Sukses

Sederet Benda Milik Keraton Yogyakarta yang Dijarah Inggris pada 1812

Empat jenis benda yang dijarah Inggris dari Keraton Yogyakarta meliputi sejumlah warisan budaya dan ekonomi yang sangat bernilai

Liputan6.com, Yogyakarta - Perang dan konflik seringkali meninggalkan luka yang mendalam bagi pihak yang terkalahkan, termasuk dalam peristiwa Geger Sepehi pada tahun 1812 di Kraton Yogyakarta. Peristiwa yang dipimpin Thomas Stamford Raffles ini menghasilkan kerugian material dan kultural yang sangat signifikan bagi Kesultanan Yogyakarta.

Empat jenis benda yang dijarah Inggris dari Keraton Yogyakarta meliputi sejumlah warisan budaya dan ekonomi yang sangat bernilai. Mengutip dari berbagai sumber, berikut empat jenis harta yang dijarah oleh Inggris:

1. 45 Naskah Kuno Bersejarah

Pertama, sebanyak 45 naskah kuno bersejarah yang kini tersimpan di British Library, menjadi bukti penting perpindahan kekayaan intelektual pada masa kolonial. Ini yang menunjukkan bagaimana pengetahuan dan budaya masyarakat terjajah secara sistematis dipindahkan ke negara penjajah, menguntungkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Eropa.

2. Uang Emas dan Perak

Uang emas dan perak senilai 800 ribu dolar Spanyol atau setara 350 kilogram emas yang dibagi dalam dua alokasi. Separuhnya diberikan kepada perwira Inggris sebagai kompensasi perang, sementara sisanya dikirim ke Benggala, India untuk membiayai keluarga prajurit.

3. Karya Seni

Jenis ketiga adalah benda-benda budaya bernilai seni tinggi, termasuk wayang, keris, dan karya seni tradisional lainnya. Ini juga menjadi korban perebutan kekayaan budaya oleh penjajah, kini tersimpan di berbagai museum di Eropa sebagai bukti sejarah penindasan dan eksploitasi.

4. Material Bangunan

Material bangunan dari reruntuhan Benteng Baluwerti yang diangkut ke Pulau Bangka untuk membangun Benteng Fort Nugent. Benteng tersebut merupakan contoh nyata dari penjarahan budaya yang dilakukan oleh penjajah, di mana nilai sejarah dan budaya sebuah bangunan dihancurkan demi kepentingan kolonial.

Meskipun beberapa naskah telah dikembalikan dalam bentuk digital, peristiwa Geger Sepehi tetap menjadi catatan kelam dalam sejarah perpindahan kekayaan budaya di Nusantara. Penjarahan ini tidak hanya merugikan secara materi, tetapi juga merupakan kehilangan warisan intelektual dan kultural yang tak ternilai.

Perang antara pasukan Inggris yang terdiri dari sekitar seribu prajurit, sebagian besar pasukan Sepehi dari India, dengan Kraton Yogyakarta di bawah pimpinan Sultan Hamengkubuwono II, mengubah lanskap politik dan kultural wilayah tersebut.

Penjarahan besar-besaran Inggris terjadi saat itu. Peristiwa Geger Sepehi ini menjadi rangkaian dan salah satu dari dua kali turun tahtanya Sri Sultan Hamengkubuwono II akibat menolak bekerja sama dengan pihak kolonial.

 

Penulis: Ade Yofi Faidzun