Sukses

Terungkap, Ini Alasan Siri Lebih Terbelakang dari Google Assistant dan Alexa

Menurut laporan, saat Apple mengakusisi Siri, software pengembangan asisten virtual itu ternyata bermasalah.

Liputan6.com, Jakarta - Harus diakui, perkembangan asisten virtual besutan Apple, Siri, pada awalnya sedikit ketinggalan dari para pesaing, seperti Google Assistant dan Alexa.

Meski kini Siri sudah jauh lebih baik, ternyata ada rahasia di balik lambatnya pengembangan asisten virtual tersebut.

Menurut laporan dari The Information, Jumat (16/3/2018), saat Apple mengakuisisi Siri, perusahaan asal Cupertino itu sebenarnya memiliki rencana besar.

Apple menginginkan kontrol suara dapat dikembangkan lebih luas sama seperti kemampuan multi-touch di iPhone generasi pertama.

Namun, dikutip dari Mashable, rencana tersebut tak lagi berlanjut setelah Steve Jobs wafat pada 2011. Kematian Jobs, mirisnya menandakan kemunduran bagi perkembangan Siri.

Alasannya, salah satu kepala divisi iOS Apple, Richard Williamson menginginkan pembaruan untuk asisten virtual ini hanya dilakukan bersamaan rilis iOS baru.

Padahal, kemampuan asisten virtual harus diperbarui secara berkala untuk dapat mengikuti kebutuhan pengguna.

Menanggapi hal tersebut, Williamson justru membatahnya. Ia menyebut lambatnya pengembangan asisten virtual ini terjadi berasal dari pengembangan awal sistem itu. 

"Sangat lambat. Software itu dipenuhi dengan bug serius. Masalah ini berasal dari tim asli Siri, yang pasti bukan saya," tuturnya.

Tak hanya itu, masalah lain dari Siri adalah sulitnya mengintegrasikan asisten virtual itu dengan teknologi lain yang diakusisi Apple.

Salah satunya ditunjukkan keengganan dari anggota tim Topsy yang diakusisi Apple pada 2014. Perusahaan yang bergerak di bidang pencarian itu menyebut masalah yang ada di software itu terlalu banyak, sehingga sulit melakukan pengembangan.

Akhirnya, para insinyur memutuskan untuk mengembangkan Siri dari awal, saat asisten virtual itu sudah ada ribuan perangkat Apple.

Bahkan, terungkap pula, Apple sebenarnya tak memiliki rencana untuk membenamkan Siri ke speaker pintar, sebelum Amazon Echo rilis.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pencipta Siri Nilai Apple Terlalu Banyak Menuntut

Di sisi lain, pendiri Siri Norman Winarsky, mengatakan Apple meminta Siri melakukan terlalu banyak hal untuk terlalu banyak orang. Selama tujuh tahun kehadirannya, Siri selalu memiliki peningkatan termasuk fungsi yang lebih banyak.

Menurut Winarsky, sebelum Apple membeli Siri pada 8 April 2010, rencana awalnya teknologi itu akan digunakan untuk kepentingan hiburan dan perjalanan. Misalnya, Siri akan mengetahui tentang penerbangan pemiliknya yang dibatalkan ketika tiba di bandara.

Contoh lainnya, Siri digunakan untuk menemukan altenatif menuju tempat tujuan ketika smartphone dikeluarkan dari kantong.

Ketika Siri sudah sempurna di area tersebut, Apple dinilai seharusnya memperlambat ekspansi kemampuan layanan ini.

Sayangnya, Apple kini memiliki pendapat berbeda. Siri sekarang didesain untuk membantu para pengguna iOS di semua bagian hidup mereka seperti mengatur alarm, mendapatkan laporan cuaca terbaru, atau memberikan alamat lokasi sebuah tempat.

Winarsky berpendapat, semakin banyak hal yang ingin dilakukan, maka akan sejalan dengan masalah yang dihadapi.

"Ini adalah masalah yang berat dan ketika kalian adalah sebuah perusahaan yang berurusan dengan miliaran orang, masalahnya juga akan semakin sulit. Mereka mungkin mencari kesempurnaan yang tidak bisa dapatkan," ungkap Winarsky, seperti dikutip dari Phone Arena.

3 dari 3 halaman

Apple Cari Psikolog untuk Kembangkan Siri, Tertarik Daftar?

Apple sendiri dalam beberapa tahun terakhir memang sedang berupaya meningkatkan kemampuan Siri.

Salah satunya mengerti lebih baik dalam mengerti manusia. Hal itu diketahui dari lowongan pekerjaan yang dibuka perusahaan tersebut beberapa waktu lalu.

Namun lowongan ini terbilang unik, sebab Apple tak sekadar mencari seorang software engineer. Perusahaan yang berbasis di Cupertino itu mencari software engineer yang juga memiliki latar belakang konseling atau psikologi.

Dikutip dari Business Insider, pelamar harus memiliki gelar dari ilmu komputer atau setara. Selain itu, pengalaman di bidang teknologi kecerdasan buatan dapat menjadi nilai tambah.

Lowongan pekerjaan ini memang sedikit aneh mengingat Siri hanya merupakan asisten virtual. Kendati demikian, ternyata banyak pengguna yang memakai asisten virtual ini untuk bercerita banyak hal termasuk menuangkan isi hatinya.

(Dam/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.