Angka tersebut jauh di atas perkiraan para ekonomi yang disurvei Econoday sekitar 185 ribu.

Analis CMC Markets, David Madden menuturkan, pelaku pasar mungkin mengabaikan rilis data tenaga kerja dari ADP tersebut. Pelaku pasar akan menunggu laporan nonfarm payroll atau data tenaga kerja di sektor nonpertanian pada Jumat pekan ini.

“Laporan AD mungkin diabaikan dan saat ini lebih tertuju pada perang dagang. Pedagang mungkin khawatir,” ujar Madden.

Selain itu, rilis data lainnya juga laporan Markit mengenai layanan ke posisi 54 pada Maret dari posisi sebelumnya 55,9.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.