Sukses

Dua sentimen Ini Bikin Wall Street Terjatuh

Indeks Standard & Poor 500 turun 1,7 persen menjadi 2.046,88 pada penutupan perdagangan Rabu (8/7/2015), pukul 4 sore waktu New York, AS.

Liputan6.com, New York - Wall Street terjatuh ditandai dengan penurunan Indeks Saham Standard & Poor 500 ke level terendah dalam empat bulan terakhir. Kejatuhan Wall Street dipengaruhi oleh dua sentimen. Pertama mengenai perlambatan pertumbuhan ekonomi China dan kedua mengenai pernyataan dari pejabat Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang menyatakan ada potensi risiko dari krisis yang terjadi di beberapa belahan dunia.

Mengutip Bloomberg, Kamis (9/7/2015), Indeks Standard & Poor 500 turun 1,7 persen menjadi 2.046,88 pada penutupan perdagangan Rabu (8/7/2015), pukul 4 sore waktu New York, AS. Angka tersebut merupakan angka penutupan terendah sejak 11 Maret 2015 lalu.

"Semua perhatian tertuju pada China dan Yunani saat ini," jelas Ninh Chung, Manajer Silicon Valley Bank, San Francisco, AS. Perhatian investor tertuju kepada China karena pertumbuhan ekonomi negara tersebut sangat besar. Jika sesuatu terjadi dengan China pasti akan berdampak kepada negara lain.

Di luar China, sentimen lain yang mempengaruhi penurunan Wall Street datang dari dalam AS. Salah satu anggota The Federal Open Market Committee mengungkapkan bahwa apa yang terjadi di Yunani akan mempengaruhi kebijakan The Fed. Oleh karena itu Bank Sentral AS memerlukan tanda-tanda yang lebih jelas mengenai pemulihan ekonomi di negara tersebut.

Dalam resume pertemuan yang berlangsung pada Juni 2015 lalu, The Fed memperkirakan akan melakukan kenaikan suku bunga acuan dua kali dalam tahun ini. Langkah tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan sinyal-sinyal dari dalam negeri. Namun setelah pertemuan tersebut, Risiko dari luar negeri datang yaitu krisis di Yunani dan penurunan ekonomi di China yang juga mempengaruhi bursa saham di China.

Penurunan yang terjadi di bursa saham China ini menyuarakan keprihatinan yang lebih luas mengenai dampak yangt bisa terjadi mengngat China merupakan negara dengan pertumbuhan perekonomian yang cukup tinggi. Pembuat kebijakan di Bursa China terus mengeluarkan kebijakan untuk menjaga kepercayaan dari investor dan juga pemerintah China dalam 10 hari terakhir. (Gdn/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.