Sukses

4 Miliarder Indonesia yang Lahir dari Jual Rokok

Meskipun menjadi kontroversi, perusahaan rokok menjadi tumpuan banyak masyarakat lantaran menyerap banyak tenaga kerja.

Liputan6.com, Jakarta - Meski menjadi kontroversi, tidak bisa dipungkiri bahwa perusahaan tembakau maupun rokok menjadi tumpuan banyak masyarakat lantaran menyerap banyak tenaga kerja. Selain itu, keuntungan dari industri ini memang tidak bisa diremehkan.

Beberapa orang kaya di Indonesia pun menerima keuntungan besar dari pesatnya perkembangan industri tembakau. Seperti dilansir dari laman Forbes, Jumat (30/10/2015) berikut adalah empat miliarder Indonesia yang mendapat kekayaannya dari industri tembakau:

1. R Budi Hartono

R Budi Hartono

 

Kekayaan bos Djarum ini senilai US$ 9 miliar per Maret 2015 versi Forbes. Ia dinobatkan menjadi orang terkaya di Indonesia serta menduduki peringkat 142 Forbes Billionaires.

Dia memiliki usaha di bidang perbankan dan tembakau. Budi juga terdaftar sebagai orang-orang kaya berdasarkan pemeringkatan dunia di peringkat 142.

2. Michael Hartono

Michael Hartono

Dia merupakan kakak dari R Budi Hartono. Kekayaannya mencapai US$ 8,7 miliar. Namun, posisi kekayaan Michael berada di peringkat 151 Forbes Billionaires serta menjadi nomor dua terkaya di Indonesia.

Mempunyai bidang usaha yang sama dengan sang adik, dirinya berbagi kepemilikan saham di salah satu bank terbesar di Indonesia, yaitu BCA.

Michael juga terdaftar sebagai orang-orang kaya berdasarkan pemeringkatan dunia di peringkat 138. Hal ini membuat pemilik Grup Djarum, R Budi dan Michael Hartono, kembali didaulat menjadi orang terkaya di Indonesia. Duo bersaudara ini memiliki harta kekayaan sebesar USD 15 miliar atau Rp 175,4 triliun (kurs Rp11.695 per USD).

Apa saja kekayaan kedua saudara Hartono tersebut? Aset kekayaannya antara lain kepemilikan 25 persen saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan 26 persen PT Sarana Menara Nusantara Tbk, operator menara telekomunikasi. Michael juga merupakan pemilik perusahaan rokok terbesar ketiga di Indonesia, Djarum.

Perusahaan yang berbasis di Kudus, Jawa Tengah, memberikan kontribusi sekitar 19 persen dari 303 miliar batang rokok yang dijual di Indonesia pada 2012.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Susilo Wonowidjojo

3. Susilo Wonowidjojo

Susilo Wonowidjojo

Keluarga Susilo Wonowidjojo memiliki total kekayaan USD 5,3 miliar. Dia mendapat sumber kekayaan dari penjualan tembakau dan pengembangan warisan. Pemilik perusahaan rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) itu tampaknya mencatatkan kinerja yang memuaskan pada 2014.

Pada 2011, perusahaan rokoknya memang mengalami masalah akibat hujan deras dan membuat penjualan Gudang Garam tertahan di USD5 miliar. Begitu juga tahun berikutnya, masih suram.

Bahkan, Gudang Garam harus mengeluarkan biaya ekstra akibat kenaikan harga cengkeh menjadi Rp 60 ribu per kg, naik hampir empat kali lipat. Selanjutnya, aturan soal kemasan rokok yang harus membuat gambar menyeramkan memperburuk situasi. Investor panik dan saham GGRM anjlok.

Akibatnya pada 2013, kekayaan Susilo turun sampai USD2 miliar dan kekayaannya tertahan di USD5,3 miliar. Namun pada tahun lalu dia kembali dengan kenaikan kekayaan USD 2,7 miliar, yang membuat kekayaannya meroket menjadi USD 8 miliar. 

4. Putera Sampoerna

Putera Sampoerna

Pada 2008, keluarga Putera Sampoerna memiliki kekayaan sebesar USD 1,5 miliar. Keluarganya menjual perusahaan Sampoerna kepada Philip Morris pada 2005. Putera adalah generasi ketiga dari keluarga Sampoerna di Indonesia. Dia adalah putra dari Aga Sampoerna dan cucu dari Liem Seeng Tee, pendiri perusahaan Sampoerna.

Pada 2013, keluarga Putera Sampoerna memiliki total kekayaan USD 2,15 miliar. Pada 2010, Putera Sampoerna memiliki kekayaan USD 2,3 miliar. Keluarga ini juga menjalankan bisnis mereka di Sampoerna Agro, yakni produsen utama minyak kelapa sawit dan inti sawit di Indonesia. Anak Putera Sampoerna, Michael, seorang pemain poker profesional, menjadi komisaris presiden di perusahaan tersebut.

Diketahui dia juga memiliki Sampoerna Strategic Square di pusat kota Jakarta. Adapun sebagian besar kekayaannya adalah dari penjualan perusahaan rokok kretek untuk Philip Morris sejak 2005.

(Vna)**

 
 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini