Sukses

Berita Terkini

Lihat Semua
Topik Terkait

    Pengertian

    Obsessive Compulsive Disorder (OCD) adalah gangguan perilaku kronis yang menyebabkan penyandangnya tidak memiliki kontrol atas pikiran-pikiran obsesifnya dan perilakunya yang kompulsif atau berulang-ulang. Dahulu, gangguan ini dimasukkan ke kategori gangguan kecemasan. Tapi saat ini telah menjadi kategori tersendiri.

    Penderita OCD dapat terjebak dalam siklus pikiran dan perbuatan berulang yang tidak ada hentinya. Melakukan ritualnya dapat menghentikan perasaan cemas sementara. Namun penderita akan tetap melakukan ritualnya lagi ketika pikiran obsesif muncul kembali. Siklus OCD ini dapat menyita waktu penderita sampai berjam-jam sehingga mengganggu aktivitas normal mereka.

    Penderita OCD biasanya menghindari pencetus obsesi mereka. Sebagian besar penderita dewasa bahkan menyadari bahwa ritual yang mereka lakukan tidak masuk akal.  Namun, mereka tidak bisa menghentikannya. Gejala bisa datang dan pergi, serta mereda atau memburuk seiring waktu.

    OCD (Obsessive Compulsive Disorder)

    Penyebab

    Penyebab Obsessive Compulsive Disorder (OCD) belum diketahui dengan pasti. Namun, beberapa faktor risiko berikut sudah diketahui hubungannya:

    • Genetik
      Faktor risiko OCD akan meningkat jika keluarga lingkar pertama seperti orang tua, saudara atau anak mengalami gangguan ini. Risiko bahkan lebih tinggi ketika OCD diderita sejak anak-anak atau remaja.
    • Struktur dan fungsi otak
      Pasien OCD menunjukkan adanya perbedaan struktur pada bagian korteks frontal (bagian otak di belakang dahi) yang bertugas untuk berpikir, merencanakan, memutuskan, mengontrol emosi dan tubuh, memahami diri sendiri, dan berempati.

    Terjadi juga perbedaan struktur subkortikal otak pada pemeriksaan dengan alat pencitraan otak. Namun, hubungan antara gejala OCD dan kelainan pada bagian otak tertentu tersebut masih terus diteliti.

    • Lingkungan
      Mereka yang mengalami riwayat kekerasan baik fisik, psikis, maupun seksual saat anak-anak atau pun trauma kekerasan lainnya, berisiko lebih besar pula mengalami OCD.

    Pada beberapa kasus, seorang anak juga dapat menderita OCD setelah mengalami infeksi streptokokus. Sindrom ini disebut Pediatric Autoimmune Neuropsychiatric Disorders Associated with Streptococcal Infections (PANDAS).

    Diagnosis

    Dokter akan menentukan diagnosis Obsessive Compulsive Disorder (OCD) dari pemeriksaan gejala-gejala yang ditampakkan oleh penderitanya. Selain itu, dokter juga dapat menentukannya melalui perbincangan mendalam untuk mengetahui pola perilaku OCD pasien.

    Pada gangguan ini tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis OCD.

    Gejala

    Penderita Obsessive Compulsive Disorder (OCD) dapat memiliki gejala obsesif dan kompulsif, bahkan keduanya. Semua gejala tersebut dapat mengganggu hampir segala aspek kehidupan penderita OCD, dari pekerjaan, sekolah, hingga hubungan personal.

