Misteri Lagu 'Ora Bisa Mulih' Didi Kempot Sang Mualaf

Lagu "Ora Bisa Mulih" diciptakan setahun lalu, jauh sebelum pandemi Corona Covid-19 mewabah.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 05 Mei 2020, 20:58 WIB
Yan Vellia, sosok isteri yang menginspirasi Didi Kempot menjadi muslim taat keluar dari kamar jenazah RS Kasih Ibu. (foto: Liputan6.com/fajar abrori)

Liputan6.com, Semarang - Sebelum pandemi Corona Covid-19 melanda dunia, Didi Kempot sudah menciptakan lagu berjudul “Ora Bisa Mulih”. Lagu ini diciptakan setelah Didi Kempot menangkap kegelisahan para perantau yang tak bisa pulang ke kampung halaman untuk sungkem.

Pekan pertama gerakan #dirumahaja, Liputan6.com sempat bertelepon dengan Didi Kempot dan berdiskusi tentang lagu barunya. Saat itu Didi Kempot menyebut lagu itu diciptakan tahun 2019 atau setahun lalu. Ia mengaku tak memiliki firasat apa pun terhadap lagu ini jika sekarang sangat relevan dengan situasi. Dalam lagu itu diceritakan perantau yang gelisah karena tak bisa pulang kampung. 'Aku lirik' meminta maaf kepada semua orang yang disayangi.

“Itu kebetulan saja. Tapi saya yakin semua keluarga akan memaklumi jika tak bisa pulang. Mereka yang di rumah juga masih bisa disungkemi dari jauh. Semua dilakukan demi semua, ingin semua sehat,” kata Didi Kempot pada awal masa karantina.

Urusan pulang kampung bukan sekadar urusan bersenang-senang. Ada dimensi lain yang menautkan psikologis publik kepada kampung halaman. Jika hanya untuk bersenang-senang, Didi Kempot menyebutkan bahwa Sobat Ambyar (sebutan untuk fans Didi Kempot)  masih bisa berjoget di rumah.

“Nggak papa, ini hanya sementara. Jika merasa ambyar alias gabut atau jenuh, banyak yang bisa dilakukan. Yang suami sesekali masak buat istrinya, yang anak-anak bisa belajar secara biasa, dan yang remaja bisa memupuk kangen untuk diledakkan,” kata Didi Kempot.

Selama masa karantina, menyikapi pandemi Corona, ternyata Didi Kempot masih mampu menghasilkan lagu. Lagu “Ojo mudik” yang klip-nya dibuat di rumah dinas Wali Kota Solo 24 April 2020 bersama dengan Wali Kota, Kapolres Solo, dan Dandim. Serta lagu “Tamba teka lara lunga”.

“Duh Gusti kula nyuwun enggal welasa/welas asih marang kawula//”

Dua larik pertama dalam lagu “Tamba Teka Lara Lunga” ini sangat jelas berupa lantunan doa. Lagu yang memuat dimensi spiritual Didi Kempot sebagai manusia Jawa.

“Ya tuhan kami mohon beri kami belas kasihan / belas kasihmu kepada kami//.

 

 

2 dari 4 halaman

Lagu Pesan Sosial

Pagar manusia menjadi penyambut mobil jenazah yang membawa jasad Didi Kempot ke pemakaman di Ngawi. (foto: Liputan6.com/fajar abrori)

Wali Kota Solo FX Hadi Rudytamo menyebutkan bahwa lagu “Ojo Mudik” dan “Tamba Teka Lara Lunga” memang menjadi lagu Didi Kempot merespon kondisi sosial. Sebagai pesohor dengan penggemar jutaan orang, Didi Kempot merasa terpanggil untuk memberi peringatan kepada para penggemarnya melalui lagu.

“Sobat ambyar wajib memberi contoh untuk tak usah mudik. Saya sangat paham apa yang dirasakan. Namun, demi kebaikan bersama, sebaiknya tahan diri ojo mudik. Pokoke rasah mulih sik,” kata Didi tentang lagu ‘Ojo Mudik’.

Lirik lagu selain berisi ajakan, juga merupakan deskripsi situasi dimana di daerah seperti di Solo, masyarakat terus mengakses informasi yang mayoritas berisi kecemasan dan banyak peristiwa yang membuat panik.

Sosok Didi Kempot memang dikenal sebagai seniman rendah hati. Nama besar dan penggemar yang luar biasa tak membuatnya sombong.

"Lagu itu memang bukan lagu komersil karena berisi ajakan kepada masyarakat untu, bersama-sama memutus rantai p[enyebaran corona," kata Rudy.

Pada Senin (04/05/2020), Wali Kota Solo ini juga sempat berkomunikasi lewat telepon dengan sang maestro. Mereka berbincang banyak hal tentang kondisi sosial masyarakat dan apa yang bisa dilakukan. 

 

3 dari 4 halaman

Bukti Kerendahan Hati

Sebelum terkenal seperti sekarang, Didi Kempot sering mengajak berfoto kru yang mendukung dalam acaranya. (foto: Liputan6.com/dok.pribadi/edhie prayitno ige)

Pada tahun 2002, nama Didi Kempot sudah mulai terkenal, tapi belum ngetop seperti sekarang. Lagu-lagunya banyak dikenal dan populer di Suriname. Itulah sebabnya ketika mendapat job manggung di sebuah acara di lapangan Pancasila Semarang, saat itu Didi Kempot sangat antusias.

Sebelum acara, Didi kempot mendatangi seorang laki-laki dan meminta izin untuk berfoto bersama istrinya. Ia mengaku sangat ingin berfoto dengan ibu muda yang tengah hamil muda itu.

“Nanti foto saya kirim kalau sudah jadi,” kata Didi Kempot saat itu.

Perempuan itu adalah Parma Andhika Puspita Dewi, penyiar radio RHK dan juga reporter radio Elshinta. Ia saat itu bertugas sebagai MC.

Benar, dua minggu kemudian Didi Kempot mengirimkan foto itu. Tak bisa langsung dikirim karena foto masih menggunakan film dan butuh waktu memproses cuci cetak.

 

4 dari 4 halaman

Mualaf

Jarang Terekspos, Ini 7 Potret Yan Vellia Istri Didi Kempot (sumber: souncloud.com/Didi Kempot Official)

Didi Kempot lahir dari keluarga seniman. Ayahnya, Ranto Edi Gudel, biasa disapa Mbah Ranto adalah seorang pelawak yang sangat terkenal. Kakaknya, Mamiek Prakoso, adalah salah satu pentolan grup lawak Srimulat.

Awalnya laki-laki bernama asli Dionisius Prasetyo ini adalah penganut Kristen sesuai agama ibunya. Kemudian ia menikah dengan Yan Vellia, partner kerjanya dalam berbagai konser dan ia masuk Islam tahun 1997.

Sejak itu popularitasnya terus menaik. Penggemarnya tak melulu dari kalangan bawah dan kaum pinggiran, tapi merambah hingga kalangan atas.

Beberapa bulan terakhir penyanyi kelahiran 31 Desember 1966 ini sangat intens bergaul dengan Ustaz Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah yang mengislamkan Deddy Corbuzier dan Gus Karim, guru mengaji Jokowi. Kepada dua kyai itu Didi kempot sering minta didoakan dan menyampaikan keinginan hatinya mengumrahkan seluruh keluarganya.

Simak video pilihan berikut:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya