Sukses

Vidio Sambut Baik Perluasan Jangkauan Distribusi Mitra Provider MyRepublic di Kota Solo

Komitmen untuk memperluas jangkauan distribusi ini ternyata juga didukung salah satu mitra provider Vidio, yakni MyRepublic.

Liputan6.com, Solo - Vidio merupakan platform over-the-top (OTT) terbesar, dengan pertumbuhan bisnis tercepat di Indonesia. Platform OTT adalah layanan media yang ditawarkan langsung kepada penonton melalui internet.

Tidak hanya fokus pada suguhan variasi konten tayangan bagi para pelanggannya, Vidio juga berkomitmen untuk menyajikan kualitas tayangan yang prima dan high-definition (HD), dengan koneksi jaringan yang handal.

Di sisi lain, agar kenyamanan dan kepuasan para pelanggan selalu diutamakan, Vidio juga menjalin kerjasama dengan para mitra brand dan provider, untuk melakukan perluasan jangkauan distribusi dan memberikan pintu akses yang mudah bagi para pelanggan. Sehingga, Vidio dapat dinikmati kapan saja dan di mana saja, melalui situs-web, maupun aplikasi di smartphone dan televisi.

Komitmen untuk memperluas jangkauan distribusi ini ternyata juga didukung salah satu mitra provider Vidio, yakni MyRepublic. Pada kuartal keempat 2022, tepat-nya pada 13 Oktober, MyRepublic secara resmi memperluas cabang dan area cakupan-nya ke wilayah Solo, Jawa Tengah, yang disambut baik Vidio.

Peresmian kantor cabang MyRepublic di Kota Solo berlokasi di Jl. Hasanudin Nomor 98D, Punggawan, Banjarsari. Acara peresmian ini turut dihadiri Walikota Surakarta yang diwakilkan Kepala Bidang Teknologi dan Informatika, Taufan Redina Adi Purnama, S.T., M.Si., dan Kapolsek Banjarsari, Kompol Parjono, S.H., M.H.

Kota Solo menjadi kota cabang ke-19 MyRepublic di Indonesia. Dalam rangka memenuhi permintaan konsumen, MyRepublic cabang Solo kini sudah memiliki 10.000 titik sambung dengan fokus di area-area residensial.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Vidio Kantongi Pengguna Aktif Terbanyak di Indonesia

Snapcart bekerja sama dengan tSurvey.id dari Telkomsel, melakukan survei terkait aplikasi hiburan di Indonesia.

Dengan mengunakan data dari segmen pasar telekomunikasi (telco 2022), ditemukan ada empat aplikasi hiburan terpopuler di Indonesia. Empat di antaranya adalah Vidio, Netflix, Disney+ Hotstar, dan Viu.

"Dengan menggunakan data telco 2022 kami menemukan bahwa di antara 4 aplikasi hiburan teratas, Vidio masih menjadi aplikasi dengan pengguna terbanyak," tulis Snapcart via LinkedIn, dikutip Jumat (14/10/2022).

Menurut Snapcart, Vidio bisa mengalahkan para pesaingnya karena memiliki beragam produk, mulai dari saluran TV hingga film.

Vidio tercatat memiliki 27,7 juta pengguna aktif, Netflix 11,3 juta, Viu 10,4 juta, dan Disney+ 2,4 juta.

Pengguna aktif tersebut terbagi dalam dua kategori yaitu pascabayar dan prabayar. Dalam hal ini pelanggan pascabayar merupakan pengguna Kartu Halo.

Pengguna pascabayar Vidio memiliki persentase 42 persen, Netflix 32 persen, Viu 19 persen, dan Disney+ 7 persen.

Sementara untuk pengguna prabayar, Vidio 54 persen, Netflix 21 persen, Viu 20 persen, dan Disney+ 5 persen.

3 dari 4 halaman

Vidio Jadi Raja di Negeri Sendiri

Sebelumnya, menurut riset Media Partners Asia (MPA), Vidio yang merupakan layanan video streaming milik PT Elang Mahkota Teknologi (Grup Emtek), menjadi layanan paling populer dalam hal konsumsi video premium di Indonesia.

Mengutip Bloomberg, Selasa (3/10/2022), Vidio bahkan disebut mengalahkan kedigdayaan Netflix dan Disney+ di pasar domestik.

Meskipun Disney+ memiliki lebih banyak pelanggan, sebagian besar berasal dari kemitraan dengan Telkomsel, masyarakat Indonesia lebih menyukai Vidio yang kini memiliki 3,5 juta pelanggan.

Vidio adalah kisah sukses layanan digital lokal yang langka, dan menjadi pelajaran berharga bagi perusahaan media lokal lainnya di seluruh dunia.

Raksasa Barat mendominasi pasar video online di hampir setiap wilayah utama di luar China. Netflix melesat ke posisi terdepan di Brasil, Meksiko, Korea Selatan, Australia, dan sebagian besar Eropa Barat.

Lalu, Amazon adalah salah satu pemain terbesar di Jepang dan wilayah Eropa tertentu. Adapun Disney+ adalah pemimpin pasar di India.

Para pemain lokal sebagian besar masih gagal menjadi pesaing alternatif dari luar negeri. Akan tetapi, masih ada peluang pasar ketika pemain luar tidak menanamkan banyak uang.

Netflix dan rekan-rekannya belum melakukan investasi besar di Indonesia. Meskipun populasinya besar, Indonesia belum memiliki industri film lokal yang signifikan dan penduduknya relatif masih miskin. (PDB per kapita berada di antara Thailand dan India)

“Sebagian besar pesaing yang Anda sebutkan, setidaknya yang dari barat, sebenarnya tidak menginvestasikan banyak uang di produksi konten lokal Indonesia,” kata Managing Director Emtek dan CEO Vidio sekaligus PT Surya Citra Media (SCM), Sutanto Hartono.

Namun, bukan berarti tidak ada peluang besar. Kue pasar video premium pun terbilang menjanjikan di Asia Tenggara.

4 dari 4 halaman

Penggunaan Layanan Video-On-Demand Melonjak

Menurut laporan MPA, layanan video premium hanya mengambil pasar 7 persen dari waktu yang dihabiskan pengguna Asia Tenggara di layanan streaming pada Q2 2022. Penggunaan layanan video-on-demand berlangganan pun melonjak, dan telah melampaui TV berbayar di pasar Asia Tenggara.

Jika ada layanan atau platform yang dapat menarik hanya 10 persen dari populasi di Indonesia, mereka akan memiliki sekitar 30 juta pelanggan.

Vidio saat ini mendanai hampir 40 series lokal dalam setahun, lebih banyak dari yang dibuat para pemain luar jika digabungkan. Perusahaan juga memiliki hak siar dari Liga Inggris dan NBA. Penonton NBA memang kecil, tapi mereka cukup kaya dan loyal.

Vidio juga menawarkan layanan dengan harga yang lebih tinggi dari pada pesaingnya. Ada layanan gratis dan tiga jenis layanan berbayar berbeda, dikelompokkan berdasarkan perangkat dan pemrograman apa yang dapat pengguna nikmati.

Penggemar olahraga harus membayar lebih dari orang yang tidak menginginkan olahraga dan penggemar olahraga juga harus membayar lebih untuk menonton di perangkat selain ponsel.

Netflix lebih ketat soal harga ketimbang para pemain lainnya. Itulah alasan besar mengapa Vidio menghasilkan lebih banyak pendapatan di Indonesia daripada pesaingnya, meskipun memiliki basis pengguna yang lebih kecil.

Netflix atau Disney+ diprediksi dapat menyalip Vidio jika mereka mau berinvestasi lebih banyak di Indonesia.

Tapi untuk membuat layanan yang sesuai dengan penonton Indonesia akan butuh waktu dan biaya besar dibandingkan keuntungan yang akan diperoleh.

Sebagian besar perusahaan Barat memutuskan tidak akan melakukan investasi besar-besaran dan berharap layanan mereka di belahan dunia lain bisa membantu meningkatkan jumlah pelanggan.

Strategi tersebut dinilai tidak akan bisa berhasil di Indonesia, atau sejumlah pasar lain di Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Afrika. Di situlah letak peluang bagi pemain lokal dengan sumber daya mumpuni berpeluang untuk mendapatkan keuntungan lebih besar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.