Sukses

Indo Tambangraya Bagi Dividen Interim Rp 1.420 per Saham

PT Indo Tambangraya Megah Tbk akan membagikan dividen interim 2018. Hal itu telah disetujui dalam rapat direksi pada 23 Oktober 2018.

Liputan6.com, Jakarta - PT Indo Tambangraya Megah Tbk akan membagikan dividen interim 2018. Hal itu telah disetujui dalam rapat direksi pada 23 Oktober 2018.

Perusahaan bergerak di sektor batu bara ini akan bagikan dividen interim 2018 sebesar Rp 1.420 per saham. Jadwal pembayaran dividen tunai antara lain cum dividen di pasar regular dan negosiasi pada 30 Oktober 2018, ex dividen di pasar regular dan negosiasi pada 31 Oktober 2018.

Cum dividen di pasar tunai pada 2 November 2018, ex dividen di pasar tunai pada 5 November 2018. Pemegang saham yang berhak atas pembagian dividen interim pada 2 November 2018. Dividen akan dibayarkan pada 16 Oktober 2018.

Perseroan mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk susut 2,21 persen dari posisi USD 105,29 juta menjadi USD 102,95 juta pada semester I 2018. Demikian mengutip dari keterangan tertulis, Rabu (24/10/2018).

Pendapatan naik dari USD 748,78 juta pada 30 Juni 2017 menjadi USD 808,89 juta pada Juni 2018. Beban pokok pendapatan naik menjadi USD 583,15 juta pada 30 Juni 2018 dari periode 30 Juni 2017 sebesar USD 536,24 juta.

Hal itu dorong laba kotor naik menjadi USD 225,74 juta atau tumbuh 6,2 persen pada semester I 2018. Beban penjualan naik menjadi USD 46,61 juta pada semester I 2018.Perseroan mendapatkan kenaikan dari penghasilan keuangan dari USD 1,57 juta pada 30 Juni 2017 menjadi USD 1,80 juta pada semester I 2018.

Total aset perseroan turun menjadi USD 1,30 miliar pada 30 Juni 2018 dari posisi 31 Desember 2017 sebesar USD 1,35 miliar.Total liabilitas naik menjadi USD 411,05 juta pada 30 Juni 2018. Ekuitas tercatat USD 898,60 juta pada semester I 2018. PT Indo Tambangraya Megah Tbk kantongi kas USD 268,09 juta pada 30 Juni 2018.

Harga saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk pun naik 4,4 persen ke posisi Rp 25.850 per saham pada Rabu pagi ini. Total frekuensi perdagangan 2.541 kali dengan nilai transaksi Rp 25,1 miliar.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sektor Tambang Catatkan Kinerja Perkasa

Sebelumnya, sektor saham tambang mampu mencatatkan kinerja pertumbuhan perkasa sepanjang tahun berjalan 2018.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), dari 10 sektor saham, hanya dua sektor saham masih catatkan kinerja positif yaitu sektor saham tambang dan industri dasar.

Hingga penutupan perdagangan saham Senin 16 Juli 2018, sektor saham tambang tumbuh 26,07 persen ke posisi 2.009. Sedangkan sektor saham industri dasar naik 12,11 persen ke posisi 772,71.

Namun, sektor tambang melemah pada penutupan perdagangan saham kemarin dengan turun 0,79 persen. Sektor saham industri dasar susut 1,11 persen.

Sementara itu, sektor saham aneka industri catatkan kinerja paling melemah sepanjang tahun berjalan 2018. Sektor saham aneka industri melemah paling dalam dengan turun 14,96 persen ke posisi 1.174. Lalu sektor saham barang konsumsi susut 14,47 persen ke posisi 2.447 hingga perdagangan saham Senin 16 Juli 2018.

Direktur PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee menuturkan, sektor saham tambang naik didorong faktor harga batu bara. “Harga batu bara naik untungkan sektor tambang. Di sisi lain, penjualan akan turun  karena naiknya harga,” ujar Hans.

Hal senada dikatakan Kepala Riset PT RHB Sekuritas Indonesia, Henry Wibowo. Ia menuturkan, harga batu bara Newcastle di kisaran USD 104, dan di pasar sport sekitar USD 115 per metric ton. Angka tersebut jauh dari perkiraan pasar sekitar USD 90-USDD 95.

"Rata-rata harga sekitar USD 104. Dengan spot USD 115, harapannya dongkrak profit dan revenue. Harapannya average harga batu bara USD 95-USD 100 hingga akhir 2018,” kata Henry saat dihubungi Liputan6.com, seperti ditulis Selasa 17 Juli 2018.

Lebih lanjut ia menuturkan, dolar Amerika Serikat (AS) menguat juga untungkan sektor tambang. "Majority 70-80 persen jual di dolar AS dan biaya sekitar 30-40 persen dengan rupiah,” kata dia.

Namun, sektor tambang juga akan hadapi tantangan. Salah satunya dari China. Henry menuturkan, salah satu pasar ekspor batu bara Indonesia besar ke China. Kini ekonomi China melambat dapat pengaruhi permintaan.

Meski demikian, Henry optimistis sektor saham tambang terutama batu bara  masih menarik hinga akhir 2018.

Ia pun memilih sejumlah saham yang dapat dicermati pelaku pasar antara lain PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO).

"Target harga ITMG 33.100, ADRO 2.600, HRUM 3.400 dan UNTR 43.100," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.