Rupiah Melemah Hari Ini 1 April: Didorong Inflasi hingga Gugatan Hasil Pilpres 2024

Indeks dolar Amerika Serikat (USD) kembali menguat memasuki awal bulan April 2024. Rupiah melanjutkan pelemahan.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 01 Apr 2024, 19:15 WIB
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat (USD) kembali menguat memasuki awal bulan April 2024.

Dolar AS menguat seiring kenaikan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) hingga 0,3% pada bulan Februari, menurut Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan.

Laporan Departemen Keuangan AS juga menunjukkan belanja konsumen negara itu mencatat kenaikan terbesar dalam setahun pada bulan lalu, menggarisbawahi ketahanan perekonomian.

Pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada hari Jumat mengatakan data inflasi AS terbaru “sejalan dengan apa yang ingin kami lihat”.

Pasar kini memperhitungkan peluang 68,5% dari “penurunan suku bunga The Fed pada bulan Juni dibandingkan peluang 57% pada akhir minggu lalu, alat CME FedWatch menunjukkan. Pedagang juga memperkirakan pemotongan sebesar 75 basis poin tahun ini,” ungkap Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka dalam paparan tertulis dikutip Senin (1/4/2024).

Rupiah Melemah Menyusul Angka Inflasi Maret 2024

Rupiah kembali ditutup melemah 38 point dalam perdagangan Senin sore (1/4), walaupun sebelumnya sempat melemah 65 point dilevel Rp. 15.895 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.858.

Sedangkan untuk perdagangan besok, Rupiah diperkirakan masih akan fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.880 - Rp.15.940, ungkap Ibrahim.

Pelemahan Rupiah menyusul rilis inflasi, Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2024, tercatat 0,52% secara bulanan (month to month/mtm) pada Senin (1/4/2024).

Angka inflasi kali ini relatif lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya dan tahun lalu.

“Inflasi ini dipicu oleh kenaikan bahan pangan, beras, gula, daging ayam, telur ayam dan bawang putih, saat Ramadan kali ini,” Ibrahim menyoroti.

Inflasi tahunan pun mencapai 3,05% dan inflasi tahun kalender sebesar 0,93%.

Laju inflasi 1,42% dan andil 0,41% dengan komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok ini telur andil 0,09%, daging ayam andil 0,09%, beras andil 0,09%, cabai rawit 0,02% bawang putih andil 0,02%.

 

2 dari 2 halaman

Faktor Lainnya

Pegawai memperlihatkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup turun 0,22 persen atau 34 poin ke Rp15.616,5 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS 0,16 persen ke 104,41. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain inflasi, aliran modal asing (capital outflow) yang terjadi dua pekan terakhir juga bersamaan dengan peristiwa gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) juga disebut menjadi pendorong melemahnya Rupiah pekan ini.

Seperti diketahui, pada Rabu pekan lalu, dua pasangan calon (paslon) Anies Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD membacakan tuntutan pada sengketa pilpres.

Kedua paslon tersebut menuntut diadakannya pemilihan presiden ulang dan mendiskualifikasi paslon nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Kemudian di hari selanjutnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), dan TKN Prabowo-Gibran menjawab tuntutan dari paslon satu dan tiga.

“Berlanjutnya gugatan hingga diterimanya pemeriksaan dapat menjadi sentimen negatif untuk pasar keuangan, sebab hal ini dapat menjadi kekhawatiran investor akan ketidakpastian kondisi politik Indonesia,” ungkap Ibrahim.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya