Sukses

BNI Kantongi Pinjaman Setara Rp 7,5 Triliun

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) akan pakai pinjaman untuk pembiayaan kembali utang yang telah ada.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) meraih fasilitas pinjaman USD 500 juta atau sekitar Rp 7,52 triliun (asumsi kurs Rp 15.047 per dolar AS) pada 19 September 2022.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (22/9/2022), PT Bank Negara Indonesia Tbk menandatangani facility agreement atas fasilitas pinjaman USD 500 juta dengan Bank of China (Hong Kong) Ltd, Citigroup Global Markets Asia Ltd, CTBC Bank Co Ltd, Oversea-Chinese Banking Corporation Ltd, dan United Overseas Bank Ltd yang bertindak sebagai mandated lead arrangers dan bookrunners (MLAB). Adapun yang bertindak sebagai agen untuk fasilitas pinjaman adalah CTBC Bank Co Ltd.

"Fasilitas pinjaman yang berjangka waktu tiga tahun ini bersifat clean basis (tanpa jaminan) dan akan digunakan antara lain untuk pembiayaan kembali utang yang telah ada,” tulis manajemen BNI.

BNI menyatakan fakta material ini bukan merupakan transaksi afiliasi sebagaimana diatur pada Peraturan OJK Nomor 42/POJK.04/2020 tentang transaksi afiliasi dan transaksi benturan kepentingan serta bukan merupakan transaksi material sebagaimana diatur pada Peraturan OJK Nomor 17/POJK.04/2020 tentang transaksi material dan perubahan kegiatan usaha.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

BNI Bidik Rasio Laba di Atas 18 Persen pada 2025

Sebelumnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI (BBNI) menargetkan untuk meningkatkan Return on Equity (RoE) atau rasio laba yang dihasilkan bank dari modalnya hingga di atas 18 persen pada 2025. 

Hal ini diungkapkan Direktur Finance BNI, Novita Widya Anggraini, dalam konferensi pers Public Expose Live, Selasa (13/9/2022) secara virtual. Novita optimistis pertumbuhan BNI ke depan akan tetap positif dan bisa meningkatkan RoE hingga di atas 18 persen. 

"Dengan RoE per Juni 2022 sebesar 15,1 persen, maka ini berarti profitabilitas kami akan terus meningkat secara berkelanjutan,” jelas Novita. 

Untuk mencapai target tersebut, Novita memaparkan strategi pertumbuhan perseroan dalam tiga tahun ke depan akan fokus pada tiga hal. 

Pertama, pertumbuhan kredit BNI di segmen korporasi akan fokus pada nasabah blue chip dengan kualitas dan outlook kinerja usaha yang baik dan secara historis telah terbukti resilien dalam menghadapi gejolak perekonomian. 

Kedua, pertumbuhan segmen UMKM yang mana BNI akan memperkuat pertumbuhan bisnis UMKM berorientasi ekspor, serta diaspora yang berada di luar negeri melalui program BNI Xpora dan pengembangan ekosistem dan solusi digital yang tepat bagi UMKM. 

Ketiga, pertumbuhan bisnis segmen konsumer yang akan datang dari strategi cross selling dengan nasabah segmen korporasi dan UMKM. 

3 dari 5 halaman

Kinerja Sesuai Jalur

"BNI akan fokus mengoptimalkan peluang bisnis seperti kredit kepemilikan rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor (KKB), dan kredit tanpa agunan (KTA) dari pemilik bisnis maupun pegawai nasabah wholesale banking,” tutur Novita.

Novita menekankan BNI berkomitmen untuk memastikan target RoE ini dapat dicapai mulai dengan tahun ini. Terlebih, kinerja perseroan hingga semester kedua 2022 masih on track untuk merealisasikan pencapaian laba tertinggi dalam sejarah perseroan. 

"Kami melihat ada korelasi yang kuat antara tingkat ROE dengan valuasi saham dari parameter Price-to-Book Value. Maka, harapannya valuasi saham BNI ke depan akan terus meningkat dan memberikan return yang optimal bagi pemegang saham," pungkasnya. 

4 dari 5 halaman

Kinerja Semester I 2022

Sebelumnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI (BBNI) membukukan tren kinerja solid pada semester I 2022. Laba bersih BNI semester I 2022 ini tercatat mencapai Rp 8,8 triliun, atau tumbuh 75,1 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menjabarkan, pada periode tersebut, perseroan mencatatkan net interest margin yang stabil di kisaran 4,7 persen. Pencapaian non-interest income pada semester I 2022 mencapai Rp 7,6 triliun atau naik 11,0 persen yoy.

“Kami sangat bersyukur dengan pencapaian kinerja sampai dengan pertengahan tahun ini. Kinerja fungsi intermediasi semakin kuat seiring dengan tren pemulihan ekonomi,” kata dia dalam paparan kinerja perseroan, Jumat (29/7/2022).

Penyaluran kredit pada semester pertama 2022 tercatat Rp 620,42 triliun atau naik 8,9 persen yoy. Salah satu program yang patut diperhitungkan sebagai pendorong realisasi kredit terutama di segmen kecil dan menengah adalah Program BNI Xpora.

“Selama semester I 2022 saja, BNI Xpora telah berhasil melakukan penyaluran kredit senilai Rp 7,2 triliun. Bahkan hingga Juni 2022, penyaluran kredit kepada debitur UMKM yang berorientasi ekspor telah mencapai Rp 22,1 triliun dengan jumlah debitur mencapai 39.000 debitur,” imbuh Royke.

Kinerja penghimpunan dana masyarakat juga tetap kuat dengan nilai dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 691,84 triliun, naik 7,0 persen yoy.

DPK tersebut didominasi oleh dana murah (CASA), yang mencapai 69,2 persen dari total DPK terhimpun. Penyumbang terbesar CASA adalah nasabah tabungan yang aktif bertransaksi melalui aplikasi BNI Mobile Banking dan giro dari nasabah pengguna cash management services pada BNI Direct.

5 dari 5 halaman

Kredit

Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini menambahkan, BNI mampu mendorong kinerja fungsi intermediasi semakin kuat pada kuartal kedua 2022. Kredit di segmen korporasi masih menjadi motor akselerasi kredit BNI.

"Selama kuartal kedua 2022 ini, BNI menyalurkan pencairan kredit Rp 74,3 triliun, lebih tinggi dibandingkan di kuartal kedua 2021 yang mencapai Rp 59,3 triliun. Pencairan kredit di kuartal kedua 2022 ini utamanya disalurkan kepada top tier debitur korporasi,” kata dia.

Akselerasi penyaluran kredit ini menjadikan pembiayaan ke segmen korporasi swasta yang tumbuh 14,7 persen yoy menjadi Rp 205,3 triliun. Lalu segmen large commercial yang tumbuh 31,2 persen yoy menjadi Rp 48,5 triliun, segmen small juga tumbuh 10,2 persen yoy dengan nilai kredit Rp 100,2 triliun.

Secara keseluruhan kredit di sektor business banking tumbuh 7,7 persen yoy menjadi Rp 512,3 triliun.

"Sektor ekonomi yang dibidik di segmen business banking adalah sektor manufaktur, perdagangan, pertanian, transportasi dan pergudangan, serta telekomunikasi. BNI juga masuk pada sektor ekonomi hijau seperti energi baru dan terbarukan,” kata dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.