    Obsesif adalah pikiran, dorongan, atau gambaran mental yang berulang-ulang sehingga menyebabkan kecemasan. Gejalanya biasanya berupa:

    • Takut kuman
    • Takut melakukan kesalahan
    • Takut akan dipermalukan atau berperilaku yang tidak diterima secara sosial
    • Pikiran tabo atau larangan yang tidak diinginkan meliputi seks, agama, dan bahaya
    • Pikiran agresif tentang diri sendiri atau orang lain
    • Memerlukan hal-hal simetris atau dalam urutan sempurna atau tepat
    • Pikiran ragu-ragu yang berlebihan dan keperluan untuk memastikan berulang-ulang

    Kompulsif adalah perilaku berulang yang dilakukan oleh penderita OCD karena merasakan dorongan untuk melakukan dalam menanggapi pemikiran obsesif. Gejala yang terjadi umumnya meliputi:

    • Mandi atau bersih-bersih atau mencuci tangan berlebihan dan berulang-ulang
    • Menolak untuk berjabat tangan atau memegang pegangan pintu
    • Mengurutkan dan menata barang dengan cara yang tepat dan khusus
    • Memeriksa sesuatu berulang-ulang, seperti berulang kali memeriksa pintu yang terkunci
    • Berhitung secara kompulsif
    • Makan dengan urutan spesifik
    • Terjebak pada kata-kata, gambar atau pikiran yang biasanya mengganggu dan tidak akan hilang dan bahkan mengganggu ketika tidur.
    • Mengulangi kata-kata atau kalimat atau doa tertentu
    • Perlu melakukan tugas dalam beberapa kali
    • Mengumpulkan atau menimbun barang tanpa nilai jelas

    Merupakan hal normal bila seseorang memeriksa ulang suatu hal untuk memastikan segalanya aman. Tapi berbeda halnya dengan yang terjadi pada penderita OCD. Mereka bisa melakukan berulang-ulang, dan biasanya ada perilaku khusus terkait hal ini, seperti:

    • Tidak dapat mengendalikan pikiran atau tingkah lakunya, bahkan bila pikiran atau perilaku tersebut dikenali sebagai sesuatu yang berlebihan
    • Menghabiskan setidaknya 1 jam sehari pada pemikiran atau perilaku ini
    • Tidak senang saat melakukan perilaku atau ritual, tapi mungkin merasa lega sejenak dari kegelisahan yang dipikirkan oleh pikiran
    • Mengalami masalah signifikan dalam kehidupan sehari-hari karena pemikiran atau perilaku ini

    Beberapa penderita OCD juga mengalami gangguan tic secara motorik maupun vokal. Tic motorik adalah gerakan yang mendadak, sebentar, dan berulang seperti mata berkedip, wajah meringis, bahu naik, kepala atau bahu menyentak. Tic vokalis adalah suara yang berulang-ulang seperti suara membersihkan tenggorokan, atau mengendus.

    Pengobatan

    Pengobatan penderita Obsessive Compulsive Disorder (OCD) meliputi dua terapi, yaitu obat-obatan, psikoterapi atau bisa juga kombinasi dari keduanya. Beberapa dari penderita tetap akan mengalami gejala walaupun sudah dalam pengobatan.

    Obat-obatan yang digunakan adalah golongan serotonin reuptake inhibitors (SRIs) dan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs). Penggunaan obat tersebut harus dipantau oleh dokter karena merupakan golongan obat anti depresi.

    Psikoterapi merupakan terapi yang efektif untuk penderita OCD baik dewasa maupun anak-anak. Salah satu terapi yang cocok untuk penderita OCD adalah terapi perilaku kognitif (cognitive behaviour therapy/ CBT). Studi menunjukkan penurunan gejala kompulsif pada penderita OCD dengan terapi pencegahan eksposur dan respons (salah satu tipe CBT) bahkan pada penderita OCD yang tidak merespons pada obat SRI.

    Pencegahan

    Penyakit OCD ini tidak dapat dicegah. Diagnosis dini dan terapi yang sesuai dapat mengurangi waktu yang pasien habiskan karena penyakit ini dan bisa meningkatkan kualitas hidup penyandang OCD.

    Ilustrasi OCD. (Photo by Pawel Czerwinski on Unsplash)
    Ilustrasi OCD (Obsessive compulsive disorder). (Photo by Pawel Czerwinski on Unsplash)