Sukses

Jurus Cegah 3 Dosa Dunia Pendidikan, Ini yang Harus Dilakukan Guru

Guru perlu memanfaatkan teknologi dan komunikasi serta perlu menanyakan emosi siswa dan membangun profil Pancasila.

Liputan6.com, Bandung - Sebagai bagian dari Program Guru Abad 21, PeaceGeneration (PeaceGen) Indonesia bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Jawa Barat, Jabar Masagi, dan Mensen met een missie (MM) menyelenggarakan Pelatihan Manajemen P5 (Project Penguatan Profil Pancasila).  Pelatihan ini merupakan langkah penting dalam upaya mencegah tiga dosa besar pendidikan di sekolah, yaitu intoleransi, bullying, dan kekerasan seksual.

Pelatihan Manajemen P5 dilaksanakan di aula Muh. Yamin Dinas Pendidikan Jawa Barat, yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan serta keterampilan bagi para guru dalam menerapkan problem-based learning dengan menggunakan logika manajemen proyek. Program ini merupakan kelanjutan dari pelatihan-pelatihan sebelumnya yang telah diikuti oleh 583 guru dan warga sekolah dari 10 SMA dan SMK di wilayah Bandung Raya.

Dalam pelatihan ini, Diah Restu Susanti, Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan Jawa Barat, menekankan pentingnya penguatan kemampuan guru dalam mengatasi tiga dosa pendidikan di sekolah. Ia mengajak guru-guru untuk mengembangkan kurikulum abad 21 yang sesuai dengan karakteristik siswa saat ini, yang mengedepankan penggunaan teknologi dan komunikasi serta membangun profil pelajar Pancasila.

“Sudah saatnya guru-guru mengembangkan kurikulum abad 21 yang sesuai dengan karakter siswa. Sekarang generasi instan sudah tidak sesuai dengan cara menghafal,” ujarnya.

Artinya, guru perlu memanfaatkan teknologi dan komunikasi serta perlu menanyakan emosi siswa dan membangun profil Pancasila.

Irfan Amali, Direktur Eksekutif PeaceGen sekaligus narasumber pada pelatihan ini, menjelaskan bahwa problem-based learning dalam mencegah tiga dosa pendidikan dapat diwujudkan melalui metode FIDS, yaitu Feel, Imagine, Do, dan Share. Guru-guru diharapkan bisa fokus pada permasalahan yang muncul di sekolah, mencari solusi kreatif, dan mengimplementasikannya.

"Saat ini, pendidikan abad 21 mengedepankan kemampuan dalam memecahkan masalah. Dengan pandangan growth mindset, masalah dapat diubah menjadi peluang. Jika ada 100.000 guru yang menerapkan FIDS, maka akan ada 100.000 solusi yang muncul," ucap Irfan Amali.

Sebagai contoh, jika terjadi tindakan bullying di sekolah, guru dapat menggunakan metode Feel untuk memahami akar masalahnya. Kemudian dengan metode Imagine, guru dapat menciptakan solusi kreatif seperti mengedukasi siswa tentang bahaya bullying dengan cara yang menarik dan memanfaatkan teknologi.

Metode Do dan Share juga dapat digunakan dalam implementasi solusi, seperti membentuk tim penanganan bullying, membuat materi kreatif berupa poster dan video, serta mengadakan talkshow.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.