Cerita Dokter Hidup Terpisah di Bawah Atap yang Sama dengan Keluarga karena Pandemi

Interaksi tak biasa pun harus dilakukan sang dokter, lantaran orangtuanya berada dalam risiko tinggi dalam transmisi COVID-19.

oleh Asnida Riani diperbarui 03 Jul 2020, 14:02 WIB
Ilustrasi dokter. (dok. unsplash/@marceloleal80)

Liputan6.com, Jakarta - Kontak langsung dengan pasien COVID-19 saat bekerja di sebuah rumah sakit di Manila, Filipina, seorang dokter rela terisolasi dari keluarga. Kendati masih tinggal di bawah satu atap, ia berdiam di sebuah kamar isolasi untuk melindungi mereka yang terkasih.

Mengutip laman South China Morning Post, Jumat (3/7/2020), perempuan bernama Claire Dorado ini menceritakan, sejak pandemi, rumahnya punya semacam dinding semi permanen. Komponen tambahan ini dianggap perlu sebagai pencegahan menyetop droplet.

"Dengan begitu, saya bisa berbicara dengan mereka (anggota keluarga) dengan jarak setidaknya satu meter atau lebih tanpa menggunakan masker. Tapi untuk kontak lebih dekat, kami selalu menggunakan masker," tuturnya.

Di samping, kamar mandi, baju, dan alat makan Dorado juga berbeda dari anggota keluarganya. Semula, sang dokter mengatakan ingin menyewa kamar di dekat rumah sakit, tapi tak diizinkan kedua orangtuanya.

Akhiirnya, ayah Dorado mengubah ruangan yang semula berfungsi sebagai gudang jadi ruang isolasi. Tindakan pencegahan ini bahkan sudah dilakuan sebelum putrinya secara aktif menangani pasien virus corona baru.

Sejak itu, waktu bersama keluarga dilakukan sang dokter lewat jendela transparan di dinding buatan sementara. Sebelum memutuskan menangangi pasien COVID-19, Dorado bercerita dirinya sempat terlibat perdebatan dengan orangtua. 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Orangtua Berada di Risiko Tinggi

Ilustrasi dokter. (dok. unsplash/@ashkfor121)

Bersama orangtua, Dorado berbicara tentang risiko dari menangani pasien virus corona baru dan alasan ia berkeputusan demikian. "Saya memberi tahu mereka, inilah alasan mengapa kami (dokter) ada," ucapnya.

"Kami tak bisa hanya berdiam diri di rumah. Kami harus berada di luar sana membantu lebih banyak orang," imbuh Dorado.

Ia mengatakan, kebanyakan pasien yang ditangani berada di usia setara orangtuanya. "Sangat berat saat tahu hal yang sama pun bisa terjadi pada orangtua, keluarga, bahkan saudara saya," tuturnya.

Orangtua Dorada berada dalam risiko tinggi karena berusia lebih dari 50 tahun dan telah mempunyai riwayat penyakit. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya