Pesan KH Said Aqil Siradj kepada Mahasiswa dan Santri Cilacap, Jariyah Ilmu

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj mengingatkan bahwa ilmu yang diamalkan merupakan amal jariyah

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Sep 2023, 16:30 WIB
Mustasyar PBNU Prof DR KH Said Aqil Siradj didampingi Ketua Yayasan El Bayan dan El Muslim, Prof DR KH Fathul Amin Aziz menandatangani prasasti pendirian pesantren berbasis pendirian berbasis pertanian durian. (Foto: Dok SMK Komputama)

Liputan6.com, Cilacap - Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj mengingatkan bahwa ilmu yang diamalkan merupakan amal jariyah.

Hal ini disampaikan KH Said Aqil Siradj dalam stadium general bertema 'Peran Santri Dalam Perkembangan Teknologi' di kampus Sekolah Tinggi Managemen Informasi dan Komputer (STMIK) Komputama Majenang Cilacap, Rabu (13/09/2023).

Menurut KH Said Aqil Siradj, dalam khazanah Islam menuntut ilmu itu wajib hukumnya. Maka pintar menjadi keharusan (wajib) bagi setiap muslim dan bodoh adalah dosa. Baginya, ilmu merupakan hal sangat penting yang harus ada pada dalam diri manusia.

Orang berilmu, menurutnya, bisa menjadi ladang pahala yang tidak terputus walaupun seseorang sudah meninggal dunia, selain sedekah jariyah dan anak shaleh.

“Ilmu lebih manfaat daripada harta, dan keturunan,” katanya, dikutip dari laman PCNU Cilacap, Kamis (14/9/2023)

Dengan ilmu, lanjut, Mantan Ketua Umum PBNU dan Pengasuh Pesantren At-Tsaqafah Jakarta ini mampu lebih lama mengalirkan pahala kepada seseorang.

“Karena orang lain akan memanfatkannya, mengamalkannya secara terus-menerus ilmu yang didapatkannya. Dan bahkan akan tumbuh, berkembang,” tegasnya.

2 dari 2 halaman

Sedekah Ilmu

 

Jika sedekah dengan harta, ketika harta itu habis dan hilang, maka terputuslah sedekah itu. Jika memiliki anak yang shaleh, maka ketika anak shaleh itu meninggal dunia dan akan terputuslah doa dari anak itu.

Namun ketika memiliki ilmu yang bermanfaat, diamalkan maka akan terus mengalir menjadi amal jariyah. Bahkan akan tumbuh berkembang sampai hari kiamat.

Dalam penjelasannya, Ilmu itu lebih bermanfaat daripada harta, nasab atau sebagainya. Menurutnya, percuma saja apabila memiliki nasab tetapi tidak memiliki ilmu.

KH Said Aqil Siradj pun menyebutkan contoh para ulama Islam terdahulu seperti Imam Bukhari, Imam Syafi’i dan ulama lainnya. Katakanlah Ulama nusantara seperti Wali Songo, Syekh Nawawi Albantani, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari.

Hingga kini beliau-beliau terus mendapatkan pahala dari ilmu yang sampai sekarang terus diamalkan oleh umat Islam. Ilmu para Ulama juga sudah terbukti turut membangun memajukan peradaban umat manusia.

Sejarah telah membuktikan bahwa ilmu menjadi infrastruktur dalam membangun pemajuan peradaban di berbagai belahan dunia.

“Betapa pentingnya ilmu, itulah faedah, makna perintah Allah SWT dan Sabda Nabi Muhammad SAW mewajibkan,” ujar Buya Said mengingatkan pentingnya manfaat ilmu.

Imam Hamidi - Tim Rembulan

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya