Sukses

BI: Pelemahan Rupiah Karena Efek Konflik Irak

Ke depannya, nilai tukar rupiah masih bisa terus berubah. Salah satu faktor penyebab perubahan tersebut adalah hasil pemilihan presiden.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memandang pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi belakangan ini hingga menyentuh level Rp 12.000 per dolar Amerika Serikat (AS), lebih disebabkan sentimen dari luar. Gejolak rupiah masih terus terasa hingga pemilihan presiden nanti.

Gubernur BI, Agus Martowardojo mengungkapkan, konflik geopolitik yang saat ini sedang terjadi di Irak menyebabkan tekanan kepada harga minyak. "Secara umum yang ada cuma kekhawatiran di luar negeri khususnya geopolitik Irak. Itu memang ada tekanan terhadap harga minyak. Dan dikhawatirkan membawa dampak pada Indonesia," kata dia, Jakarta, Selasa (24/6/2014).

Dampak konflik Irak ke Indonesia adalah terkait harga minyak. Indonesia merupakan importir yang cukup besar minyak mentah maupun minyak olahan yang digunakan untuk bahan bakar minyak (BBM) sehingga kenaikan harga minyak tersebut akan berdampak kepada anggaran pemerintah dan juga kepada neraca perdagangan.

"Kami melihat APBN defisit. Tapi yang perlu diwaspadai adalah eksekusinya supaya betul-betul bisa terjaga apakah penghematan BBM bisa terwujud, apakah penyaluran anggaran pembangunan bisa dilaksanakan," imbuhnya.

Ke depannya, nilai tukar rupiah masih bisa terus berubah. Salah satu faktor penyebab perubahan tersebut adalah hasil pemilihan presiden yang berlangsung pada 9 Juli mendatang. "Tapi secara umum semuanya masih dalam keadaan yang sama dengan awal bulan," pungkasnya. (Amd/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini