Sukses

Trivia Saham: Mengenal September Effect di Pasar Modal

Efek September adalah anomali pasar dan tidak terkait dengan peristiwa atau berita pasar tertentu. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, efeknya telah hilang.

Liputan6.com, Jakarta - Pasar modal memiliki beberapa musim yang tak jarang jadi acuan investor untuk menakar keputusan investasi. Sebab, kondisi pada kurun waktu tertentu disebut bisa membawa pasar pada tren bullish atau bearish.

Salah satu periode yang bersejarah di pasar modal adalah pada bulan ini, September. Di mana biasanya pasar akan mencatatkan kinerja buruk sepanjang bulan ini. Orang-orang menyebut kondisi itu sebagai September Effect. Sejak 1928 hingga 2021, indeks S&P 500 rata-rata mengalami penurunan 1 persen selama September. Meski angka ini bukan yang paling buruk selama satu tahun.

Efek September adalah anomali pasar dan tidak terkait dengan peristiwa atau berita pasar tertentu. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, efeknya telah hilang. Selama 25 tahun terakhir, untuk S&P 500, imbal hasil (return) rata-rata untuk September adalah sekitar -0,4 persen, sedangkan return bulanan rata-rata sekarang tercatat positif. September effect saat ini sudah tidak sesering sebelum tahun 1990.

Salah satu penjelasannya adalah bahwa investor bereaksi dengan pre-positioning, yaitu menjual saham pada bulan sebelumnya. September effect tidak terbatas pada pasar saham AS saja, tetapi juga bisa terjadi pada pasar saham banyak negara.

Melansir laman Investopedia, ditulis Minggu (4/9/2022), beberapa analis menganggap efek negatif pada pasar disebabkan oleh bias perilaku musiman. Di mana investor mengubah portofolio mereka pada akhir musim panas untuk mendapatkan uang.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Alasan Lain

Alasan lain, bisa jadi sebagian besar reksa dana menguangkan kepemilikan mereka untuk memanen kerugian pajak.

Teori khusus lainnya menunjukkan fakta bulan-bulan musim panas biasanya memiliki volume perdagangan yang ringan, karena sejumlah besar investor biasanya mengambil waktu liburan dan menahan diri untuk tidak secara aktif memperdagangkan portofolio mereka selama waktu henti ini.

Begitu musim gugur dimulai dan para investor yang berlibur ini kembali bekerja, mereka keluar dari posisi yang telah mereka rencanakan untuk dijual. Ketika ini terjadi, pasar mengalami peningkatan tekanan jual, mengakibatkan penurunan secara keseluruhan. Selain itu, banyak reksa dana mengakhiri tahun fiskal mereka pada September.

Manajer reksa dana, biasanya menjual posisi yang merugi sebelum akhir tahun. Tren ini merupakan penjelasan lain yang memicu buruknya kinerja pasar selama September.

 

3 dari 4 halaman

Trivia Saham: Mengenal Invisible Hand di Pasar Modal

Invisible hand, atau secara harfiah dapat diartikan sebagai tangan tak terlihat, merupakan penggambaran untuk kekuatan tak terlihat yang menggerakkan ekonomi pasar bebas.

Pada dasarnya, konsep invisible hand merujuk pada prinsip pembentukan harga pasar melalui mekanisme permintaan dan penawaran. Invisible hands mengacu pada kekuatan yang menggerakkan pasar menuju ke ekuilibrium, ketika tidak ada intervensi apapun termasuk pemerintah. Kekuatan tersebut sepenuhnya didasarkan pada interaksi di antara pelaku ekonomi di pasar.

Melansir Investopedia, Minggu (21/8/2022), konsep ini datang dari Adam Smith, Bapak Ekonomi Modern yang mengenalkan sistem ekonomi modern pada 1700-an.

Ia mengenalkan istilah invisible hand dalam buku “Theory of Moral Sentiments” dan diulang kembali di bukunya yang lain yang melegenda yaitu “An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations” 1776. An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations diterbitkan selama revolusi industri pertama, dan pada tahun yang sama dengan Deklarasi Kemerdekaan Amerika.

Konsep invisible hand milik Smith itu berkembang menjadi salah satu acuan sistem ekonomi kapitalisme pasar bebas.

Hasilnya, iklim bisnis AS berkembang dengan pemahaman umum pasar swasta yang bergerak sukarela lebih produktif daripada ekonomi yang dikelola pemerintah. Contoh Invisible Hand dalam pasar modal.

4 dari 4 halaman

Invisible Hand

Contoh invisible hand dalam pasar saham yakni ketika terjadi aksi korporasi sebuah emiten, seketika harga saham perusahaan bergerak. Dalam hal ini, invisible hand murni menggerakkan harga tanpa ada campur tangan siapapun.

Sementara yang dimaksud campur tangan pihak lain, contohnya terkait pengaturan harga di pasar modal. Dalam hal ini, pemerintah dan otoritas bursa memberlakukan batas auto reject atas (ARA) dan auto reject bawah (ARB) untuk menjaga pasar tetap stabil. Sementara dalam konsep Smith, harga diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.