Pendapatan Tergerus, Orang Kaya RI Lebih Irit

Pelemahan ekonomi dunia mengakibatkan pendapatan orang-orang kaya di Indonesia tergerus.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 18 Apr 2016, 16:32 WIB
Ilustrasi Orang Kaya Sayembara

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan adanya penurunan pengeluaran para orang kaya di kota maupun desa. Secara angka, pengeluaran orang kaya turun dari 48,25 persen pada Maret menjadi 47,84 persen pada September 2015.
 
Penyebabnya, kondisi pelemahan ekonomi dunia yang mengakibatkan pendapatan orang-orang kaya di Tanah Air tergerus.
 
Deputi Bidang Statistik Sosial BPS M Sairi Hasbullah mengatakan, pengeluaran kategori kelompok orang kaya yang mencapai lebih dari Rp 2,3 juta.
 
"Pengeluaran atau belanja orang kaya di makanan, non-makanan, dan leisure menurun karena mereka menahan belanja akibat pendapatannya turun karena kondisi global. Kan di tahun lalu, ekspor lesu, kinerja ekonomi merosot, jadi kesejahteraannya juga menurun," kata Sairi di Jakarta, Senin (18/4/2016).


Adapun pengeluaran 40 persen kelompok masyarakat berpenghasilan rendah berkisar Rp 410 ribu-420 ribu per kapita per bulan. Sementara pengeluaran kelompok menengah tercatat Rp 925 ribu per kapita per bulan.

Dia menyebutkan, kelompok masyarakat berpenghasilan atas yang terkena dampak perlambatan ekonomi dunia dan nasional adalah sektor industri perdagangan, jasa, dan manufaktur.
 
Hal baiknya, diakui Sairi, pemerintah memberikan bantalan bantuan kesejahteraan bagi masyarakat miskin agar tidak semakin jatuh di bawah garis kemiskinan, seperti Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, beras rakyat sejahtera (rastra), dan lainnya.  
 
"Tertolong lagi dari proyek-proyek infrastruktur yang menyerap tenaga kerja lewat investasi pemerintah. Salah satunya dana desa sehingga upah buruh bangunan, buruh pertanian naik. Ini akan mempersempit gap atau gini ratio," tutur Sairi.
 
Sementara itu, Kepala BPS Suryamin menuturkan, pengeluaran orang kaya yang tinggal di pedesaan pada September sebesar 42,01 persen dari sebelumnya di Maret 2015 sebesar 42,05 persen dari total pengeluaran secara nasional. Sementara di perkotaan, pengeluarannya turun dari 49,57 persen menjadi 49,04 persen.   
 
Perubahan pengeluaran tersebut berkontribusi pada penurunan ketimpangan ekonomi antara orang kaya dan miskin alias gini ratio dari 0,41 di Maret 2015 menjadi 0,40 di September 2015.
 
"Penurunan harga komoditas dunia menyebabkan pendapatan penduduk berpenghasilan atas ikut turun. Sementara pendapatan di kalangan menengah ke bawah naik, seperti upah buruh pertanian dan buruh bangunan," kata dia. (Fik/nrm)
 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya