Sukses

TPP Bakal Macet, Indonesia Mesti Cari Pasar Baru

Sejumlah pengusaha di negara lain pun juga pesimistis TPP akan berjalan baik.

Liputan6.com, Jakarta - Terpilihnya Donald Trump menjadi presiden Amerika Serikat (AS) menjadi kekhawatiran sejumlah negara. Pasalnya, dalam kampanye, Trump akan menerapkan kebijakan proteksi termasuk mengkaji kembali sejumlah kerja sama perdagangan bebas termasuk Trans Pasific Partnership (TPP).

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani pun pesimistis TPP akan terus berjalan. "Sekarang ini TPP motornya AS dan dilihat dari kebijakan Trump dalam kampanye keliatan TPP ini akan susah untuk berjalan," kata dia di Rakornas Kadin di Hotel Sari Pan Pasific Jakarta, Senin (21/11/2016).

Sejumlah pengusaha di negara lain pun juga pesimistis TPP akan berjalan baik. Rosan mengaku baru saja mengunjungi Australia dan bertemu dengan pengusaha di Negeri Kanguru tersebut. "Saya baru kembali dari Australia, pengusaha Australia dan pengusaha saya bilang TPP is dead, finish," ungkap dia.

Dengan kondisi ini, Rosan mengatakan Indonesia mesti mencari pasar lain selain memanfaatkan TPP. Dia mengatakan, masih banyak pasar yang bisa dieksplorasi untuk mendorong ekspor.

Rosan mengatakan, saat ini Indonesia sedang berusaha menjalin beberapa kerjasama perdagangan bebas dengan Australia serta negara-negara Eropa. "Dengan TPP melemah free trade dengan negara lain kita dorong kemungkinan untuk dorong pasar ekspor kita," tutup dia.

Sebelumnya pada 11 November 2016, Ketua Tim Ahli Wakil Presiden (Wapres), Sofjan Wanandi, meminta pemerintah Indonesia melupakan rencana kerja sama perdagangan bebas dengan Amerika Serikat (AS) atau Trans Pasific Partnership (TPP). Alasannya, karena Presiden AS terpilih Donald Trump berjanji akan menjalankan kebijakan perdagangan proteksi.

"Dia (Trump) akan lebih proteksi terhadap AS karena mau mendorong ekonominya. Jadi saya tidak akan percaya TPP akan ada, makanya lupakan saja," katanya di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (11/11/2016).

Sofjan memperkirakan kerja sama perdagangan TPP tidak akan terjadi dalam satu sampai dua tahun ini. AS, baik pemerintah maupun anggota dewannya, tidak akan membuka peluang kerja sama tersebut.

"Jadi TPP berhentikan dulu, mending tidur saja karena pasti tidak akan keluar sama sekali. Paling yang sudah ada akan diubah sebab AS tidak akan mau, apalagi sekarang senat dipegang partai Republik," kata Sofjan.

Ia menjelaskan, dengan kebijakan proteksi ini, AS akan menghadapi mitra dagang utama yang besar. AS diperkirakan akan melakukan renegosiasi perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara (North American Free Trade Agreement/NAFTA) dengan Meksiko dan Kanada.

"Lalu setelah itu, dia akan melakukannya dengan mitra dagang besar lainnya, seperti China, Jepang, Korea, dan lainnya," ucapnya. (Amd/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.