Panas Surya Plus Mantel Plastik Bisa Tangkal Ebola dan Penyakit Infeksi Lain, Kok Bisa?

Masker dan mantel plastik bertenaga panas Matahari siang hari berpotensi menjadi alat penangkal penyakit Ebola dan beragam penyakit lainnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Mar 2018, 08:15 WIB
(Ilustrasi) Petugas medis dari Croix Rouge LSM membawa jenazah korban Ebola dari sebuah rumah di Monrovia, Liberia, 29 September 2014. Dari empat negara di Afrika Barat, Liberia menjadi negara yang paling parah terkena wabah Ebola. (AFP PHOTO/PASCAL GUYOT)

Liputan6.com, California - Masker dan mantel plastik bertenaga panas Matahari siang hari berpotensi menjadi alat penangkal penyakit Ebola dan beragam penyakit infeksi lainnya, menurut sebuah penelitian yang baru-baru ini dipublikasikan.

Kalangan ilmuwan Amerika Serikat mengembangkan sejenis membran yang menghasilkan hidrogen peroksida yang mampu melawan infeksi dalam jumlah kecil saat terpapar cahaya.

Gang Sun dan kolega dari University of California-Davis memanfaatkan membran itu untuk melapisi bagian luar dari pakaian pelindung (lazim berbentuk mantel berbahan plastik) yang digunakan oleh para pekerja medis bidang penyakit infeksi dan menular. Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia (26/3/2018).

Saat terpapar pada cahaya siang, molekul-molekul di permukaan membran itu akan bereaksi dengan oksigen di udara dan menghasilkan sejumlah kecil hidrogen peroksida –- dalam jumlah yang lebih sedikit ketimbang yang anda digunakan untuk menghilangkan noda pada cucian, namun cukup untuk membasmi kuman, menurut Sun.

"Apabila masih ada bakteri atau virus yang masih aktif di permukaan, bakteri atau virus itu masih dapat menular dan menyebankan infeksi," lanjut Sun.

Membran itu juga bekerja dalam keadaan gelap, paling tidak untuk waktu satu atau dua jam, berkat sifat-sifat kimawi yang mengisi ulang kekuatan untuk membasmi kuman.

Hampir 500 pekerja kesehatan menemui ajalnya selama terjadi wabah Ebola pada tahun 2014 di Afrika Barat.

Para penyedia layanan kesehatan dan medis di garis terdepan mengenakan mantel pelindung yang menutupi seluruh tubuhnya saat mereka berhubungan dengan para pasien yang tertular penyakit infeksi -- Ebola salah satunya.

Namun, proses saat melepas pakaian pelindung menjadi saat ketika kuman dapat menular apabila permukaan pakaian itu telah terkontaminasi kuman penyakit infeksi.

2 dari 2 halaman

Pelapis Kemasan Makanan

(Ilustrasi) Tim medis mengevakuasi pasien terduga virus Ebola di Lapangan Monas, Jakarta, 12 November 2014. Dalam rangka Hari Peringatan Kesehatan Nasional, Kemenkes menggelar simulasi penanganan dan pencegahan masuknya Ebola ke Indonesia. (AFP PHOTO/ROMEO GACAD)

Selain sebagai pelapis pakaian pelindung untuk para pekerja kesehatan, membran yang dikembangkan oleh Gang Sun dan tim berpotensi untuk dikembangkan menjadi lapisan material produk makanan segar dalam kemasan -- guna menekan tingkat kontaminasi dan memperpanjang masa penyimpanan.

Beberapa versi dari materi ini memanfaatkan senyawa alami. Sun mengatakan satu dari langkah-langkah berikutnya adalah untuk membuat membran ini aman untuk dimakan.

Rohan Tikekar, seorang ilmuwan di bidang pangan di University of Maryland, yang tidak terlibat dalam penelitian itu memuji nilai kebaruan yang ditawarkan oleh Sun.

"Pendekatan itu termasuk baru," kata Tikekar.

Tikekar mengatakan ada pihak lain yang telah mengembangkan bahan yang dapat menghasilkan zat kimia yang dapat melawan infeksi, namun sebagian besar hanya bekerja di bahwah sinar ultraviolet berenergi tinggi.

Hasil penelitian Gang Sun dan tim telah dipublikasikan dalam jurnal Science Advances.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya