Sukses

Telegram Diblokir di Indonesia, CEO Tawarkan Solusi

Setelah mengakui ada miskomunikasi terkait pelaporan konten terorisme dari pemerintah Indonesia, CEO Telegram menawarkan solusi. Apa saja?

Liputan6.com, Jakarta - Akhir pekan ini kabar versi web Telegram diblokir di Indonesia menjadi pembicaraan hangat. Bahkan, kabar ini telah sampai ke telinga CEO sekaligus pendiri Telegram Pavel Durov.

Ia mengakui ada miskomunikasi antara pihaknya dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika terkait pemblokiran Telegram. Ia pun bergegas menyiapkan solusi guna meyakinkan pemerintah Indonesia bahwa Telegram berkomitmen memberantas konten negatif dan terorisme.

Adapun langkah pertama yang ditawarkan Telegram adalah memblokir semua saluran di Telegram yang berkaitan dengan terorisme. "Sebelumnya konten-konten ini sudah dilaporkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia kepada pihak Telegram," kata Durov.

Langkah kedua, Durov telah mengirim e-mail balasan kepada Menkominfo agar proses komunikasi bisa berjalan langsung antarkedua pihak. "E-mail tersebut seharusnya memungkinkan kami bekerja lebih efisien dalam mengidentifikasi dan menghalangi propaganda terorisme di masa depan," ujar pria asal Rusia itu.

Hal ketiga yang akan dilakukan Telegram adalah membentuk tim moderator yang memiliki pengetahuan bahasa dan budaya Indonesia. Tim ini memiliki tugas memproses laporan konten berkaitan terorisme secara lebih cepat dan akurat.

Ia mengaku telah mengirim e-mail kepada Menkominfo terkait solusi di atas dan saat ini sedang menunggu umpan balik.

"Saya yakin kami bisa menghapus konten propaganda terorisme tanpa mengganggu penggunaan Telegram oleh jutaan orang Indonesia," kata Durov.

Tak Berteman dengan Terorisme

Lebih lanjut, lelaki kelahiran tahun 1984 ini menegaskan Telegram memang terenkripsi dan sangat menjunjung privasi. Namun bukan berarti Telegram berteman dan setuju dengan aksi terorisme.

Alih-alih mendukung, ia mengatakan, tiap bulannya tim Telegram memblokir ribuan saluran publik ISIS dan mempublikasikan hasilnya di @isiswatch.

"Kami terus berusaha lebih efisien mencegah propaganda terorisme dan selalu terbuka terhadap gagasan agar Telegram bisa lebih baik lagi," katanya.

Sekadar informasi, Durov menyebut Indonesia sebagai negara indah yang pernah ia kunjungi beberapa kali. Ia bahkan menyebut banyak pengadopsi awal Telegram berasal dari Indonesia.

(Tin/Why)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.