Perjanjian Kerja Sama Dagang RI-Tunisia Rampung Akhir 2018

Pada perundingan putaran kedua ini, Indonesia dan Tunisia berhasil menyepakati seluruh pasal draft text PTA.

oleh Septian Deny diperbarui 27 Sep 2018, 11:15 WIB
Aktivitas bongkar muat barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Perjanjian kerja sama perdagangan Indonesia dan Tunisia ditargetkan rampung pada akhir 2018. Hingga saat ini, perundingan kerja sama kedua negara telah memasuki putaran kedua.

Direktur Perundingan Bilateral selaku Ketua Tim Perunding ITPTA Kementerian Perdagangan (Kemendag) Ni Made Ayu Marthini mengatakan, ‎pada perundingan putaran kedua ini, Indonesia dan Tunisia berhasil menyepakati seluruh pasal draf teks PTA.

Selanjutnya, kedua pihak fokus pada pembahasan akses pasar (request list dan draft text Rules of Origin).

“Pada putaran perundingan yang kedua ini, Indonesia dan Tunisia berhasil menyepakati dan memfinalisasi draf teks PTA. Delegasi kedua negara menunjukkan semangat yang sama untuk menyelesaikan perundingan karena akan mendorong pelaku usaha kedua negara meningkatkan perdagangan,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (27/9/2018).

Selain draf teks PTA, kata dia, delegasi Indonesia dan Tunisia juga membahas draf Rules of Origin atau ketentuan asal barang. Selanjutnya, kedua delegasi akan melakukan pertukaran data tarif serta daftar produk-produk unggulan yang akan diusulkan untuk penurunan tarif (request list). Diharapkan perundingan PTA dapat diselesaikan pada akhir 2018.

“Setelah perundingan putaran kedua ini, kedua pihak akan terus berkomunikasi dan melakukan pertukaran data perdagangan, data tarif, serta draf ROO sebelum perundingan putaran ketiga. Hal ini diperlukan agar perundingan PTA dapat diselesaikan pada putaran ketiga yang akan dilaksanakan pada bulan November atau Desember 2018 nanti,” ungkap Made.

2 dari 2 halaman

Produk Unggulan

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memimpin kunjungan misi dagang ke Tunisia sekaligus meluncurkan secara resmi dimulainya perundingan Indonesia-Tunisia PTA pada 25 Juni 2018 lalu. Hal ini karena Tunisia merupakan salah satu pasar nontradisional potensial di kawasan Afrika bagian utara.

Dari hasil kunjungan tersebut terbuka peluang ekspor produk-produk unggulan Indonesia ke Tunisia, seperti tuna, rempah-rempah, kopi, aksesori kamar mandi, dekorasi rumah, dan perhiasan.

Total perdagangan kedua negara pada 2017 sebesar USD 88 Juta. Nilai tersebut terdiri dari ekspor Indonesia sebesar USD 55 Juta dan impor sebesar USD 32,7 juta, sehingga Indonesia surplus USD 22,4 Juta.

Komoditas ekspor Indonesia ke Tunisia pada 2017 adalah minyak kelapa, biji palem, benang, oxygen-function amino-compounds, dan benang filamen sintetik. Sementara itu, impor utama Indonesia dari Tunisia pada 2017 adalah kurma, fosfonat, peralatan listrik, kawat berisolasi dan kabel, serta aluminium tanpa tempa.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya